Kau diam seperti es.
Bahkan es saja bisa meleleh, mengapa kau tidak?
Aku mencoba berbicara pagi tadi.
Tapi kenapa kau diam saja.
"Hai siapa namamu?"
"Tigor, kau?"
"Anna, hai"
"Okay."
Singkat rasanya.
Tapi itu hal yg paling membuatku bahagia saat itu.Menjadi sahabat adalah hal terpenting dalam menjalin pertemanan.
Kau tau aku dan Tigor berteman baik.
Kita menghabiskan waktu bersama.Tapi ntah mengapa.
Kita menjadi sejoli yg menemukan rasa baru yaitu sayang.
Yang kumaksud adalah aku perduli dengannya begitupun dia.Kami tak satu kelas di sekolah.
Saat selsai sekolah kami saling bertanya bagaimana hari ini kemarin atau esok.
"Kau tau jika ada seseorang yg mengaggumimu selama ini akulah orangnya."
Jika kau perempuan yg sedang membaca ini, kau pasti tau rasanya menjadi aku yg tak bisa berucap.Tapi, sungguh dia seperti patung.
Tak bernyawa, tak pernah berucap, tak pernah merasakan.
Aku tak pernah menyerah untuk mencari tau tentangnya.Mungkin aku yg selalu memulai percakapan.
Karena aku tau dia takan berani memulainya.Hari demi hari, aku menjadi tau dirinya.
Kebiasaannya, hal yg dia senangi, bahkan kekurangannya.
Tapi, itu butuh waktu lama.