Last Friends

457 14 9
                                    

Bali, Indonesia

Here I am, sitting by my own in this lovely reef. I jump, I bleed, I die, nobody seems to care. What do I live for? I feel so empty inside. I’ve got what I want, but still...

Senja datang dan Leon sampai harus menyipitkan matanya untuk menghindari perangkap sinar matahari sore yang mengintai pantai ini. Sejak dua jam lalu dia hanya terduduk memandang laut. Ada kehampaan yang dia rasakan. Dan itu bisa dipastikan bukan karena promosi di kantor yang baru saja dia dapatkan. Kehampaan yang lain yang membuatnya melarikan diri dari serbuan ucapan selamat koleganya.

What am I missing?

Sebuah bayangan mendadak berkelebat di benaknya. Dia merasa ada seseorang yang memanggilnya dari kejauhan.

“Leonidas!”

Hanya Nisa dan Ari yang memanggilnya begitu. Julukan yang diberikan karena namanya sama dengan nama tokoh dalam sebuah film.

“Dodol kau, Leon! Katanya tadi setengah jam lagi. Buktinya molor sampe sejam, huh.”

Itu kalimat yang sering dikatakan Nisa padanya. Si moody dan cerewet. Leon ingat dia sering sekali terlambat ketika mereka ada janji untuk bertemu.

“Leon, anterin nyari flashdisk please. Aku ga ada motor lagi buat nyari. Sama mau cari helm sekalian hehehe...”

Yang ini permintaan Ari, yang paling kecil dan paling polos di antara mereka berempat. Selalu saja menjadi sasaran godaan Leon.

“Lha kamu itu jadi orang kok ya ga jelas. Cari kerja kalo niat di sini juga dapet.”

Begitu petuah dari Dimas, big boss mereka.

Ah, I remember them...

Leon jadi teringat akan teman satu komunitasnya di kala kuliah dulu. Ada Dimas, Nisa, dan Ari. Ada semacam chemistry yang dia rasakan dengan mereka yang membuatnya sering hang out bersama.

Apa kabarnya mereka sekarang ya?

Dengan semangat yang baru ditemukan, Leon menyalakan blackberrynya. Dia ingin tahu bagaimana kabar tiga orang teman lamanya itu. Teman lama yang sudah dua tahun dia tinggalkan.

Ping!!

Ada satu email masuk ke inbox miliknya.

Saga, Jepang

Nisa masih berkutat dengan diktat setebal bantal yang sedari tadi belum juga selesai dia baca. Lusa, dia harus menyerahkan essay yang berhubungan dengan prospek pariwisata di kawasan Asia Pasifik. Dan saat ini dia sedang merasa kesusahan karena belum memulai tugas essaynya di samping menyelesaikan bacaan jurnal. Semalam dia terlalu bersemangat memenuhi ajakan Sayuri, roommatenya yang sedang berulang tahun, untuk berkaraoke ria dan minum-minum hingga subuh tiba.

Bukan salah Sayuri. Sial! Aku aja yang terlalu malas mengerjakan essay dari seminggu yang lalu. Tapi, karaoke semalam seru juga.

Sejenak Nisa menghentikan bacaannya. Dia melempar pandangan ke dinding di sisi kanannya. Ada sebuah pigura dengan foto empat orang di dalamnya terpajang di sana. Empat orang: dirinya, Ari, Leon, dan Dimas yang sedang berpose di depan sebuah warung lesehan di Yogya.

Duh! Ingat karaoke selalu saja ingat mereka.

Nisa berkelana ke masa lalu. Saat dia masih kuliah di Yogya dulu dan bertemu dengan tiga orang itu. Tiga orang yang mengubah hidup dan cara pandangnya pada dunia.

Last FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang