Episode 2

3.6K 188 5
                                    

          Nanda berdiri di depan pintu kamar apartmen yang bertuliskan 203. Untung hari masih sore, jadinya dia diizinkan oleh mamanya untuk keluar sebentar. Dia mengenakan rok selutut berwarna hitam, baju kaos putih bertuliskan 'Nerd', sepatu sneakers putih dan ponsel yang dikantonginya. Dia sudah lebih dari tiga kali memencet bel, tetapi tak ada yang menyahut. Saat ingin memencet bel lagi, terbukalah pintu yang ada dihadapan Nanda. Menampakkan sosok yang membuat Nanda sedikit terkejut.

          "M..mn..mana ponselku?" tanya Nanda takut. Pasalnya, tampang cowok dihadapannya ini tak kalah mengerikannya dengan Om preman yang mau malak orang.

          "Masuk dulu." Suruhnya dan membuka pintunya lebar lebar. Nanda masuk kedalamnya dan mengikuti arah jalan cowok dihadapannya. Mereka duduk di sofa.

          "Loe nulis gituan di memo hape loe, gak takut dilihat orang?" suara Rean memulai percakapan

          "Bu..bukan.. maksudku.. itu.." Duh, padahal di telpon tadi baik baik aja! Kenapa sekarang malah grogi sih?! Nanda menggerutu dalam hati. Niatnya ia kesini ingin damprat Rean yang seenaknya buka buka ponselnya, eh, kok malah ciut gini. Kok kenal Rean? So, mereka itu sekelas mulai dari masuk SMA Harapan Bangsa. Dan baru satu hari Rean terkenal karena berani membantah perintah senior yang lagi ngurusin Rean waktu MOS.

          "Apa?" suara bariton Rean membuyarkan lamunan Nanda dan mengembalikannya ke alam nyata.

          "Nggak papa!" suara Nanda kembali ketus.

          "Please, jangan kasih tau siapa siapa soal itu.. aku bakal kasih kamu semuanya. Tapi jangan kasih tau soal itu ke keluargaku sama kepala sekolah.. tolong ya.."

          "Oh ya?" Rean tersenyum miring

          "Iya! Aku bakal kasih kamu semuanya

          Rean berjalan mendekati Nanda yang menatapnya waspada. Cowok tersebut mengunci Nanda dengan kedua tangannya bertumpu pada sofa yang di duduki Nanda. Dia mengambil kacamata yang dipakai cewek tersebut dan memakainya.

          "Loe jadi---- babu gue." Katanya datar. Nanda menunduk, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia tak berani menatap Rean. Kacamatanya nggak ada. Dia takut. Takut. Aku takut..hiks!

          "Hiks..hiks! Ka--kacamata.." Nanda menangis lirih. Kacamatanya nggak ada. Pelindungnya nggak ada.

          "Loh, loe kenapa?! Hei!" Rean cemas melihatnya menangis. Baru kali ini dia melihat si 'Nerd Girl' menangis tanpa sebab.

          "Kacamata.. ka-kacamata..hiks."

          "Hei.. oke. Turunin dulu tangan loe."

          "Nggak mau!" Nanda sedikit berteriak. Dia sangat takut. Takut. Takut semua ingatan dulunya terjadi kembali di pikirannya. Sebuah penolakan. Penolakan yang dapat dikatakan tidak halus. Semuanya. Semua memori masa lalu Nanda terlintas di benaknya. Masa lalu yang pahit. Berawal dari kebersamaan. Berakhir dengan penolakan dan kehilangan. Tiba-tiba muncul di pikiran Nanda saat ini. Padahal Nanda sudah mati matian melupakan orang tersebut. Cinta pertamanya.

          "Hei! Turunin tangan loe! Gue pakein bego!!" Nada suara Rean meninggi. Membuat Nanda tersentak dan kembali ke alam nyatanya. Dia menurut. Menurunkan tangannya. Tapi tetap memejamkan mata dan menangis. Meneteskan air matanya. Rean mengembalikan kacamata Nanda pada pemiliknya dengan memakaikannya. Setelah dirasa sudah terpakai, Nanda mengerjapkan matanya. Membiarkan sinar cahaya memasuki matanya. Dia sudah berhenti menangis karena sudah ada kacamatanya. Semuanya aman.. Alhamdulillah batin Nanda tenang sambil memejamkan matanya. Kembali terbuka dan terlihat jelas wajah Rean di hadapannya.

Nerd Girl Vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang