Hujan terkadang muram, namun terkadang dirindukan. Jika rinainya halus dan ritmenya lambat, meneduhkan hati. Tapi jika ia tercurah hebat, mengguyur bumi dengan lebat, memiriskan hati.
Aku berdiri menatap hujan di luar sana. Lebat. Mendung tampak pekat. Orang-orang di bawah sana tampak sibuk menghindari curahan air langit yang begitu deras.
Melihat hujan, membuatku teringat Raina. Gadis-ku yang begitu muda dan belia. Gadis yang membuatku sanggup menunggu hingga di usiaku yang ke 32 tahun ini. Sekarang ia pasti sudah berusia 18 tahun. Kalian pasti menganggapnya gila jika kukatakan bahwa aku terpesona wajah imutnya ketika usiaku masih 25 tahun. Bayangkan bagaimana aku bisa tergila-gila pada anak kecil berusia 11 tahun. Pedofil-kah aku? Aku tidak tau. Yang pasti aku tidak bisa melihat pada wanita lain selain Raina.
Bukan aku tak berusaha melupakan perasaan anehku pada Raina. Pernah kucoba untuk dekat dengan beberapa perempuan. Mereka rata-rata cantik dan sexy. Tapi setiap kali aku hendak mencumbu mereka lebih jauh, bayangan Raina selalu melintas, mengurungkan niatku dan membuat hatiku mati rasa.
Selama tujuh tahun ini, aku selalu mengawasinya. Mengirim segala sesuatu yang dibutuhkannya. Memberinya kado-kado special saat ia ulang tahun. Bukannya aku tidak tau bahwa banyak teman-temannya yang iri karena aku memperhatikannya lebih. Untuk itulah aku berusaha lebih memperhatikan mereka. Tentu saja tetap Raina yang lebih istimewa. Kalau teman-teman Raina berulang tahun, aku hanya memberikan sejumlah dana pada Bu Cecil untuk membelikan hadiah, lain dengan Raina yang selalu kupilihkan sendiri hadiahnya, meskipun yang menyerahkan tetap Bu Cecil.
Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunanku tentang gadis tercinta-ku.
Gretta memberitahukannya bahwa Bu Cecil ingin bertemu.
Aku mengangguk, menyuruhnya mempersilakan Bu Cecil masuk ke ruanganku."Ada apa, Bu Cecil?" tanyaku mempersilakan Bu Cecil duduk sebelum aku mengambil tempat duduk di seberangnya.
"Begini Mas, ini mengenai Raina," Bu Cecil sedikit menunduk.
"Kenapa dengan Raina, Bu? Apa dia sakit? Atau dia membutuhkan sesuatu?" tanyaku cepat. Reaksiku selalu seperti ini jika menyangkut Raina.
Bu Cecil mengusap titik air hujan yang sempat mengenai wajah dan rambutnya yang mulai beruban.
"Raina ingin bertemu Mas Bintang. Maaf, secara tidak sengaja ia mendengar pembicaraan saya dengan Bu Raya," jawab Bu Cecil pelan, takut-takut memandangku.
Aku menghela nafas. Mama selalu tidak bisa menahan diri. Pasti Mama sudah mendesak Bu Cecil untuk segera membawa Raina ke rumah. Mama sudah tau semua keinginanku. Setelah Papa meninggal, Mama selalu mendesakku untuk segera menikah. Setelah Mama tau siapa yang kutunggu, Mama begitu antusias dan selalu rajin mengunjungi panti asuhan milikku, dimana ada Raina di sana. Ia sendiri yang mengajarkan Raina segala sesuatunya. Mempersiapkan Raina sedemikian rupa agar siap menjadi istriku sejak gadis itu berusia lima belas tahun.
"Baik Bu. Katakan saja pada Raina, saya akan menemuinya besok di panti," putusku akhirnya.
"Tapi apakah tidak apa-apa, Mas Bintang? Saya takut Mas Bintang kecewa. Tapi saya tidak bisa mencegah Bu Raya. Beliau nampaknya sudah sangat ingin membawa Raina ke rumah," ucapan Bu Cecil membuatku tersenyum pahit.
"Saya akan menemuinya besok, Bu. Tidak apa-apa. Saya sudah siap segala konsekuensinya," kataku menenangkan wanita paruh baya seusia Mama itu.
Mungkin aku memang harus menghadapinya besok. Apapun jawabannya, aku akan menerimanya dengan lapang dada. Aku tidak akan mempersulitnya. Jika ia tidak menerimaku, aku akan melepaskannya. Aku akan memberikan kebebasan padanya. Aku tidak akan memaksanya.
-----£-----
Jantungku berdetak cepat. Gadis itu, apa yang sudah Mama lakukan pada gadisku hingga ia menjelma laksana bidadari sekarang? Tidak tampak sedikitpun wajah polos kanak-kanaknya. Tidak tampak kekusaman rambutnya seperti saat kulihat ia pertama kali. Ia berubah. Bertransformasi menjadi seorang gadis yang anggun, mempesona dan.... Ehm... Luar biasa sexy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina's Love (Sudah terbit di Google Play Books)
Short StoryAkan ada di Google Play Books mulai 28 Desember 2018 . . Aku menunggunya dewasa. Aku menunggunya tanpa memaksa. Aku menunggunya meski mungkin jawaban yang akan kuterima adalah TIDAK.