First Kiss

264 6 2
                                    

Dan..

"Haha. Cie ngarep di cium", Ferdinan tertawa geli.

Pipiku memerah. Sungguh, memalukan. Kenapa sih, aku pake mejamin mata segala. Ngarep dicium sama Ferdi.

"Nggak usah malu. Santai aja", kata Ferdinan.

Ferdi memarkirkan Brio di garasi rumah. Tanpa aba-aba, aku segera keluar dari mobil dan memasuki kamar.

Ingin rasanya aku berteriak sekeras-kerasnya. Meluapkan semua rasa maluku.

❤❤

Krett! Pintu kamar terbuka.

"Ivona. Boleh gue masuk?"

"Ahnjay. Ferdinan. Ngapain dia ke kamar gue", batinku.

Aku terdiam.

"Ivona. Lu denger gue nggak?"

Kali ini Ferdinan duduk di belakangku.
"Ngapain?", tanyaku acuh.

"Gue mau minta maaf"

"Soal apa? Lu nggak bersalah. Gue nya aja yang ngarep. Fix"

"Enggak kok. Gue minta maaf"

Krik krik krik. Hening.

"Ivona?"

"Hm?"

"Liat gue dong. Udah, masalah dalam mobil tadi siang nggak usah dipikirin lagi"

Aku menghadap Ferdinan. Mukaku memerah. Rasa malu masih tersisa dalam hati.

Ferdinan berdeham. Menarik nafas perlahan, dan mengeluarkannya dengan perlahan pula. Dia memegang kedua pipiku. Wajahku masih memerah.

"Cup!", sesuatu mendarat dipipi kananku.

"What nde?", batinku.

Ferdi masih menciumku. Aku tak menolak, tapi juga tak menerima.

Setelah sepuluh detik lamanya, akhirnya Ferdi melepaskan kecupannya. Dia tersenyum.

"Fer?", kataku.

"I Love You", ucap Ferdi.

"Me too", jawabku.

"Don't leave me again, Ferdi", aku memeluknya.
"Jangan tinggalkan aku lagi, Ferdi"

Ferdi membalas pelukanku.

Krett! Pintu kamar kembali terbuka.

"Ehm! Asik banget peluk-pelukan", Mba Okta mendekatiku dan Ferdi. Ia duduk diantara kami sehingga pelukanku dan Ferdi lepas begitu saja.

"Apaan sih mba. Please jangan kasih tau ke ibu sama ayah ya", aku memohon.

"Kasih tau nggak yah?", Mba Okta menggodaku.

Ferdinan hanya tersenyum samar saja.

"Oke. Gue nggak akan laporin ke ayah sama ibu---"

"Sip mba."

"Tapiiiiiiiii----", Mba Okta menekankan kata-kata ini. Dan melantunkannya dengan nada yang panjang, sepanjang episode Tukang Haji Naik Bubur yang nggak tamat-tamat.

"Tapi apa?"

"Kasih gue PJ dulu dong.", Mba Okta tersenyum miring.

"Apaan sih. Orang gue sama Ferdi nggak jadian koh. Iya kan Fer?", sikutku mengenai perut Ferdinan.

"I--iya mba. Aku sama Ivona itu belum jadian"

Deg!

"Ciee. Bentar lagi jadian?", Mba Okta terkekeh.

My Junior High School StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang