1 - Not Today

228 9 5
                                    

"Ahhh, enak. Pantatmu yang terbaik!" Plak!

"Ahhh, emmh." Han Wa mendesah hebat ketika ia merasakan nikmat yang begitu memabukkan. Pinggulnya bergerak maju mundur.

"Mmmmmh! Fuck. Sialaaan," Pria paruh baya dibelakangnya terus menggempur tubuh Han Wa tanpa ampun. Pria itu juga memukul pantat Han Wa dengan keras. "Shit."

Beberapa menit kedepan untuk keduanya diselimuti oleh keheningan. Han Wa sudah menjatuhkan tubuhnya diatas kasur. Gaya doggy style barusan begitu menguras tenaganya.

"Aku akan mentransfer uangnya besok pagi,"

Han Wa tersenyum. Ia senang dengan kalimat tersebut. "Apa kau senang dengan tubuhku?"

"Tentu saja gadis manis. Kau kelewat seksi. Aku tidak menyesal."

Hening lagi setelah itu. Hanya perlu beberapa menit sebelum akhirnya pelanggan ketiga Han Wa itu berdiri, membereskan pakaiannya, dan kembali kepada Han Wa untuk melumat bibir Han Wa dengan senang hati dan penuh gairah.

"Aku akan menyewamu lagi."

"Kau juga bisa merekomendasikanku kepada teman-temanmu." Ujar Han Wa dengan riang. "Aku tidak keberatan."

Pria paruh baya itu mengangguk. Han Wa tidak asing dengan wajahnya. Kemarin ia melihat pria itu di televisi. Seorang jaksa yang namanya sudah terdengar begitu hebat.

Pintu kamar hotel bintang lima itu kemudian tertutup. Han Wa merenggangkan tubuhnya yang kaku dan pegal-pegal. Sepertinya ia butuh pijat. Hari ini ia mendapatkan tiga pelanggan; seorang dokter, teknisi, dan jaksa. Hanya teknisi yang masih muda. Mereka melakukan masing-masing sebanyak empat ronde.

Oh. Betapa kejamnya dunia ini untuknya. She lets the world ruins her.

Perlu beberapa menit setelahnya, Han Wa bangkit. Ia menyegarkan tubuhnya; mandi. Han Wa tidak berniat menginap. Tidak dengan kondisi tempat tidur yang penuh sperma itu. Ia punya apartemen yang lebih mewah, yang cicilannya sudah lunas bulan lalu. Ia akan pulang.

Akhirnya pekerjaannya hari ini selesai. Han Wa tersenyum senang. Ia keluar dari lobi hotel, dan pulang, sebelum tiba-tiba seseorang menampar pipinya.

"Dasar pelacur!"

Perempuan itu kemudian menjambak rambutnya hingga terasa perih. "Kau dibayar berapa untuk meniduri suamiku, hah?!"

"Yeobo. Sudahlah!" dengan sigap jaksa tadi melerai pertengkaran itu. Han Wa mundur beberapa langkah. Kepalanya terasa pusing. Uh, ternyata tarikannya lumayan juga.

"Kau pergilah."

"Dasar jalang. Berani sekali kau. Hei, kemari."

"Pelacur."

"Perempuan murahan."

"Neraka adalah tempatmu, jalang."

Han Wa tentu bisa mendengar teriakan-teriakan itu dari istri jaksa yang kelewat borjouis. Ia sudah kebal. Dan tidak ada hal yang bisa ia lakukan.  Jika ia memang kenyataannya adalah pelacur, jalang, wanita murahan, maka adakah hal yang dapat ia lakukan? Ia tidak ingin membuang waktu untuk menanggapi kebenaran seperti itu.

***

Malam sudah larut. Sekarang pukul dua dini hari. Han Wa bergerak gelisah. Ia tidak bisa tidur meskipun sudah lelah secara fisik karena ia baru saja melayani tiga orang.

Ia butuh rokok.

Dengan mengumpat istri jaksa yang membuatnya gelisah seperti ini, Han Wa bangun dari atas tempat tidurnya yang nyaman. Ia mengambil jaket. Rencananya adalah pergi ke minimarket, membeli rokok, lalu pulang. Ia akan merokok sebelum tidur. Sesederhana itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang