“House of Mystery”
Part 6
Sebuah benda berbentuk persegi panjang dan berwarna hitam membelalakkan tiga pasang mata berbeda warna. Sebuah laptop super tipis.
Sekali lagi Drey dibingungkan dengan adanya peralatan canggih di rumah ini.
Rein menarik laptop itu dengan hati-hati dan memasukkan kotak P3K. Laptop diletakkan di atas meja kaca dan dibuka. Ada keyboard rata, sebuah―mousepad jumbo? Berikut pena panjang elektronik di sisi laptop, layar hitam berbahan persis kaca hologram yang lebar, dan―sebuah tombol tak berlambang.
Ini jelas bukan laptop biasa.
"Power―tombol power saja yang mana?" Drey tergagap dengan wajah bodoh setengah meringis, jari telunjuk menunjuk laptop aneh itu. Tak ada jawaban.
Rein menumpukan siku ke atas meja kaca, telapak tangan menopang pipi, mata biru tajam menyapu seluruh fitur benda elektronik yang tak pernah terlihat di pasaran. Jashon mengangkat bahu, merespons perkataan Drey. Ujung kemeja seragam sekolahnya menyinggung rambut hitam Rein saat laki-laki bersurai cokelat itu menunduk dan menekan tombol bulat di belakang layar laptop. Ketika Rein dan Drey menatapnya, ia hanya menyeringai tanpa dosa.
"Dude, laptopnya nyala," Jashon menunjuk layar laptop.
Reaksi Drey sedatar Rein. Ia hanya mengembalikan pandangan ke laptop. Terlihat di layar adalah proses memuat yang tidak terlihat seperti windows mana pun. Apa laptop ini tidak memakai windows?
Ah, bahkan setelah loading singkat, desktop-nya saja tidak dikenali. Tidak ada taskbar, tidak ada icon, tidak ada shortcut. Yang tertera hanya lingkaran hijau menyerupai tombol di layar. Password, mungkin?
"Tekan saja?" usul Drey.
Rein mengangguk, menekan layar lama-lama―karena tidak ada mouse ataupun mousepad.
Tulisan welcome muncul, lalu lenyap lagi setelah beberapa detik. Yang tampak sekarang adalah background hitam polos dengan kotak-kotak besar berisi lambang tak dikenal. Dan bahkan tidak bisa diperkirakan artinya. Drey menghitung berapa kotak yang ada. Lima.
Ketiganya menghela napas.
"Asal sajalah," gumam Drey pasrah. "Kotak yang bergambar garis-garis itu bagaimana? Siapa tahu itu informasi."
Rein mengangkat bahu, naik ke sofa. "Coba saja."
Drey duduk bersila di depan laptop, menekan kotak yang tadi ia maksud. Kedua temannya mengamati dari sofa.
Layar berubah menjadi polos dengan tulisan loading di sudut kanan bawah layar selama sedetik. Lalu muncul latar seputih kertas dengan sederet tulisan serif ukuran sedang. Di bagian atas adalah beberapa opsi untuk memvariasi huruf-huruf, tombol lain yang tak Drey pedulikan, dan tombol terujung adalah setting. Serupa tapi tak sama dengan Microsoft Office Word.
"Hei, bahasanya bisa kita mengerti. Dokumen ini kelihatannya, uh, panjang sekali. Ada yang rela membaca seluruhnya?" tanya Drey, menggaruk tengkuk tanpa alasan.
"Berapa halaman?"
"Sebentar," Drey melihat tulisan '87 pages' di persegi mungil di sudut kiri bawah. "87 halaman."
"Kalau begitu aku malas. Kau sendiri?" tanya Jashon.
Drey tersenyum kecut, menolak dengan senang hati seraya duduk di sofa putih. Rein turun dari sofa ke hadapan laptop.
"Aku saja," katanya ringan.
Sementara Rein mengotak-atik laptop, Drey tidak berhenti bergerak di sofa. Menyandarkan kepala ke sandaran sofa, menggeliat bak cacing kepanasan ke sana-sini tanpa alasan. Ia bosan setengah mati, tidak dalam suasana hati yang baik. Akhirnya lelaki bersurai cokelat itu berdiri dan berkeliling ruangan setelah diusir Jashon karena sikap tidak jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Mystery
Gizem / GerilimDrey Carfsen harus menerima kenyataan bahwa mimpi anehnya telah membawanya pada sebuah rumah misterius dan mendatangkan kematian empat dari enam temannya yang ikut bersamanya ke rumah itu. Ia harus memecahkan misteri-misteri dari banyak hal di rumah...