Part 8: Not Over [Last Part]

250 13 6
                                    

"House of Mystery"

Part 8

Di luar rumah sudah gelap. Penguasa malam terhalang awan sepenuhnya malam ini. Kabel listrik menyusut sesuai hukum fisika. Burung hinggap di atas tiang listrik menatap lanskap kota. Malam sedamai biasanya, dan malam itu tak terkotori kecelakaan apa pun. Kalaupun ada insiden di kota kecil itu, palingan hari itu ada kasus anak hilang.

Tapi tiga di antaranya kembali.

Lampu tinggi di samping rumah berkedip pelan. Kedipannya memarah sampai padam.

Di dalam rumah itu, semua penghuninya telah terbaring lelah dalam mimpi dengan mata sembab. Dapat diketahui masih ada yang terjaga karena terdengar bunyi kucuran air wastafel dari kamar mandi. Lelaki berambut cokelat mencuci wajahnya dengan air yang mengalir deras, tangan basah menyeka rambut.

Ketika ia membuka matanya, air yang mengucur bergradasi warna merah muda. Segera warnanya memekat. Gelap pekat dan kental. Cairan tubuh yang mengalir di pembuluh warna merah dan biru. Yang pulang-pergi dari jantung. Diwarnai hemoglobin pada eritrosit. Da. Rah.

Halusinasi.

Drey menyisir poni yang basah ke belakang rambut. Melihat tangannya. Polos basah dengan air bening biasa.

Ia menghela napas.

Depresi masih mengekorinya bahkan ketika ia sudah keluar dari rumah terkutuk itu. Drey mungkin harus mengecekkan diri pada psikolog, tapi ia tak berminat karena tak ingin memperparah. Cukup jangan pikirkan dan sibukkan diri dengan kegiatan sehari-hari. Drey bertekad ikut kursus dengan porsi waktu berlebihan. Yang penting pikirannya jauh dari darah dan pembunuhan.

Hari sudah malam. Drey mengantuk. Tapi ia tidak akan tahan melihat tubuhnya yang masih bersimbah darah, jadi ia mandi tiga puluh menit dengan mata tertutup, memakai sabun dua kali lebih, dan mendorong keranjang baju kotor―yang di mana baju seragamnya ia taruh di tumpukan terbawah―jauh-jauh.

Ia nekat mengganggu tidur kakaknya demi menanyakan di mana perban setelah mencari keliling rumah. Tak ada perban. Drey menyambung-nyambungkan tisu demi menutupi luka di tangannya yang belum sempat ditangani dengan cara medis yang tepat, karena ia tidak mau keluar rumah dan berlari ke toko 24 jam demi segulung perban. Malam hari adalah setting latar yang perfek untuk film-film horor, dan Drey sudah mendapat asupan horor lebih dari cukup hari ini.

Ketika memasuki kamarnya dan menekan sakelar lampu, mendadak ruang tidurnya berubah menjadi ruang kosong penuh lubang dengan seorang penghuni lelaki berkulit ungu dan bertubuh penuh pisau dan jarum. Drey terkesiap, mundur sampai punggung menabrak pintu kamar. Tangan gemetarnya meraba-raba dinding, mematikan sakelar dan menghidupkannya lagi. Kamarnya kembali normal. Drey merosot lemas di pintunya, dada berdebar-debar tegang.

Ketika kepalanya bertemu bantal, ia menghela napas lega.

Tapi kelegaan itu sangat temporer.

Drey tidak bisa tidur.

Tiap beberapa menit, visi darah akan kembali gentayangan di pikirannya. Pikiran Drey berlari ke sana kemari. Memori adegan sadis mengejarnya, mengepungnya, kembali menghancurkan mentalnya perlahan-lahan.

Raga Drey yang lelah terus-menerus menggeliat. Otot berkontraksi. Tangan terkepal erat mencetak urat nadi. Leher tegang, kepala menoleh sana-sini. Surai di tengkuknya terkadang meremang dingin. Balutan selimut tak menolong, ia menggigil. Tubuhnya terkadang tersentak sendiri ketika adegan horor pengejut melintasi otak.

Terkutuklah. Terkutuklah! Terkutuklah rumah itu dan segala kesialannya yang sekarang terpaksa kubawa!

Wajah Drey memanas, otot sekitar mulut naik seolah ingin tertawa, tapi tidak. Air matanya menyeruak keluar, membasahi seluruh pipi, hidung, dagu, seluruh wajah. Isakan sesak bervolume rendah mengudara.

House of MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang