"Mom," Alana duduk di samping Allysa sambil memeluknya. Satu lagi air matanya lolos.
Allysa dan Alex yang baru pulang mengernyit melihat putri mereka yang tampak takut, mungkin juga sedih. Bukankah seharusnya Alana ceria jika baru saja makan malam bersama Arnes?
"Kamu kenapa, Sayang?" Allysa mengusap rambut Alana.
Mommy sama papi nggak boleh tau soal kejadian tadi, atau mereka bakal berpikir buruk tentang Arnes, ucapnya dalam hati.
Menarik diri dari pelukan, Alana mengusap air matanya.
"Kamu kenapa, Princess?" ulang Alex.
"Eng... Al cuma seneng aja, kita bisa ngumpul lagi kayak gini."
Allysa tersenyum lembut mendengarnya. Alex dan dirinya juga merasakan perasaan yang sama. Bahagia dan rindu. Keluarga mereka utuh kembali.
"Gimana makan malamnya?" tanya Allysa.
"Lancar kok, Mom. Tapi Al masih agak lapar nih, Al makan lagi ya?" Ia terpaksa berbohong, daripada ia kelaparan.
"Boleh dong. Masa anak Mommy nggak boleh makan?" candanya.
Alana berdiri. "Pi, Al ke dalam dulu ya. Bye, Mom."
Di dapur, Alana mengambil makanan secukupnya. Ia duduk di meja makan sambil mengunyah. Terbayang kejadian tadi, untung saja Arnes datang. Tentu Alana tidak akan bisa melawan tiga cowok itu, ia sangat takut.
Seusai makan, Alana beranjak ke kamarnya. Ia berganti pakaian sebentar, lalu menuju ranjangnya. Tangannya mengambil boneka yang diberikan Arnes. Lalu sambil memejamkan mata, ia memeluk boneka itu.
***
Pensil Alana menari-nari di atas lembaran buku sketsanya. Pagi ini di dalam kelas ia memilih menyibukkan diri dengan menggambar. Dalam diamnya, ia asyik menggambar. Tidak memperhatikan sekeliling yang sepi saking asyiknya.
Kegiatannya terhenti saat melihat setangkai mawar putih di depan matanya. Aroma asli bunga mawar menyeruak ke penciumannya. Matanya juga melihat sebuah kertas berwarna merah muda menggantung di tangkai itu. Ia membaca tulisan yang tertera, tulisan tangan yang familier.
I'm sorry, Princess.
Menggunakan dua jarinya, Alana mengambil mawar itu dari tangan si pemberi di belakangnya. Ia tersenyum lalu menoleh ke belakang. Alana menghirup lagi aroma mawar itu sambil menatap Arnes. Cowok itu tersenyum hangat pada Alana.
Alana bangkit dari kursinya, tangannya masih menggenggam mawar pemberian Arnes. "Aku udah maafin kamu."
Arnes menatap Alana, mencoba mencari kepastian. Dan, ia menemukannya. Alana mengetahui tatapan Arnes.
"Kemarin aku masih syok, jadi pengen cepet pulang."
Bibir Arnes melengkung ke atas. Di regkuhnya tubuh mungil kesayangannya dengan erat. Mata Alana terpejam sesaat, menikmati aroma tubuh Arnes yang segar menyapa hidungnya. Diusapnya rambut Alana sekali.
"Haish! Pelukan di kelas."
"Hm, untung sepi."
Celetukan itu membuat mereka sontak melepaskan pelukannya. Ternyata Nevan dan Arka. Nevan dan Arka yang di ambang pintu, berjalan ke meja mereka. Arnes mendengus, sementara Alana merasakan pipinya bersemu merah.
"Emang lo nggak pernah pelukan apa?" protes Arnes sebal.
"Pernah lah, tapi nggak di kelas, pagi-pagi lagi."
Dijawab lagi, Arnes mendengus dalam hati. "Bodo."
"Halo, gengs!" sapa Hana sambil berjalan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Novela JuvenilAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...