[1/1]

2.7K 187 7
                                    

“Otanjoubi Omedetou Hinata-chan!” teriakan dari teman-temannya membuat Hinata sedikit terkejut.

Hinata memandang whiteboard di depan kelas yang telah dipenuhi oleh tulisan namanya dan gambar-gambar makhluk astral yang bentuknya sedikit tidak jelas. Padahal 20 menit yang lalu ketika bel istirahat berbunyi, ia yakin whiteboard itu masih dipenuhi dengan rumus-rumus fisika yang bahkan ia sendiri tidak mengerti.

Mata abu-abu keunguan itu melirik wajah sumringah teman-temannya. Ia menghembuskan napas bosan. Tersenyum kecil kemudian berkata, “Arigatou”. Air mata menggenang di pelupuk mata dan mulai merembes di pipi gembil gadis itu.

Gadis berambut pink mendekat ke arahnya, merangkul pundak ringkih gadis itu. “Oh, ayolah yang berulang tahun itu tidak boleh menangis.”

Hinata tersenyum kecil. “Aku tidak menangis Sakura, aku terharu tahu.” Rengeknya pelan.

Sakura terkekeh. “Hei teman-teman, kenapa kalian tidak minta traktir pada si gadis yang berulang tahun ini!” Seru Sakura pada murid-murid yang tengah sibuk bergosip, bercanda atau hanya sekedar membaca buku.

Seketika semua murid mengalihkan perhatiannya pada Hinata dan Sakura yang masih berdiri di depan kelas.

“Kau serius akan mentraktir kami?”

“Wah Hinata-chan baik sekali”

“Hinata aku ingin daging panggang ya”

“Aku ingin ramen!”

Mata Hinata membulat. Ia mengarahkan pandangannya pada Sakura, “Kenapa kau berbicara seperti itu? Aku ‘kan sedang tidak punya uang.” Ujar Hinata.

Sakura tertawa pelan. “Aku tak tahu mereka akan menjadi buas” bisik Sakura

~~~

Hinata berjalan mengendap menuju gerbang sekolah. Sesekali ia menolehkan kepala ke kanan dan kiri, berjaga-jaga jika ada teman sekelasnya yang melihat. Sejak pernyataan Sakura tentang traktir itu, teman-teman sekelasnya tidak membiarkan Hinata pulang dengan tenang. Mereka menahan agar Hinata tidak pulang dan menarik paksa Hinata menuju kantin untuk ditraktir, padahalkan ini akhir bulan dan Hinata belum mendapatkan uang bulanan dari sang ayah.

Helaan napas lega ia hembuskan, sebab ia yakin posisisnya saat ini aman. Ia segera melangkahkan kakinya agar bisa cepat pulang dan menikmati empuknya kasur di kamar.

Langkah kaki kecil itu terhenti mendapati seorang bocah kecil yang tengah terduduk di tengah lapangan. Hinata mengernyitkan dahi, hingga alis tebal gadis itu bertemu. Ia mengumpat dalam hati, siapa orang tak bertanggung jawab yang meninggalkan bocah kecil ini sendirian? Jadi, Ia memutuskan untuk melihat bocah itu takut-takut kalau si bocah terluka atau terjadi hal lain yang tidak diinginkan.

Hinata berjongkok agar tingginya setara dengan sang bocah. “Hei, dimana orang tuamu?” Hinata bertanya dengan lembut, tangan kecilnya terulur menyentuh bahu kecil bocah itu.

Si bocah menolehkan kepalanya, menatap Hinata. Lebih tepatnya membaca name-tag di seragam Hinata. Ia tersenyum lebar. “Hinata Hyuga, Hyuga-nee ini untukmu!” Si bocah menyerahkan setangakai mawar putih padanya dan segera berlalu.

Otanjoubi Omedetou Hinata-chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang