Kepala dan dada sakit selama lima menit.
Setelah menit ke lima, rasanya makin sakit.
Lima belas menit berlalu setelah sakit pertama.
Ah, selalu seperti ini. Aku tidak bisa membeli obat, nanti Mama dan Papa akan bertanya untuk apa. Sudahlah, sekarang waktunya bangun. Sebelum ayam berkokok.
Aku bangun dari tempat tidurku, merapihkannya butuh waktu lima menit.
Setelah itu, aku pergi mandi yang memakan waktu kurang lebih dua puluh menit. Di tambah berganti baju.Setelah itu, aku pergi belajar. Aku menyempatkan untuk melihat jam sebentar. Jam empat lewat empat puluh lima. Oh, masih ada waktu kurang lebih satu jam lima belas menit untuk aku bersiap sekolah.
Ya sudahlah, aku lanjut belajar saja. Belajar untuk lepas dari kebiasaanku, itu pun kalau aku sanggup.
Ayam sudah berkokok sejak lima belas menit yang lalu, aku memutuskan untuk bersiap sekolah.
Setelah siap memakai seragam sekolahku selama lima menit, aku turun ke lantai bawah lebih tepatnya ke dapur untuk sarapan.
"Selamat pagi Ma, Pa."
"Selamat pagi juga Regan."
"Bagaimana sekolah mu?" Mama bertanya setelah satu menit mengorak-arik telur di pinggan panas.
"Baik kok Ma."
"Ada event baru lagi di sekolah?"
"Belum Pa, ini baru tengah semester pertama. Kalau ada pun sudah Regan beritahu."
Setelah itu Mama menaruh sepiring telu orak-arik pedas dan segelas susu putih tawar di hadapanku. Sarapan yang sama seperti tahun-tahun yang lalu.
Sapaan dan obrolan yang sama pula setiap pagi dan durasinya selalu sama, tapi setidaknya ada kehangatan di antara kami bertiga. Setidaknya.
//
"Semangat belajar ya nak."
"Jangan nakal di sekolah."
"Iya Ma, Pa. Regan 'kan anak yang baik."
"Yasudah, kami pergi dulu ya nak. Dadah."
Aku sampai di sekolah tepat pada jam enam lewat lima. Papa menjalankan mobilnya dari pekarangan sekolah, aku menunggu mobilnya hingga membelok ke kanan dan hilang dari pandangan. Kurang lebih satu menit.
Aku melangkahkan kaki ke dalam sekolah yang masih agak sepi.
Seperti biasa, aku menyapa Pak Rusli yang berjaga di pos sekolah. Orang tua itu sangat menikmati pekerjaannya.
Aku masuk ke dalam ruang kelasku yang baru ada beberapa orang di dalamnya, lalu duduk di bangku terdepan. Dari pada bengong tidak melakukan apa-apa, aku melanjutkan belajar pagiku.
Dua puluh menit berlalu, sekolah mulai ramai. Orang-orang yang masuk ke kelas menatapku aneh, apa urusan mereka denganku coba? Sampai melihatku dengan tatapan itu.
Lagi pula, apa peduli 'ku dengan urusan mereka?
//
Setelah tujuh jam belajar dan istirahat bergiliran, akhirnya aku pulang. Menunggu Mang Harun menjemput, yang memakan waktu lima sampai sepuluh menit.
Jalan pulang ke rumah memakan waktu dua puluh sampai tiga puluh menit. Tergantung kecepatan mobil yang di bawa Mang Cecep.
Sesampainya di rumah, aku mandi lalu turun untuk makan. Hitung saja itu tiga puluh menit.
Setelah meneguk air putih 'ku sampai habis, rasa sakit di kepala dan dadaku mulai menyerang lagi. Kalau ada obatnya, sudah 'ku minum banyak agar rasa sakitnya hilang.
Sekarang sudah jam enam, Papa dan Mama belum pulang kerja. Mungkin sebentar lagi mereka sampai. Lebih baik aku menonton televisi dulu.
Mama dan Papa sampai pada pukul tujuh, lalu kami makan malam bersama. Obrolannya hanya menanyakan kabar 'ku di sekolah. Tidak ada yang spesial, seperti biasa (Baiklah ada yang spesial, tapi cuma pada saat-saat penting saja, seperti ulang tahun).
Baiklah, sekarang pukul sembilan, waktunya tidur.
Asal kalian tau, aku melakukan ini demi orang tua 'ku, demi membuat mereka senang dengan anaknya yang patuh, tidak bandel dan pintar.
Itu semua adalah jadwal dan peraturan yang telah di buat orang tua 'ku.
Hidup 'ku yang monoton ini, tidaklah menyenangkan.
//
Hei, kalau tertarik dengan cerita ini tolong berikan dukungan ya, tinggalkan juga jejak jangan jadi sider, mau itu vote ataupun comment.
-Franciska x.