Sosok pemilik langkah kaki pun mendekat dan semakin mendekat. Napas mereka bertiga terasa semakin sesak.Tiga lelaki ini pun serentak berteriak, “TIDAK!!!”
“Hey hey hey, kalian ini kenapa?” tanya seorang pria.
Telinga mereka mendeteksi kalau suara orang ini familiar. Siapakah dia?
“Pak penjaga sekolah?” respon mereka secara bersamaan.
Mental mereka yang tadi terguncang pun normal kembali. Terlintas sebuah pertanyaan di masing-masing kepala mereka.
“Pak, benar malam itu anda ada di sini membantu kami bertiga? Penjaga sekolah lain bilang tidak ada yang berjaga sama sekali malam itu...” Jin yang pertama melontarkan pertanyaan.
“Oh iya, tadinya saya itu ada urusan, namun mendadak tidak jadi, sehingga saya belum sempat memberitahu siapa pun kalau malam itu saya berjaga” jawabannya yang padat dan jelas menghapus satu pertanyaan yang terbayang-bayang selalu di pikiran mereka.
Pertanyaan kedua disuarakan oleh Jimin, “Kenapa ya dari tadi kami tidak bisa membuka pintu keluar sama sekali?”
Sang penjaga sekolah menghampiri pintu yang ada di belakang ketiga bocah ini, dan dengan ringannya ia mengayunkan pintu. Saking paniknya mereka lupa kalau pintu di sini seharusnya ditarik jika dari dalam, bukan didorong.
“Kalian ini bodoh, ya?” Jin memalingkan wajah berakting cool seolah ia bukan salah satu dari sekumpulan anak bodoh yang tadi panik setengah mati sampai lupa arah membuka pintu.
“Kau juga tadi mendorong-dorong pintu, sialan!” Jimin tersulut amarahnya menampilkan kobaran api di matanya.
“Maaf atas tingkah kami yang begitu bodoh! Kami pulang dulu!” ucap Jungkook dengan sopannya pada sang penjaga sekolah.
Menggunakan kekuatan tangannya yang berotot, ia menyeret pulang kedua bocah bodoh yang masih berseteru.
............................................
Hal janggal terjadi di sekolah ketiga sahabat bodoh itu. Selama waktu bergulir, baru kali ini hal tersebut terjadi. Fenomena langka atau bahkan tak pernah ada sebelumnya. Lelaki sedikit pendek dengan bibir tebalnya berjalan masuk melewati gerbang sekolah yang baru dibuka beberapa menit lalu. Senyum sok kerennya terus terpancar selama perjalanan. Orang-orang yang melihatnya menunjukkan tatapan heran. Sekolah bak diserang wabah zombie, tak ada satu pun tanda-tanda kehidupan yang tampak. Ke mana perginya semua orang? Mereka masih berada di rumah. Lalu kenapa anak ini datang begitu pagi dengan senyuman sok kerennya yang tiada henti?
“Akhirnya aku mencatat momen bersejarah baru dalam hidupku, aku paling pertama datang ke sekolah!” bibir tebalnya menggelorakan rasa bangganya yang berlebihan.
Kebiasaan anak yang satu ini hanya terlambat dan terlambat datang ke sekolah. Sungguh suatu keajaiban ia sudah menunjukkan diri di sekolah pada waktu sepagi ini. Jikalau Jin dan Jungkook menyaksikan ini, pasti mereka akan langsung terkena serangan jantung –saking terkejutnya, atau mungkin syok?.
Jarak menuju bel masuk sekitar 1 jam lagi. Apa yang akan ia lakukan seraya menunggu? 10 menit berlalu, Jimin sudah menguap ribuan kali. Seseorang yang bernama ‘bosan’ menyerang dirinya habis-habisan. Kakinya yang sedari tadi hanya diam di tempat pun ia lajukan. Ia berinisiatif untuk berjalan-jalan menikmati sekolah yang begitu sunyi dan sepi. Ini merupakan sebuah hal baru untuk Jimin.
Selama perjalanan kepalanya berputar ke sana-ke mari menyaksikan pemandangan baru. Awalnya tak ada masalah, namun Jimin merasakan sesuatu. Ada perasaan tak enak, juga terasa seperti ada tiupan angin dingin membelai tengkuknya. Jimin mempercepat langkah agar terbebas dari jeratan hal ganjil itu. Sayang sekali, pintu yang akan ia tuju tertutup dengan sendirinya layaknya pintu otomatis. Angin dingin itu semakin menusuk tengkuknya, hatinya diselimuti rasa tak enak. Ia menoleh ke belakang, 10 meter jauh di sana seorang lelaki dengan pakaian olahraga yang lusuh menatap lurus ke arah Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rusty Knife (Sequel Of School's Bell)
FanfictionKetiga sahabat yaitu Jimin, Jin dan Jungkook hampir mati di sekolah mereka sendiri. Berkat bantuan penjaga sekolah misterius dan hantu berkucir dua, mereka berhasil meloloskan diri. Setelah kejadian malam itu, sebuah pisau berkarat hadir di hidup Ji...