Rimbun rumput halangi pandanganku tentangnya. Tumbuh dan tumbuh lagi meski telah aku libas dengan rona merah pipi.
Lelakiku,
Kau mainkan dawai hingga terdengar merdu ditelinga. Kau bilang semua untuk aku. Ya, cuma aku. Tapi, di detik yang sama kau buat berantakan puzzle hidupku. Seketika itu pula sunyi menembus belantara hati. Memaksa untuk berteriak sekedar melegakan diri.Lelakiku,
Jangan buat ranjau untuk penjarakan rasaku. Biar saja mengembara, mencari keberadaan sepotong hatimu. Jangan paksa aku untuk bakar kayu basah itu. Sesungguhnya aku tak mampu.-KY-
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemari Tua
PoetryPerjalanan kisahku, kisahmu, dan kisahnya pada sebuah labirin sunyi