Aku meregangkan seluruh otot tubuhku, bersiap untuk tidur karena malam yang semakin larut.
Setelah mendengar kabar mereka yang sudah sampai di Seoul dari Namjoon membuatku lega.
Mereka butuh istirahat yang banyak. Karena itu aku memintanya untuk menutup telepon saja.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku harap mereka bisa tidur nyenyak.
Terutama Namjoon-ku.
Jadwal yang semakin padat bahkan pernah membuatnya jatuh sakit.
Cedera-cedera kecil juga, kenapa dia sangat suka menyakiti dirinya sendiri?
Ting tong.
Mataku kembali terbuka, terkejut karena ada orang yang datang bertamu pada jam segini.
Aku melihat dari interkom. Oh, Namjoon ternyata.
Anak ini! Sudah aku bilang istirahat, tapi malah datang ke sini.
"Kenapa datang? Kamu 'kan baru sampai."
"Aku menyempatkan datang tapi malah dapat omelan."
"Ya sudah masuk." Dia tersenyum lebar dan masuk melewati celah pintu.
Tubuhnya tampak kurus. Priaku pasti sudah bekerja dengan sangat keras.
"Hey, kenapa malah berdiri di situ?"
Aku tidak menjawab.
"Duduk sini, di sampingku."
Dia menarik pinggangku agar mendekat.
"Jauh sekali duduknya."
"Kenapa datang kemari?"
"Memangnya kenapa? Tidak boleh?"
Namjoon memelukku dari samping, menumpukan kepalanya di bahuku.
Suaranya serak, wajahnya sedikit pucat. Dia pasti sangat lelah.
Secangkir cokelat hangat mungkin bisa mengembalikan energinya.
Namun gagal.
Bokongku kembali menyentuh sofa, dia menarikku.
"Joon-ah, aku mau...."
Ujung bibirnya tertarik, dia tersenyum.
Sangat manis, tapi tidak dengan matanya. Ia jelas sangat kelelahan.
"Kamu cukup duduk di sini saja, dan biarkan aku memelukmu."
"Berapa lama?"
"Hmm ... sampai aku tertidur," ujarnya, jail.
Kusandarkan pula kepalaku di atas kepalanya yang bertumpu di bahuku.
Dia sesekali bermain dengan jariku, memelintirnya sedikit dan kemudian tertawa karena ringisanku.
"Aku rindu," paparnya. Aku menoleh.
Dia tak melihatku, justru memandang lurus ke depan.
"I don't know what to say, but i just ... missing you like crazy."
"Kamu selingkuh ya? Tidak biasanya bicara seperti ini," candaku.
Dia terkekeh sebentar, lalu melihatku. Bola matanya bergerak tak beraturan, seakan mengabsen tiap sudut wajahku.
Tidak peduli seberapa sering aku melihat wajahnya, tapi tetap saja dadaku akan berdentum kuat di saat seperti ini.
Wajah kami di jarak yang dekat dengan mata yang saling bertemu.
"Kamu bertambah gemuk ya?"
Aish, menghancurkan suasana saja.
"Tidak kok," jawabku, kesal.
"Coba aku lihat." Dia menarik pipiku.
Bibirku merengang lebar karena cubitannya. Sementara aku yang memukul tangannya untuk berhenti, dia malah tertawa gemas melihat wajahku.
"Benar, 'kan? Aku tidak mungkin salah."
"Ini karena rambutku diikat. Aish, jjajeung na."
"Maaf, maaf. Tapi cantiknya tidak berkurang kok." Aku mendengus.
Tidak seperti biasanya, Namjoon melewatkan malamnya di tempatku.
Dia bilang member dan manager-nya sudah tahu. Jadi aku tidak perlu khawatir.
Banyak hal yang kami bahas, mulai dari jadwal Bangtan, kelakuan member saat di backstage, rencana mereka ke depannya dan banyak lagi.
Aku hanya menanggapinya dengan senyum dan ucapan semangat.
Ada saat di mana aku sangat ingin marah pada perusahaan mereka, jadwal mereka terlalu padat bagiku.
Dan lagi, pola makan yang tidak teratur sangat membuat emosiku mendidih.
Tapi apa boleh dikata?
Ini memang berat dan melelahkan. Tapi inilah hidup dan kau tetap harus bisa menentangnya. Bakar dengan api semangat mudamu.
Seperti itu katanya.
"Joon-ah, tidurlah. Sudah jam dua malam. Besok kau harus pergi pagi-pagi buta, 'kan?"
Dia mengacak rambutku, "Dua pagi," ralatnya.
"Jangan mengalihkan ucapanku."
"Baiklah, Nona cerewet."
"Katakan sekali lagi dan kamu akan merasakan tendangan dari si cerewet ini."
Namjoon-ku tertawa. Suara baritonnya saat tertawa adalah kesukaanku.
"Tapi ada satu syarat...." Dia melingkarkan tangan panjangnya di pinggangku.
"Kamu tidak boleh kemana-mana."
Aku menggumamkan 'cari kesempatan ternyata' yang dia tanggapi dengan senyum geli.
"Ya, baiklah. Tapi kamu harus tidur dengan cepat, karena tubuhku akan sakit kalau tidur di sofa."
"Ya ... kalau begitu langsung ke kasur saja."
"Siapa?" tanyaku, curiga.
Dia memandangiku dengan wajah polosnya, "Kita."
Kutarik beanie-nya hingga dagu, menutupi seluruh wajahnya.
"Sudah, tidur saja. Jangan banyak bicara."
×××
GUE BAPER MASA
APRESIASINYA GUYS><
TYSM♡♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Fluffy Bangtan //Bangtan Imagine//
AcakDia yang orang lain kira "The hottest group in Kpop" justru terlihat berbeda saat di depanku. Dia manis, lucu, baik dan terkadang menyebalkan. Tapi ada satu yang masih tampak sama, aku masih tetap menyukai kedua sisi dirinya. Sexy on stage and flu...