⛈️Kelas 3 : JANGAN CEMBURU!

367 37 0
                                    

Masalah Donna ternyata tidak bisa diabaikan semudah membuang ingus. Cewek satu ini memang berbeda dibanding penggemar Adhit yang lain. Ketika di kantin, dia tidak sungkan-sungkan memonopoli Adhit. Jika Adhit tak terlihat di kantin, Donna selalu bisa mendeteksi keberadaan Adhit dan dia akan muncul tiba-tiba untuk sekadar menyapa atau bercerita hal-hal remeh lainnya.

Kadang-kadang Donna mengingatkan Adhit bahwa mereka punya janji belajar dan diajar. Donna memberi tahu dengan suara yang sengaja dikeraskan. Seolah dia ingin mengirim pesan kepada Shila bahwa ada saat di mana Adhit tidak benar-benar menjadi milik Shila. Ini membuat Shila sebal dan semakin sering mengerucutkan bibir. Jika sudah begini, Adhit harus membujuknya dengan satu dua ciuman.

"Kalau minta dicium, nggak usah pake aksi merajuk, deh. Bilang aja langsung, pasti aku kasih, kok. Bibir aku, kan cuma buat kamu, Cil."

Mau tidak mau, Shila tersenyum juga jika mendengar kata-kata norak keluar dari mulut Adhit. Sudah beberapa waktu, Adhit terlihat lebih santai dan penuh canda jika sedang bersama Shila. Tidak sekaku dan sesendu saat awal bertemu.

"Adhit benar-benar bernyawa selama bersama kamu, Shil. Bahkan berat badan dia bertambah. Coba kamu perhatikan, tubuhnya lebih tegap dan kulitnya tidak sepucat dulu lagi. Dan wajahnya, berseri-seri. Semua itu karena kamu! Entah dengan cara apa Tante harus berterima kasih padamu."

Ucapan Mama Adhit terlalu didramatisir. Tidak mungkin seorang Shila bisa membuat perubahan demikian besar pada diri Adhit. Tanpa Shila, Adhit bisa menjadi bahagia. Dia, kan banyak pemujanya.

"Kamu belum juga paham, ya? Kamu itu berarti banget buat Adhit. Adhit bisa terlihat seperti sekarang ini, itu semua berkat kamu, Shil. Tante nggak bisa cerita apa-apa. Tapi percayalah, suatu hari nanti kamu akan paham, Shil."

Misterius. Apa masih ada rahasia pribadi yang belum diceritakan Adhit? Setahu Shila, Adhit tidak akan menyembunyikan apapun darinya. Kecuali jika hal itu bisa membuatnya menjauhi Adhit. Tapi dia terlalu takut untuk menjauhi Adhit. Yang seharusnya terjadi adalah, Donna dijauhkan dari Adhit!

Seperti sore ini, Adhit menjemputnya dan membawanya ke rumah hanya untuk menyaksikan tingkah Donna yang seperti anak kucing cari perhatian. Sebentar-sebentar, tangannya bergelayut di tangan Adhit. Sedikit-sedikit tubuhnya menggeser makin dekat ke tubuh Adhit. Sebenarnya, Donna memperhatikan penjelasan Adhit apa tidak, sih? Dan Adhit juga, kenapa masih penuh senyum dan sabar gitu? Beda banget dengan saat Adhit mengajari Shila matematika atau fisika. Sabar juga, sih tapi ekspresinya tidak ramah. Tanpa senyum. Itulah mungkin perbedaan antara privat berbayar pake duit dan berbayar pake cinta. Huh, kesel!!

"Kamu jangan khawatir. Mereka hanya akrab seperti kakak-adik. Tidak ada rasa apa pun pada diri Adhit untuk Donna. Bagi Adhit, Donna hanya tetangga yang sudah dia anggap seperti adik. Kamu perhatikan saja pandangan Adhit saat menatap Donna dan saat menatapmu. Semua orang, termasuk Donna, akan merasakan bedanya. Tatapan padamu tidak hanya sekadar cinta dan sayang, tapi lebih dari itu. Seperti pemujaan."

Jadi untuk itulah Adhit membawanya kemari? Bukan untuk melihat tingkah laku Donna yang menyebalkan, tapi untuk mendapat pengertian dari Mama Adhit. Jika orang tua Adhit saja sudah memberi jalan baginya, apa lagi yang dia khawatirkan? Cemburu pada Donna memang tidak diperlukan dan hanya buang-buang energi.

Bagi Adhit, Donna hanya adik kecil menggemaskan. Bukan cewek mendebarkan yang bisa dipacari. Itu saja.

Dan setelah acara les privat yang dramatis berakhir, perasaan Shila jauh lebih ringan dan lebih luas. Dia menatap Adhit dengan pengertian yang teramat dalam. Seandainya tidak ada Mama Adhit dan Donna yang sibuk cari perhatian di ruangan itu, sudah pasti tubuh keduanya akan saling menempel erat. Mungkin dengan pose yang sedikit memalukan. Dimata Adhit, Shila adalah wanita dewasa yang bisa menimbulkan gairahnya. Sedang Donna, hanya adik kecil yang baru belajar mengeja kata.

Rain to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang