Chapter 30

10.2K 559 44
                                    

Alby terdiam dengan pandangan yang kosong, pikirannya berkecamuk kemana-mana. Semua itu tentang Della. Ia takut untuk kehilangan Della.  
Alby terduduk didepan ruang UGD. didalam sana, Dokter sedang berjuang demi keselamatan Della. Alby menekuk kedua kakinya, ia menumpukan kedua tangannya sebagai penopang kepalanya. Pikirannya begitu kalut, dan semuanya terpusat mengenai keselamatan Della. 

Lama Alby terdiam, melamun dengan pandangan yang kosong. Ia menegakkan kepalanya dan menyandarkannya pada pintu UGD, "Bi, gimana keadaan Della?" Risky datang dengan wajah khawatir,  disampingnya ada Paul dan Joshua menunjukkan ekspresi yang sama. 

Alby tak menjawab, ia diam seribu bahasa. Entah bagaimana, pada saat tiba dirumah sakit, orang pertama yang dihubungi oleh Alby adalah Risky. Alby berbicara lewat ponselnya dengan gagap, tapi Risky tau, Alby menangis saat itu. 

Baju dan tangan Alby yang masih menyisakan bekas darah dari Della, ia biarkan begitu saja. Jujur, tahun ini natal terindah sekaligus natal paling mengenaskan. Baru saja ia pulang dari missa natal di gereja Katedral, ia mengucap syukur kepada Tuhan atas hidupnya yang baru. Dan pada saat itu pula Tuhan menghancurkan bagian dari hidupnya. Jika Tuhan memang baik, mengapa Tuhan selalu mengambil kebahagiaannya?

Helena.

Perempuan itu ternyata telah merencanakan semuanya. Helena justru semakin liar daripada dulu,  ia meluluh-lantahkan kebahagiaan Alby.Mengapa baru sekarang ia muncul?  Mengapa disaat keadaan yang 3 tahun silam, Helena justru menghilang? Apa Helena memang sengaja ingin menghancurkan hidup Alby? Apakah ini kemauan Helena sejak dulu? Jika ya, selamat. Kemauan Helena terkabul dengan indahnya.

"Bi, gue nggak nyangka kalo semuanya bakal jadi gini, tapi gue harap lo tetep kuat. Lo harus kuat demi Della," Risky kembali bersuara, ia menepuk bahu Alby 3 kali. Namun tetap seperti semula, tak ada respon sama sekali. Dan Risky tau, ada yang tak beres dengan keadaan Alby. 

"Bi, ada kita disini. Jadi lo harus tetep semangat. Kita nggak mau lo terpuruk kayak kemarin. Jangan lagi," kini Paul berucap, ia melirik Alby sendu.

"Lo pada kepikiran nggak sih kalo kecelakaan Della ini kayak di sengaja?" Joshua berucap. Entah kenapa hal ini tiba-tiba muncul di dalam kepalanya.

"Maksud lo, kecelakaan ini udah direncanain gitu?" tanya Risky bingung.

Joshua mengangguk, yang ditimpali Paul dengan helaan nafas, "Kita nggak bisa asal duga Jos. Kita nggak punya.bukti sama sekali." ucap Paul.

"Gue yakin, gue bener-bener yakin kali ini," Joshua bersikukuh dengan pendapatnya. "Gue pernah secara nggak sengaja denger kemarin,  Helena adu mulut sama Jason diruang OSIS. Helena berencana bakal celakain Della. Cuma kemarin gue nggak denger terlalu jelas, makanya gue nggak yakin sama apa yang gue denger. Tapi ngeliat sekarang kondisinya kayak gini, gue yakin ada Helena ataupun Jason yang terlibat disini," jelas Joshua.

"Emang lo nggak curiga gitu?" Tanya Joshua lagi, "Nggak mungkin orang yang sifatnya kayak Helena tiba-tiba ngalah gitu aja. Sedangkan dulu aja, dia rela nge-dua-in Aldy, demi dapetin Alby. Sekarang apa yang nggak mungkin? Helena itu picik, kalo lo nggak lupa." tambah Joshua meyakinkan Paul dan Risky.

Risky kembali menghela nafas, ia menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari tangannya. "Gue bakalan buat perhitungan kalo memang Helena atau Jason pelakunya. Yang gue khawatirin, gimana sama kondisi Alby sekarang?" Risky kembali menatap Alby yang masih terdiam. 

◾◾◾◾

Nicho datang dengan berjalan tergesa-gesa, disampingnya ada Mark dan juga Bryan yang tak kalah serupa dengan Nicho. Tak ayal, mata Mark kini berkaca-kaca pertanda ia akan menagis. Namun ia menahannya, ia tak boleh kelihatan lemah demi putri satu-satunya. 

Beloved AlbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang