Gayo Daejun

110 5 0
                                    

Disinilah aku sekarang. Didepan televisi dirumahku-tepatnya rumahku dan Jimin-. Aku sangat menikmati acara "Gayo Daejun" yang setiap tahun diadakan. Bukan apa - apa, aku menunggu saat dimana suamiku-Jimin- dan teman - teman grup nya tampil. Tidak hanya itu, Jimin juga memiliki special stage dengan beberapa artis lain seperti N, Yein, Momo dan aku lupa siapa lagi. Yang aku tau mereka akan berkolaborasi dalam menari diatas panggung nanti. Aku sangat menantikan hal itu.

Akhirnya, aku melihat Jimin disana. Aku kegirangan, seperti sudah lama tidak melihat Jimin. Aku menambah volume TV ku. Aku tersenyum bangga padanya. Aku bisa membanggakannya didepan siapapun. "Liahtlah, pria bertubuh kecil itu suamiku!" Aku sangat bangga dia menjadi milikku. Lihatlah jari - jari mungilnya ketika ikut berpadu dalam gerakan tariannya. Dia berumur 22 tahun tapi tangannya seperti bocah 12 tahun. Benar - benar mungil-sebenarnya kecil, karena aku tidak mau nama baik suamiku rusak hanya karena tangannya itu, maka aku merubah kata KECIL menjadi MUNGIL-. Padahal baru beberapa jam kami tidak bertemu, tapi rasanya aku sudah sangat merindukannya.

Acara akhir taun itu pun telah usai beberapa menit yang lalu. Pasti Jimin juga dalam perjalanan pulang. Tapi, entah ia pulang ke rumah atau ke dorm. Yang pasti aku benar - benar berharap bahwa ia pulang ke rumah. Dan, benar saja, ia pulang kerumah. Senangnya aku...
"Aku pulang..." Ujarnya sambil memasuki rumah. Aku segera berlari dan menghamburkan pelukan padanya. Pelukan ini yang bisa membayar kerinduanku. Ia terkekeh akan sikapku.
"Kau merindukanku lagi?" Seakan ia tau bahwa aku merindukannya. Memang benar aku merindukannya. Hanya aku jawab anggukan. Ia memelukku lebih erat.
"Kau sudah makan?" Tanyaku disela - sela pelukan kami.
"Tentu. Aku bukan pria umur 19 tahun yang masih diingatkan makan oleh gadis 18 tahun untuk makan." Ia menyindir masa lalunya ternyata. Dan gadis 18 tahun itu adalah aku.
"Heheh... Benarkah?" Aku meraup wajahnya.
"Kau, 19 tahun dan 22 tahun tidak ada bedanya. Kau, ketika kita masih berpacaran dan sudah menikah tidak ada bedanya." Aku mengakhiri perkataanku dengan mencubit hidungnya.
"Eoh? Benarkah? Jika aku tidak berubah, kamu berubah." Berubah? Apa bagian dari tubuhku atau sikapku yang berubah? Selama berubah dalam hal positiv dan tidak meruginya tidak apa. Tapi jika kebalikannya? Aku menatapnya tajam seakan meminta jawaban atas perkataannya itu.
"Kau yang dulu adalah gadis 18 tahun yang masih polos dan lugu. Sedangkan kau sekarang gadis 21 tahun yang nakal dan manja." Ia tersenyum. Aku juga.
"Selama aku manja dan nakal hanya padamu tidak masalah, kan?" Aku mengecup bibirnya singkat. Ia terkekeh lagi.
"Sudahlah, mandi sana! Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi." Ujarku melepaskan pelukan.
"Tapi masih banyak yang ingin aku ceritakan padamu." Ia sedikit merengek.
"Mandi saja dulu. Bau tubuhmu tidak sedap." Aku menahan tawa. Sebenarnya tidak masalah bagaimanapun bau tubuhnya aku tetap mencintainya. Tapi, aku tidak mau dia tidur dengan tubuh yang lengket itu. Sangat tidak nyaman bukan?
"Heh? Dasar istri cantikku. Awas kau kalau aku selesai mandi." Ia seperti bersumpah membalas dendam. Haha lucu sekali dia.

Beberapa saat kemudian ia keluar dari kamar mandi-yang ada didalam kamar kami- dengan mengenakan piyama yang tadi sudah kusiapkan. Bermotif polkadot sih, lucu. Tapi, rambut nya yang basah itu membuatnya terlihat sexy. Ya Tuhan, suamiku. Sekarang ia terlihat seperti singa yang mengenakan baju santa. Aku melempar senyum padanya. Ia bergegas menuju kasur dan tidur disampingku. Kami saling berhadapan dengan posisi tidur yang miring. Aku memainkan rambutnya yang masih basah itu.

"Kau tau, aku akan satu panggung dengan Taemin sunbae." Ujarnya.
"Taemin SHINee? Woow... Lalu, kenapa ekspresimu seperti itu? Taemin oppa juga salah satu teman stagemu kan?" Ekspresinya seperti sedikit, hanya sedikit tidak bersemangat.
"Iya, dia juga temanku. Tapi dari dulu aku benar-benar ingin sepanggung dengan Kai sunbae."
"Sudah, tidak apa. Mereka berdua juga berteman kan? Siapa tau Taemin oppa akan mengenalkanmu pada Kai oppa dan kalian akan sepanggung bersama." Aku menghiburnya.
"Bisakah seperti itu?" Kujawab anggukan pasti.
"Tapi, bisa saja Kai oppa tidak mau sepanggung denganmu."
"Tidak mau? Kenapa? Apa keterampilan danceku tidak setara dengannya? Yah, bakat dance nya memang sangat bagus."
"Tidak, bukan itu. Bisa saja dia tidak mau sepanggung denganmu karena takut kau terlihat lebih tampan darinya."
"Hahah... Dasar istriku yang paling cantik." Ia menggesekkan hidung kami dengan gemas. Aku terkekeh atas perlakuannya.
"Kau mau dihukum ya?" Ia menampakkan smirk nya.
"Ampunn... Maafkan aku tuan Jimin." Ujarku meminta ampun bak pembantu dan majikan.
"Tidak ada ampun untukmu. Hahaha." Ia merengkuhku. Aku tau, pasti jika seperti ini akan berakhir dengan 'itu' dan aku hanya bisa pasrah. Dasar pria cebol tapi tampan, aku mencintaimu.

Komen dan Vote ya...
Maaf absurd 😂😂😂

[IMAGINE] BTS JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang