CILY 7 [Revisi]

10.6K 435 3
                                    

Happy Reading

Pranggg!!!

Bunyi pecahan benda terdengar dari ruangan kerja Hendoko--Ayah Auna--

"Kalian ini bodoh sekali. Hanya diperintahkan untuk mencari sahabat dari teman anak saya saja tidak becus. Sekarang kalian keluar. Dasar anak buah tidak berguna," Ucap Hendoko murka.

'Sepertinya memang harus aku yang turun tangan sendiri' Batin Hendoko.

***

''Auna, Auna. Ayo cepetan turun, udah siang nih, mau telat lo ke kantor" Ucap seseorang.

"Sabar kali Rin,"

"Abisannya lo lama banget kaya siput,"

"Yee, sans --santai-- dong. Udah ayo,''

Saat ini mereka sudah berada di dalam mobilnya Karin untuk menuju ke kantor. Tetapi saat di jalan, tiba-tiba ada yang menghadangnya. Buru-Buru Karin turun dari mobilnya,

"Woii. Turun lo. Jangan songong deh lo. Mentang mentang orang kaya. Lo kira gue takut?" Tantang Karin.

Auna yang melihat mobil yang menghadangnya tadi, buru-buru tersadar,

"Anjirr, itu 'kan mobil bokap. Kok dia bisa tau gue di sini? Bisa mampus gue ," Ucap Auna.

Sedangkan orang yang Karin marahi tadi, turun dari mobilnya. Karin syok, tau siapa yang baru saja dia bentak tadi.

"Om Hen--doko?" Ucap Karin gelagapan.

"Apa? Kamu berani? Sekarang di mana anak saya?!" Ucap Hendoko.

Hendoko mengalihkan pandangannya ke dalam mobil Karin. Saat ia melihat orang yang sedang dicarinya berada di dalam mobil Karin, buru-buru ia membuka pintu mobil milik Karin,

"Turun kamu Auna!" Bentak Hendoko.

"Aku gak mau Pah, gak mau," Ucap Auna sambil menggelengkan kepalanya.

"Nggak ada penolakan. Pokonya kamu harus pulang ke Jakarta," Ucap Hendoko lalu menarik tangan anaknya.

"Rin tolongin gue Rin," Ucap Auna memohon.

"Om, tolong lepasin Auna om. Kasian anak om kesakitan," Bujuk Karin.

Hendoko tidak mendengarkan ucapan Karin. Lalu Hendoko langsung membawa Auna ke mobilnya.

Sementara Karin bingung apa yang harus ia lakukan. Tapi tiba-tiba terlintas di benak Karin untuk menelepon seseorang,

"Angkat dong pliss" Ucap Karin gusar.

Yang ditelepon akhirnya mengangkat. Karin menghelakan nafas lega.

"Hallo,"

***

"Pah, aku nggak mau pulang ke Jakarta. Aku nggak mau juga dijodohin. Pah, plis Pah," Ucap Auna memohon.

Tetapi Hendoko tak kunjung bicara. Hendoko masih bungkam.

"Pah, cukup ya Pah. Dulu Papah ngatur-ngatur aku untuk kuliah di mana dan jurusan apa, dan sekarang Papah ngatur-ngatur juga masalah jodoh aku. Aku capek Pah capek,"

"Papah mau yang terbaik untuk kamu Na," Ucap Hendoko akhirnya.

"Nggak. Ini bukan yang terbaik untuk aku. Aku tau, Papah ngejodohin aku supaya perusahaan Papah nggak bangkrut 'kan Pah? Iya kan?!''

Hendoko hanya bisa diam. Dalam hati dia berkata, 'Dari mana anak itu bisa tau?' batinnya

"Jawab aku Pah. Iya kan?!"

"Papah nggak usah bohong lagi. Aku udah tau semuanya. Aku dengar percakapan Papah dengan Mamah waktu itu di kamar. Kenapa Papah menjadikan aku sebagai taruhannya Pah? Kenapa? Aku juga mau bahagia bersama orang yang aku cintai Pah. Nggak terus-terusan Papah atur-atur kaya gini. Aku sudah dewasa. Aku bukan anak kecil lagi yang bisa Papah atur-atur lagi," Ucap Auna sambil menahan tangisan.

Tapi percuma saja ia menahan tangis,tapi akhirnya air mata yang ia tahan sedari tadi tumpah juga.

Dan Hendoko masih bungkam. Enggan menjawab semua pertanyaan yang dituturkan anaknya itu.

***

"Akhirnya lo dateng juga Ndra," Ucap Karin panik.

"Sekarang Auna di mana?" Tanya Andra.

"Anu---itu loh hmm, Auna udah dibawa pergi ama bokapnya buat pulang ke Jakarta. Mendingan sekarang lo susul mereka deh sebelum mereka pergi," Ucap Karin.

"Oke deh. Makasih ya Rin," Ucap Andra,lalu berlalu dari hadapan Karin.

'Semoga lo berhasil ya Ndra menaklukan hati bokapnya Auna,' Batin Karin.

***

Andra masih berkeliling bandara mencari seseorang yang sedari tadi ia cari. Namun hasilnya nihil, Andra sama sekali tidak menemukan Auna.

Jika sudah begini, apa yang harus Andra lakukan? Menyusul Auna ke Jakarta? Sepertinya tidak mungkin. Karena Andra masih mempunyai tanggung jawab di sini. Bila Andra ingin ke Jakarta, ia harus menunggu sampai lusa tiba.

Andra hanya bisa menghelakan nafasnya. Lalu berkata dalam hatinya, 'Tunggu aku ya Na. Aku akan berusaha meyakinkan Papah kamu,'

***

Saat ini Auna hanya bisa diam. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Auna berharap Andra akan segera menyusulnya dan bisa membatalkan perjodohan gila ini.

Tapi Auna buru-buru tersadar, 'Emang gue siapanya dia? Mengharapkan dia bakal membatalkan perjodohan ini. Pacar bukan. Sodara juga bukan,' Batin Auna.

Tetapi Auna tidak sadar, bahwa ada seseorang yang sedang sangat menghawatirkan dia. Ia sangat cemas. Rasanya ia ingin segera kembali ke Jakarta. Ia tak akan rela bila Auna bersanding dengan lelaki lain. Bila itu terjadi dunia lelaki tersebut berasa kosong dan hampa bagaikan burung tanpa sayapnya.

Tetapi ia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya di sini. Ia baru bisa akan kembali lusa nanti.Sekarang yang ia harus fikirkan adalah ia harus berkonsentrasi dalam mengendarai pesawatnya, ia akan membawa nyawa ratusan orang. Ia tidak ingin hal yang tidak ia inginkan terjadi. Sekarang ia hanya bisa pasrah dan berdoa agar Auna tidak apa-apa.

#TBC

Jakarta, 04 januari 2017

Haiii semua huehehhehee. Happy new year semua. Semoga ditahun ini kalian dan juga gua bisa jadi pribadi yang baik lagi heheheh.

Gak kerasa udah 2k17 aja wkwkwkwk. Gua cuman mau ngasih tau, kayanya gua bakalan bener-bener jarang update bahkan hiatus deh kayanya huhuhu. Ya, you know lah heheheh.

Tapi gua usahain kalo lg senggang gua bakalan update kok heheh.

Biar gua semangat  jangan lupa voment yak heheh.

Sampai jumpa dilain waktu hehehe.

Captain, I Love You  [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang