" Bahagia itu sederhana, kalau sudah ditawarkan bahagia di depan mata..."
Pagi ini aku dan Resangga berangkat menggunakan mobil ke Bandung untuk menemui keluargaku. Namun pertemuan yang pertama kali setelah sekian lama ini nampaknya membuat Resangga gugup melebihi diriku karena sejak tadi datang menjemputku, pria itu hanya diam dan menanggapi seadanya jika sedang bicara denganku. Gugupnya pria di sebelahku ini membuatku gemas sendiri karena sebulan dekat dengan Resangga aku dapat mengetahui berbagai sikap pria ini yang baru kutahu.
" Kenapa sih?"
Resangga menoleh sebentar sambil menaikkan sebelah alisnya dan melihat ku heran karena pertanyaanku yang akhirnya memecahkan keheningan diantara suara radio yang mengalun di dalam mobil selama perjalanan kami menuju Bandung.
" Apanya?" tanya nya.
Aku tersenyum kecil kemudian memelankan volume radio agar aku bisa bicara dengannya dengan tenang. " Mas Resa kenapa? Kita pulang aja deh yuk, Abel gemes sendiri liat mas Resa yang kalem gini" kataku jahil.
Perlahan wajah tegang Resangga langsung menghilang mendengar kata – kataku tadi kemudian dapat kulihat senyum kecil menghiasi wajahnya. Senyum yang memang jarang di perlihatkan oleh Resangga jika bukan berdua denganku. Sebulan mengenalnya, ku sadari Resangga bukanlah tipe pria yang hangat dan ramah pada orang lain. Bukan juga tipe yang sombong dan tidak menanggapi orang lain jika sedang bicara dengannya, Resangga hanya pria yang bicara seadanya dan tersenyum jika memang keadaan itu mengharuskannya tersenyum. Kadang aku sendiri gemas melihat tingkahnya yang susah ditebak jika berhadapan dengan orang baru.
" Aku nervous masa ya...Hahaha.." katanya lalu tertawa kecil, tawa yang belakangan ini memang aku suka. Ya Allah tampannya ciptaanMu...
" Kenapa jadi mas Resa yang nervous sih? Harusnya aku yang nervous tau udah lama ngga ketemu keluargaku"
Resangga mengangguk kemudian tertawa kecil. " Tapi tetep aja aku nervous, soalnya ini kan perilhal aku datang ke orangtua kamu secara resmi sayang" katanya ringan tanpa menyadari bahwa dia memanggilku dengan sebutan sayang untuk pertama kali.
" Apa sih sayang – sayang aja mas Resa ih !" kataku kemudian memalingkan wajahku ke jalan raya.
Kudengar tawa kecil Resangga lagi kemudian pria itu mengambil sesuatu dari dashboardnya dan diberikan padaku. Aku mengerutkan kening melihat apa yang dia berikan. Sebuah album foto dan bertuliskan nama ku di sampul depan album foto itu.
Kalau kamu sadar dari kecil kita udah sering bersama, bel.
Kamu, dengan rambut coklat yang dari dulu kusuka
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah, Pernikahan dan Sebuah Kepulangan
General FictionAbela maryam, seorang wanita muda yang menjadi muallaf. Keputusannya menjadi muallaf membuatnya di buang dari keluarganya dan harus mencoba hidup baru di Jakarta. Dia menjadi muallaf awalnya untuk seorang pria yang pergi jauh untuk menempuh pendidik...