[DIREVISI ULANG] PART 2

710 253 127
                                    

Suasana kelas Jae In saat itu terbilang ramai bagai suara mesin yang tengah berderu. Sebagian anak lelaki heboh dengan hasil pertandingan antara Chelsea dan Arsenal yang mengecewakan. Sementara beberapa anak perempuan lainnya terlihat berkumpul di tengah ruangan. Semua hal yang memanas akhir-akhir ini mereka bahas. Mulai dari pernikahan aktor dan aktris ternama seperti Song Joong Ki dan Song Hye Kyo, kematian salah satu member boyband SHINee, Kim Jong Hyun yang mendadak, hingga anjing milik kepala sekolah yang mengigit bokong wali kelas mereka dua hari yang lalu.

Namun, di tengah hiruk piruk yang bising seperti itu, ada seorang anak permpuan yang sedang menyendiri di dekat jendela yang terbuka. Cuaca kota Seoul memang dingin saat itu, tapi entah mengapa Jae In malah membuka jendelanya dan bersandar di sana sambil menyapu pandangan.

"Wah, ternyata salju turun hari ini, ya." gumamnya sambil memasang earphone di telinganya. "Tapi, kenapa ibu bisa luluh oleh perkataan Dong-bukan, bajingan satu itu? Entah kenapa kalau diingat-ingat lagi malah jadi semakin menyebalkan rasanya." Jae In mengangkat bahunya acuh, berusaha mengusir rasa tidak nyaman yang menggelayutinya.

"Jae In." panggil So Eun tiba-tiba, membuat Jae In sedikit terlonjak dari posisinya. "Kenapa kau buka jendelanya? Cuacanya kan sedang dingin. Nanti yang ada kau kena flu." lanjut So Eun mengabaikan tatapan kesal dari Jae In dan menutup jendela.

"Kau mengagetkanku, tahu." cibir Jae In sambil melepas kembali earphone di telinganya.

"Ada apa? Sepertinya kau sedang kesal."

Jae In menghela napasnya pasrah lalu duduk di bangkunya dan berkata, "Ibuku memaksaku untuk les privat."

"Apa?" So Eun mengikuti Jae In duduk di bangkunya. "Ibumu memaksamu untuk les privat?"

Jae In mengangguk lemas. "Ya. Ibuku melakukannya." lalu ia menatap sahabatnya itu. "Tapi apa kau tahu bagian terburuknya?" So Eun diam menunggu lanjutan dari Jae In. "Guru privatnya adalah bajingan yang mencuri ciuman pertamaku!"

Mata So Eun membulat dan mulutnya menganga tak percaya. "Daebak (Hebat)." hanya itu yang keluar dari mulut So Eun saat dirinya mengetahui bahwa lelaki yang mencuri ciuman pertama Jae In adalah guru privat barunya.

"Oh, ya." tiba-tiba So Eun teringat sesuatu. "Kau sudah menyelesaikan tugas matematikamu?"

Gadis di hadapan So Eun itu memicingkan matanya penuh kecurigaan. "Kau ingin menyontek lagi?" tebaknya tepat sasaran, membuat sahabatnya itu senyum lima jari. "Seharusnya kau coba mengerjakannya sendiri. Mau sampai kapan kau bergantung padaku, Kim So Eun?"

So Eun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Maaf. Aku lupa lagi mengerjakannya." jawaban andalan So Eun itu membuat Jae In memutar bola matanya malas lalu meraih tasnya.

"Lain kali tidak akan kupinjamkan, mengerti?"

"Baiklah, baiklah."

So Eun tersenyum melihat sahabatnya bersedia menjadi 'tameng'nya meski dengan terpaksa. Sudah ribuan kali Jae In mengatakannya sejak mereka masuk SMA. Di dalam hatinya, So Eun bersyukur bahwa dirinya memiliki sahabat seperti Jae In. Karena pada dasarnya Jae In adalah orang yang baik kepada siapapun.

"Tunggu." tangan Jae In tiba-tiba berhenti dan dirinya menatap So Eun dengan mata terbuka lebar. "Bukunya tidak ada."

"Apa? Yang benar?"

Jae In mengangguk sambil membongkar isi tasnya. "Padahal sudah kutaruh di dalam tas. Kenapa tidak ada?"

So Eun ikut berdiri, mencoba memilah barang Jae In yang berserakan di atas meja. Sebuah buku bersampul hitam menarik perhatiannya. Ia meraih buku itu dan membaca nama yang tertera di sampulnya tersebut.

First Snow & First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang