"Hyung, kau masih ingat gambar kalung yang ada didalam kameraku?" kata Sehun dengan wajah sendu. Leeteuk mengangguk. "ini kalungnya." Sehun memperlihatkan kalungnya. Ternyata ia tidak berniat untuk mengembalikan kalung tersebut kepada Yoona.
"Bukankah kau bilang bahwa kalung ini sudah berada pada pemiliknya?" Tanya Leeteuk belum mengerti.
"Ya, aku baru saja mendapatkannya kembali."
"Sehun-a, aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan." katanya. Sehun diam sejenak, lalu terlihat mantap untuk mulai menceritakan semuanya.
"Aku dan Yoona adalah sepasang kekasih. Tepatnya 10 tahun yang lalu. Namun aku pergi meninggalkannya untuk berkuliah dan tidak kembali hingga saat ini. Aku melakukan itu bukan karena aku tidak menginginkannya, melainkan karena aku tidak mampu berada disampingnya setelah aku mengetahui keberadaan penyakit ini." jelasnya.
"Jadi selama ini kau menyembunyikan semua ini dariku?"
"Mianhae hyung.."
"Penyakitmu masih bisa disembuhkan. Karena itu, jalani operasi itu dan kembali padanya." bujuk Leeteuk mencoba meyakinkannya.
"Aku tidak yakin akan itu hyung. Kemungkinan untuk sembuh hanya 30%."
"Sehun-a.."
"Aku mohon padamu hyung, tolong rahasiakan semua ini. Kumohon.."°°
Banyak hal yang Sehun lakukan dibalik ketidaksadaran Yoona. Seperti memotret gadis itu secara diam-diam. Membelikan gadis itu roti berselai stroberi dan menyuruh seorang bocah untuk memberikan roti tersebut kepada Yoona. Seperti ketika mereka sedang berada di air terjun. Sebenarnya pada saat itu Sehun tidak pernah melepaskan pandangannya dari gadis itu. Maka itu, ketika Yoona hendak terjatuh, Sehun seperti kilat sudah langsung menangkapnya.
Merasa sedih juga ketika harus berpura-pura ikut mencari kalung yang hilang. Walau jelas sekali bahwa kalung tersebut telah bersamanya di jauh hari. Ia juga harus rela mendengar ocehan amarah Leeteuk kepadanya karena tega menyakiti Yoona.
Pagi itu dilihatnya Yoona terlihat santai. Sehun pun merasa lebih tenang. Mereka sedang bersiap-siap menuju tempat pacuan kuda. Yoona sedang memanaskan mesin mobil, sedangkan Sehun duduk tidak jauh dari gadis itu.
"Kau paham kan mengapa aku memilih pergi ke pacuan kuda?" bisik Leeteuk yang sedikit mengagetkannya.
"Kenapa?" ia tidak mengerti.
"Aish, kau itu kan ahli berkuda, sedangkan aku tidak, apalagi gadis itu."
"Lalu?" masih belum mengerti.
"Kau ajak ia berkuda bersama!" kata Leeteuk lebih menekankan perkataannya.
"Hyung, angan begitu."
"Jika kau ingin aku menjaga rahasiamu, lakukanlah." ancam Leeteuk yang berakhir dengan senyuman kemenangannya.°°
Saat ini Sehun sangat gugup. Ia terus diusik dengan permintaan Leeteuk yang seharusnya tidak ia lakukan. Tapi sebenarnya, kegugupan itu berasal dari pemilihan kata disaat ia hendak mengajak Yoona. Ia sulit memilih kata. Karena desakan yang Leeteuk lakukan terhadapnya, akhirnya tanpa takut, kata-kata itu terucap begitu saja olehnya.
Ia juga memberanikan diri untuk mengobrol dengan Yoona. Mulanya semuanya berjalan lancar, namun ketika Yoona menanyakan kebenaran namanya, ia kembali gugup. Dan seiring dengan itu, penyakitnya kembali kambuh. Ia pusing bukan main. Namun ia berusaha menahannya, tentu ia tidak ingin Yoona mengetahuinya. Setelah mereka selesai berkuda, dengan cepat ia berlari menuju toilet. Karena rasa sakit yang tidak mampu ia bendung, ia pun pingsan dan tidak sadarkan diri.
°°
Dua hari sudah pria itu tidak sadarkan diri. Tubuh lemahnya hanya terbaring diatas tempat tidur rumah sakit. Leeteuk dan Yoona terus setia menunggunya. Kini Yoona sudah mengetahui semuanya. Secara perlahan Leeteuk menceritakan semuanya kepadanya. Dengan berlinang air mata Yoona mencoba memahami pria itu.