Meskipun cerita ini udah tamat vomment masih berlaku yaa!!^^
_____________Setiap malam aku bekerja dengan giat di mini market milik kerabatku, dari pagi sampai sore aku biasa menjaga adikku di rumah sakit dekat mini market tempatku bekerja. Untuk gaji, aku meminta kerabatku untuk membiayai perawatan yang dijalani Jaemin. Aku rasa aku memanglah seperti robot, jika malam aku bekerja, maka pagi atau siangnya aku sudah bekerja lagi.
16.40
"Jaemin, apa kau tidak bosan tidur terus? Aku merindukanmu, aku yakin suatu saat kau akan terbangun. Aku akan menunggu sampai saat itu tiba." Aku selalu riang didepan adikku, aku yakin adikku juga mendengarkan apa yang aku ucapkan. Aku tidak mau bersedih terus, saat bersedih biasanya aku mengingat perkataannya,
'Kau tidak akan pernah merasa bersedih kak, ingat saja aku. Kalau itu tidak berhasil ingatlah orang yang ada dipikiranmu sebelum kau tidur'.
Perkataannya terus terngiang dipikiranku, dan itulah hal yang membuatku berfikir duakali untuk merasakan sedih.
"Ah, ini sudah pukul lima, sudah saatnya aku pergi ke mini market. Sampai berjumpa nanti pukul tiga dinihari." Aku berpamitan dengan Jaemin seperti biasanya.
Ya, aku bekerja dari pukul 5 sore sampai jam 3 dinihari. Mini market itu harusnya tutup pukul 12 malam, hanya saja aku merasa berhutang kepada pemiliknya karena telah membiayai pengobatan Jaemin.
Orangtuaku meninggal pada saat aku berumur 10 tahun, saat itu Jaemin masih berusia 5 tahun. Setelah saat itu kami tinggal berdua dirumah, untuk kebutuhan sehari-hari banyak tetangga yang baik pada kami. Tapi pada saat Jaemin berusia 13 tahun, ia mengalami kecelakaan yang sangat parah, bahkan dokter yang merawatnya pun pernah mengatakan bahwa Jaemin hanya memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk kembali membuka matanya. Dari situlah aku berhenti sekolah dan merawat Jaemin, bekerja, dan menjual rumah-rumah milik eomma dan appa. Aku menyisakan 1 apartment yang menurutku itu cukup untuk ditinggali berdua dengan Jaemin nantinya.
17.00
"Maaf kak, aku telat lagi." Aku meminta maaf pada teman part-timeku.
"Tak apa, ini tidak telat, kau datang pas sekali. Aku akan pergi sekarang, laporanku belum selesai. Terimakasih," pamit lelaki itu.
"Sama-sama Kak Taeil" Taeil selalu menyemangati ku kalau ia sudah merasa lelah akan pekerjaannya. Dia sudah seperti kakak bagiku.
02.00
Ting-tong
Suara lonceng pintu mini market berdenting menandakan bahwa ada seseorang yang masuk. Lelaki bertubuh jangkung itu masuk dan mencari barang yang ia perlukan. Aku sudah tidak takut jika ada lelaki brengsek yang masuk dinihari. Karena saat menduduki bangku sekolah dasar, aku belajar ilmu beladiri. Appa memberiku pesan bahwa 'kau harus bisa membela diri saat appa tidak ada, kau juga harus bisa melindungi Jaemin.' Bahkan sudah sering bagiku melawan preman di luar mini market.
"Apa ada yang kau butuhkan lagi?" tanyaku dengan ramah.
"Tidak," jawabnya "Apa aku bisa meminta bantuanmu?" lanjutnya kebingungan, sepertinya dia tersesat.
"Selama aku bisa membantu kenapa tidak? Apa yang kau butuhkan?" mungkin dia hanya meminta tolong menunjukan arah.
"Bisakah aku tinggal ditempatmu sebentar?"
"Ah maaf, untuk tempat tinggal, aku hanya tinggal dirumah sakit, aku tidak punya rumah," jawabku tidak sepenuhnya berbohong.
"Tidak, bukan rumah. Maksudku, apa aku boleh diam disini sebentar? Aku diikuti oleh orang yang tak kukenal," terangnya dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cotton Candy [Completed ✔️]
FanfictionJika kau melihatnya dari luar, dia adalah gadis yang kuat. Tapi jika kau melihatnya dari dalam, dia rapuh. -Lee Taeyong Kata-katamu seperti Cotton Candy yang hanya manis sesaat. -Na Jooeun ©fullofdaydreaming, 2016 _______ Dibaca aja dulu, siapa tau...