DUA PULUH EMPAT

75 2 0
                                    

"Terima Kasih Buu.."

"Ya sama sama, ingat untuk jaga kesehatan kalian. Sekolah memang sengaja tidak mengijinkan libur karena sudah mau ujian. Kalian memang seharusnya tetap belajar" Ujar Bu Evi sebagai wali kelas

Semua murid nampak kecewa namun tetap mengiyakan perkataan dari Bu Evi. Seharusnya memang hari ini libur, mengingat besok akan diadakan Camping. Namun entah kenapa libur itu tidak jadi diadakan

"Iya Bu.." sahut Angga kemudian kembali duduk

Berbeda dengan Anggi yang masih asik asik saja duduk di sebelahnya, Angga memang yang paling kecewa karena hari ini tidak jadi libur. Entah kenapa Cowo itu nampak sangat menginginkannya

"Bete gak jadi libur" ujar Angga

Anggi menutup majalah yang ia baca dan berganti menatap Angga, "Kita harus ke supermarket pas pulang Ga, soalnya belum beli camilan apapun buat besok" ujar Anggi

Angga menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Kemudian cowo itu nampak memikirkan sesuatu

"Kamu minum obat setiap malam kan Gi?" Tanya Angga

Entah kenapa pertanyaannya tersebut membuat Anggi yang sedang minum, sontak tersedak, "Duh.. pelan pelan dong" ujar Angga menepuk punggung Anggi pelan

"I..iya, emang kenapa?" Tanya Anggi

Angga menggedikkan bahunya, "Gapapa sih, cuma tadi pas kamu turun, aku nemu ini.. bentar" ujar Angga kemudian ia merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebutir obat yang biasa diminum oleh Anggi saat penyakitnya sedang kambuh

"Obat kamu kan?" Tanya Angga

Anggi menatap obat ditangan Angga dengan Shock, "Iya, k..kok bisa sama kamu?" Tanya Anggi. Angga menatapnya kali ini lebih dalam, hingga mau tak mau Anggi mengalihkan pandangannya kearah lain

"Hei.. dengerin aku" Ujar Angga, laki laki itu menggenggam tangannya dengan erat

"Aku gak peduli sama Apapun Gi. Apapun yang halangi Hubungan kita, termaksud penyakit kamu. Kita bisa lawan bareng, asal kamu mau terbuka sama aku" ujar Angga serius

Anggi menatap sekitar kelas. Pergantian pelajaran memang membuat banyak siswa yang keluar kelas dan mengobrol dengan asik

"Sekarang aku mau kamu jujur. Are you okay?" Tanya Angga

Anggi menelan ludahnya dengan keluh. Ia menarik nafas sejenak dan mengeluarkannya sembari tersenyum, "I'm Fine Ga.. Calm down" jawab Anggi

Angga menatapnya namun sedetik kemudian tersenyum lebar, "Oke, jawaban itu udah cukup meyakinkan aku kalo kamu baik baik aja" ujar Angga

"Ga, aku ketoilet dulu ya. Ntar keburu gurunya masuk" ujar Anggi kemudian ia buru buru keluar tanpa menunggu jawaban dari Angga

Anggi memasuki toilet dengan terburu buru, ia segera menutup pintu dengan teliti dan kemudian memuntahkan segela isi perutnya. Entah kenapa beberapa hari ini, ia rutin memuntahkan isi perutnya

"Holy shit!" Umpat Anggi kala ia merasa hidungnya sudah mengeluarkan darah. Dengan cepat ia mengambil tissue di saku bajunya dan mengelap darah tersebut dan membilas dengan Air sebelum pening dikepala itu akan datang

Ia mengambil botol obat di saku roknya dan mengeluarkannya melebihi dosis lalu menelannya langsung

Ia menarik nafas dalam dalam. Kepalanya sekarang berdenyut denyut seakan mau pecah. Baru kemudian obat itu bereaksi dan akhirnya perlahan nyeri dikepala itu hilang

Anggi tersenyum kecut, "Gue harus tetep sehat. Gimanapun caranya, kalaupun gue mati. Gue harus bisa nyembunyiin bangke gue sendiri" Tekad Anggi kuat. Kemudian gadis itu merapikan pakaiannya dan mengoleh sedikit lipgloss di bibirnya agar tidak terlalu pucat

Setelah dirasa penampilannya sudah layak seperti manusia, ia keluar dan menuju kelas kembali

"Kok lama?" Tanya Angga begitu ia sampai dikelas, Anggi mengangguk menekuk wajahnya, "Gara gara kelas sepuluh abis olah raga, makanya ngantri. Pake toilet kita lagi, nyebelin" ujar Anggi sebal

Angga tertawa pelan, "Biarin aja sih, mungkin mereka juga nunggu kelamaan" ujar Angga

Kemudian pembicaraan mereka terhenti karena Guru bidang study mereka sudah datang. Anggi bersyukur dalam hati, tidak ada yang boleh tau tentang hal ini

Ia juga berharap CCTV sekolah tidak bisa merekam aksinya barusan. Yang ia ingin hanya membuat orang lain disekelilingnya dapat tersenyum untuknya. Bukan melempar tatapan kasihan.

Toh, soal hidup juga tidak akan ada yang tau kan?

Ia ingin hidupnya berjalan dengan normal. Tanpa orang lain tau apa yang sedang terjadi didalam hidupnya. Penyakit yang akan menghancurkan umurnya secara perlahan ini, takkan pernah ia biarkan untuk menghancurkan hidupnya

Dan terutama, Kebahagiaan orang terdekatnya sekarang.







Tbc

Maaf belum di Edit 😊

Friendship Or Relationship (FOR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang