Cast : Greyson Chance as Marvins thompson
Skandar Keynes as David Kheil
Steffanie scott as Rachel Danisson
“ ketika seseorang menutup ruang hatinya untukmu, yakinlah ada ruang hati lain yang menuggu untuk kau masuki.”
Lampu masih menyala dan jendela kamarnya pun masih terbuka gadis ini masih sibuk mencoretkan balpointnya pada lembaran kertas buku diarynya, dia sama sekali tak peduli meskipun malam sudah hampir larut.
Kau pasti tak tahu betapa sakitnya cinta tak terbalas, namun kau harus tahu rasanya jauh lebih perih saat hatimu berkeras untuk tetap menunggu.
Menunggu dia yang hanya menganggapmu sepeti angin lalu, menanti seseorang yang hanya menyayangi mu sebagai seorang sahabat. Begitu besarnya kau berharap dia akan berbalik memandangmu lekat, seraya tersenyum kemudian mengatakan “aku juga mencintaimu.” Mungkinkah itu terjadi? Entahlah... sejujurnya aku ingin bertahan namun, setiap hari semakin ku meragu. Jadi, haruskah aku berhenti mengharapkanmu dan mulai merajut cinta baru?
Gadis itu berhenti sebelum akhirnya matanya benar-benar lelah, ia menutup buku diarynya dan bergegas menuju tempat tidurnya. Gadis itu sebut saja dia rachel...tepatnya rachel Danisson, dia mendapatkan marga Danisson dari ibunya tentu kalian heran kenapa harus ibunya? Kenapa tidak ayahnya? Jawabannya adalah karena sejak kecil rachel tidak pernah tahu ayahnya siapa dan dia juga tidak pernah bertemu dengannya. Apa kalian pikir rachel tersiksa karena hal itu? Tentu saja iya! Tapi rachel gadis yang kuat dia sama sekali tak pernah mempermasalahkannya, lagi pula dia sama sekali tak peduli akan hal itu.
***
Mr. George datang lebih awal, “akh menyebalkan orang ini tidak pernah absen mengajar!” rachel menggerutu dalam hati. Mr. George mulai mengawali pelajaran kimianya dia mulai menjelaskan. rachel sama sekali tak ingin memperhatikan ya, dia sangat membenci hal ini. Tepatnya dia tidak membenci gurunya, mr. George orang yang baik dia selalu sabar menjelaskan pada muridnya tapi rachel membenci pelajarannya dia sama sekali tak menyukai pelajaran kimia apalagi materi tentang redoks atau yang lainnya ya, dia benci semuanya all about chemistry.
Bel berbunyi itu artinya pelajaran mr. George telah berakhir, rachel berteriak penuh kemenangan dalam hatinya. “yes!!” setidaknya rachel telah melewati masa kritisnya meski dia tahu besok dia akan bertemu lagi dengan pelajaran kimia ini.
Rachel bergegas pergi dari kelas dia menuju tempat favoritnya, oh-ya rachel dia akan menemui seseorang, orang yang telah berhasil membuatnya tersenyum, orang yang selalu bisa membuatnya kuat orang yang menjadi alasan dia hidup selama ini.
“hai, tomboy bagaimana hari mu?” ucap pria itu.
“ya seperti biasa, aku masih harus tersiksa dengan chemistry yang super menyebalkan itu!” rachel menggerutu manja.
Pria yang di temui rachel itu adalah David Kheil, dia sahabat rachel sejak kecil. David sudah seperti kakak baginya bahkan lebih dari itu diam-diam rachel menyimpan perasaan pada David, terkadang rachel merasa sangat takut jauh dari David atau bahkan rachel cemburu bila David dekat dengan gadis lain selain dirinya. Rachel sadar apa yang dia rasakan tapi sayang rachel tidak terlalu peka terhadap perasaanya dia berpikir itu hanyalah hal biasa yang di rasakan seorang sahabat “itu hanya hal konyol!”
David dan rachel asik bermain basket, kali ini giliran rachel melempar bola. Terlalu bersemangat rachel melempar bola terlalu keras bukannya mengenai ring, bola itu malah melambung jauh dan mengenai seseorang hingga terjatuh.