Mata itu begitu tajam, menatap seseorang dari kejauhan. Seseorang yang mampu membuat si pemilik mata merasa dunianya dijungkir-balikkan begitu saja.
Sepasang emerald itu terus menatap pada sosok di kejauhan yang sedang bercanda bersama dengan kawan-kawannya, tak lepas tatapannya pada si pemuda bersurai cokelat di sana. Ia tahu, ia sudah seperti orang gila kerasukan sesuatu, tapi mana peduli dia jika sudah terlanjur begini?
Yah, bahkan walaupun seseorang yang begitu dia sukai adalah sesama jenisnya, Edward takkan ambil peduli.
...
"Edward, bisa minta tolong?" tanya si pemuda berambut cokelat. Tentu saja Edward mengangguk mengiyakan.
"Anu... aku tidak mengerti soal yang ini..." ia menunjukkan sebuah nomor pada si pirang dan Ed mengangguk paham. Edward pun memulai penjelasannya, dan si rambut cokelat terus menganggukkan kepalanya selama diajari, tanda ia mulai mengerti.
"Waah, terimakasih, Ed! Caramu mengajari sungguh mudah dimengerti!"
"Benarkah?"
"Mm-hm!" lelaki berambut cokelat itu mengangguk-angguk senang. Matanya mengecil seperti bulan sabit saat ia tersenyum begini lebar, dan pipinya merona segar. Ah, betapa Edward telah jatuh hati dan begitu terpesona akan teman lelaki di hadapannya ini.
"Ehm... Jika kau mau, aku akan terus mengajarimu."
"Eh?! Kau tidak keberatan? Aku lemot kalau belajar, nanti merepotkanmu..." nada yang dia gunakan begitu lembut, membuat Edward semakin terlarut saja.
"Tidak apa, akan kuajari sampai kau bisa."
Lelaki berambut cokelat itu tersenyum senang, "Terimakasih!"
Dan saat lelaki itu berlalu, Edward tersenyum tipis --sangat tipis-- dan berbisik, "Sama-sama, Ilyusha Ackerley..."
...
Edward Snowbell, seorang pemuda dua-puluh satu tahun yang sedang berkuliah di salah satu Universitas Inggris, jurusan Hukum. Seorang pemuda British tulen, berambut pirang dan memiliki iris zamrud seteduh hutan di musim semi. Seorang pemuda pendiam dan kurang mengerti bagaimana cara berkomunikasi. Seorang pemuda yang cerdas bukan main,
Namun kesepian.
Edward adalah anak bungsu di keluarga Snowbell. Ayahnya sibuk bekerja, Ibunya mengurusi bisnis keluarga di Asia. Sedang kakak-kakaknya? Tentu saja sudah berpencar kemana-mana, melanglang buana mengurusi bertumpuk-tumpuk pekerjaan mereka.
Jadilah ia selalu sendirian di dalam sebuah Manor besar milik keluarganya. Bersama beberapa pelayan dan sopir pribadinya. Ah ya, dan jangan lupakan Kattnis, harimau betina kesayangannya.
Banyak yang segan kepadanya karena ia adalah seorang tuan muda --keluarganya bahkan dekat dengan Keluarga Kerajaan-- dan pula, kebanyakan berteman dengannya hanya untuk mengambil keuntungan darinya. Gadis-gadis yang mendekatinya hanya ingin menjilatnya, menghabiskan uangnya. Dia memang tampan, namun yang dicintai para gadis itu bukan hanya ketampanan atau kebaikan hatinya, melainkan harta dan kedudukannya.
Edward mengerti itu sejak lama, karenanya ia tak pernah membangun hubungan emosional apapun terhadap siapapun-
-tidak sampai Ilyusha Ackerley muncul dalam kehidupannya yang sepi, membosankan, dan statis.
Edward yang pendiam, dingin, dan kutu buku, mulai merasa dunianya yang telah terhenti sejak beberapa tahun silam bergerak kembali. Jarum jam yang berkarat dan tersendat itu seperti dibersihkan, dan diputarkan kembali oleh seorang Ilyusha Ackerley.
Edward tak pernah tahu ada kepolosan hati seperti milik Ilyusha. Tak pernah ia bertemu dengan seseorang yang bagaikan sinar mentari dalam hidupnya. Tatapan matanya, senyum tulusnya, rona pipinya, gerai rambut cokelatnya yang dipanjangkan hingga tengkuk, wangi aroma Citrus atau Lavender yang selalu menguar dari tubuhnya, suaranya yang merdu, tawa renyahnya; Ilyusha adalah orang pertama yang berhasil merasuki hati Edward Snowbell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Padang Acre dan Lonceng Salju
RomanceEdward Snowbell tak pernah sekalipun membangun hubungan emosional apapun dengan siapapun, baginya, semua orang yang mendekatinya adalah penjilat, mereka hanya menginginkan harta Edward. Namun, setelah Ilyusha Ackerley muncul dan turut mewarnai kehid...