Delapan Belas : Well...?

3.3K 103 6
                                    

Tak terasa liburan panjang telah usai. Agenda seperti biasa aku nikmati lagi.
Kan ku ukir kenangan indah di bangku SMA, sebelum aku lulus dan mengukir di tempat yang baru. Karena kata orang masa paling indah adalah masa putih abu-abu.
Pagi hari ini ku awali dengan menyapa sahabatku yang selalu membuatku tersenyum, yang selalu menghilangkan bebanku walaupun Cuma sejenak.
“Hei riri, hai Esty”. Aku memeluknya dari belakang, yang sedang asik ngobrol duduk di teras.
“Nda, I miss you” serontak mereka berdua dan memelukku.
Kita menceritakan pengalaman liburan masing-masing. Karena hari ini hari pertama sekolah banyak jam kosong. Inilah yang membuat bahagia, kita tanpa henti tertawa dan gila bersama.
Sampai jam pelajaran ke dua akhirnya kita masuk kelas danmelakukan aktivitas belajar seperti biasa.
“Nda, target apa di semester ini” tanya riri di sampingku.
“Ehmm..... apa kamu perlu tau ri ?”. memajang muka centil.
“Iya lah kan aku Kepo” sambil mengedip-ngedipkan mata.
“aku semester ini ingin banget lulus dengan hasil yang bisa membantuku kuliah di tempat yang ku inginkan, tak perlu maksimal kan aku tau kemampuanku”. Dengan muka serius.
“Emang kamu ingin ngambil jurusan apa sih Nda?”. Tanya riri
“Aku ingin seperti kak gio, jurusan Ekonomi, di tempatnya kak gio juga pengenku ri. Aku akan berusaha”. Sambil mengepalkan tangan.
“Aku doakan terkabul deh, semoga kita nanti di pertemukan ketika kita sukses dan bisa foto pakek toga bareng ya Nda. Amin”. Riri tersenyum penuh doa di hati kecilnya.
“Amin, kamu mau ngambil jurusan apa ri kalo kuliah”. Tanyaku.
“Ga jauh beda sama jurusan SMA nda, aku ingin ahli Gizi atau Farmasi. Untuk tempatnya aku nyesuaikan nilai dan ortuku nda” sambil merunduk.
“Kamu pasti bisa ri, kamu kan pinter banget di kelas”. Sambil merangkul riri.
“Oh iya nda, aku baru sadar. Kamu kan anak IPA kok ngambil ekonomi. Kok melenceng ya nda” . kata riri penasaran.
“Emhm... aku di IPA kan di paksa sama ibu ri, mangkanya aku kesulitan kalau pelajaran fisika atau kimia, itu bukan bakatku sama sekali”. Sambil merunduk.
“gapapa nda pengalaman hidup. Kan nanti kalau kamu jadi ibu kamu bisa menceritakan pengalaman ini di anak kamu. Hehe” riri sambil tertawa kecil.
Ga terasa di jam pelajaran aku mengobrol dengan riri sampai lupa apa yang di katakan guru di depan. Jam istirahat lah yang paling aku tunggu akhirnya tiba.
Hp di sakuku bergetar.
“Ai apa kabar, mama kangen banget nih, yuk makan malam besok pas malam tahun baru”. Sms dari Mama.
“Siapa Nda”. Riri dengan sigapnya kepo dan langsung bertanya.
“Ntar aja aku critain” jawabku singkat, fokus dengan Hp.
“emh... maaf ma kemungkinan aku ada acara kumpul sama keluarga, apa mama ke rumah ku?”. Balasku
“Ya udah, tanggal dua januari aja, Ai bisa kan ?” .
“Iya ma, Ai juga kangen banget sama mama”. Balasku.
“Ai siapa sih, kepo nih”. Esty yang ketular riri yang kepo.
“Ini mama, yang menganggap ku anak nya dia”. Kata ku singkat.
“kok bisa, gagal paham nih”. Kata Esty sambil menggaruk rambutnya.
“Gini aku critain dari awal. Aku pas pulang dari Rs aku ketemu tante-tante trus bla....bla...bla”. (kalo di ketik semua kriting nih jari. Hehe )
“Oh... gitu. Emang kelihatanya keren anaknya bisa kerja di RS”. Esty mulai berhayal.
“Ty, nanti kamu kesambet loh”. Membangunkan esty yang berhayal.
“orang nya keren ga nda, kenalin ke aku dong nda”. Merengek di hadapan ku.
“Eh ty kamu ini apa-apaan sih, sapa tau dia mau jodohin sama anaknya”. Riri tertawa girang.
“Kalian ini apa-apaan sih, ya jelas ga mungkin lah, kenapa harus berurusan lagi dengan medis sih, sebel deh”. Dengan wajah yang bete.
“Emang anaknya gimana sih nda?”. Riri bertanya.
“Aku aja belum liat wajah anaknya, soalnya dia sibuk banget katanya”.
“aku kira kamu udah deket sama anaknya, bukan ibunya aja”. Riri menggelengkan kepalanya.
Tak terasa udah setengah jam aku makan sambil mengobrol asyik dengan sabahatku. Walaupun mereka berdua seperti wartawan gadungan yang keponya minta ampun, tapi inilah yang namanya sahabat, yang ingin tahu dan mau tau.
****
Se usai pulang sekolah aku mempersiapkan untuk les nanti sore, dengan tekat bulat dan semangat untuk menggapai sebuah target.
“Nda nanti di anter kak gio ya, ibu mau pergi arisan dulu”.
“Oke bu”. Jababku sambil memberikan jempol.
Hp di atas meja belajarku pun bergetar.
“Si manja, gimana udah dapetin kelemahan ku belum, kasian”. Pesan dari rendi
“Awas aja, suatu saat nanti aku akan tahu kelemahanmu. Dasar dokter lebay”. balasku
Aku siap berangkat untuk menjemput ilmu.
****
Di tempat inilah aku menghabiskan waktu sore ku.
Hp pun bergetar di saku celanaku.
“Nda temennin aku beli buku yuk”.
“Tumben manggilnya bener, kalo ada maunya gitu ya. Dasar dokter lebay”. Balasku.
“untuk perangnya hari ini di pending dulu deh, soalnya temen ku pada cuti nih”.
“Gimana ya ??? oke deh” jawab ku. Dengan pertimbangan karena aku juga butuh buku yang ingin aku beli.
“Nanti aku jemput di Tempat les mu. Aku kan tau segalanya”
Entah kenapa aku semakin akrab walaupun aku dan dia seperti anjing dan kucing. Mungkin kebencian akan memudar menjadi teman.
****
Aku keluar dari tempat les aku melihat jazz yang terparkir di depan, seorang melambai-lambai.
Aku melihatnya dan masuk ke mobilnya.
“Hai manja, gimana kabarnya”.
“Kalo kamu bilang gitu terus aku turun nih”. Kata ku sambil siap-siap buka pintu mobil.
“Iya deh, gitu aja ngambek”.
“Syaratnya traktir dulu, coklat dingin. Wekkk”
Di salam mobil pun aku dan rendi masih berantem dan bercanda, walaupun di akhir pasti rendi yang mengalah. Karena cewek itu selalu benar. (Setuju kan?)
****
Di sampainya toko buku aku dan rendi berpencar karena buku yang aku cari beda tempat rak nya.
Beberapa menit kemudian.
“Kok beli buku ekonomi, kamu bukannya jurusan IPA ya”. Tanpa sepengetahuanku dia bicara di belakangku.
“Kepo amat sih kamu”. Kataku sinis.
Setelah selesai semua aku dan rendi menuju mall.
Sesampainya di mall aku dan rendi kelaparan dan membuka beberapa menu.
“Bentar kamu tunggu di sini, sambil nunggu pesenan, oke” kata rendi sambil meninggalkan ku pergi.
Setelah beberapa menit kemudian pesenan datang tapi rendi tak kunjung balik.
“Nih buat kamu”. Sambil menempelkan satu cup coklat dingin di pipiku dari belakang.
“Kamu ngagetin deh, wih..... ciklat dingin, buat aku nih, makasih ya”. Sambil cengar-cengir.
“Aku selalu nepatin janji kan, pria setia ini namanya”. Sambil memperlihatkan gigi putihnya.
“Terserah kamu aja”. Sambil meminum coklat dingin.
Aku dan rendi pun menghabiskan makanan yang ada di meja semua, ternyata kita mempunyai kesamaan yaitu gila kuliner. Tak terasa sudah pukul tujuh malam. Akhirnya aku di antar pulang oleh rendi. Mungkin ibu ga akan marah karena aku di antar pembina PMR ku sendiri, jadi aku tidak perlu kawatir,
“Nda tahun baru yuk keluar”.
“Aku ada kumpul kluarga mumpung kakak ku pulang. kan tahun-tahun lalu kakak ku selalu da acara di kampus. Jadi besok momen yang indah”. Jelasku.
“Ehm... iya gpp. Kakak mu beruntung ya punya adek, jadi bisa bercanda bareng terus”. Rendi mulai diem.
“Emang kamu anak tunggal ?”. kata ku.
”Enggak juga, aku juga punya adik tapi......” rendi diam.
“Tapi kenapa?”. Tanyaku penasaran.
“Lupakan dasar si manja kepo”. Rendi menutupi dengan gurauan.
“Yaudah karena aku baik hati, kamu tahun baru ke rumah ku aja kita BBQ an bareng”
Wajah rendi langsung sumringah. “Beneran. Makasih manja” sambil mencubit pipi ku.
“Tapi aku penasaran. Adikmu kenapa dulu”. Masih tetep kepo.
“Kapan-kapan aja aku kasih tau, tuh kita udah mau sampek rumah mu”. Sambil menunjuk.

&&&&
Makasih udah setia menunggu. Maaf seribu maaf ga tepat waktu. Boleh deh di cubit😂
Tunggu cerita selanjutnya ya   😊😊😊

Me Vs DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang