Bulir-bulir air menetes dari ujung rambut hingga jatuh menabrak lantai marmer yang tebal, tidak hanya satu, tapi banyak, dan bukan sekali, tapi berkali-kali. Itu karena Hana belum mengeringkan rambutnya dengan benar, handuk yang dibawanya hanya dipajang di kepala dan dibiarkan menganggur.
Tapi dia berjalan acuh, membuka lemari pendingin dengan empat pintu mencari minuman dingin bersoda yang disembunyikan Chanyeol hingga separuh badannya nyaris tertelan kulkas.
"Hmm, ah, ketemu." Hana tersenyum senang, dia buru-buru membuka tutup botol dan meminumnya.
"Hana-sama, bukankah Tuan Chanyeol sudah melarang anda minum soda di malam hari?"
Hana nyaris menyemburkan soda yang masih terjebak di mulutnya, untung saja tangannya dengan cepat menutupnya, meski dia jadi batuk-batuk karena tersedak. "Memangnya kenapa, aku sudah jarang minum sekarang!" Omel Hana dan tetap melanjutkan minumnya hingga tak ada yang tersisa dalam botol.
"Tentu saja, karena Tuan Chanyeol sudah menyembunyikan semua minuman tersebut." Omelan Hana dianggap enteng oleh Sehun, dia berjalan mengambil mineral lalu menelan beberapa pil dengan memunggungi Hana.
Hana cemberut mendengar tanggapan Sehun, dia membuang botol bekas minumnya dan kembali menatap pria itu.
"Hey, Sehun," panggil Hana.
"Ya?" Jawabnya singkat sambil meletakkan gelas bekas minumnya.
"Apa kamu menghindariku?" Tanya Hana to the point.
Gerakan Sehun terhenti. Dia menatap gelas bening bekas minumnya, dan tanpa sadar dia terdiam. "T-tidak."
Sehun masih di tempatnya, dia masih salah tingkah dengan Hana. Namun tiba-tiba punggungnya bertambah beban. Mereka saling punggung memunggung dengan Hana yang bersandar padanya.
"Kalau begitu, coba genggam tanganku," pinta Hana sambil menyodorkan tangannya ke belakang, tepat di samping Sehun.
Pria itu tidak bisa bergerak, dengan posisi ini Hana menahan pergerakannya. Tangan itu terlihat gemas dengan lengan piama yang menutup seperdelapan telapaknya. Sehun teringat akan sumpahnya, jadi dia tidak bisa menggenggamnya, sekuat apapun dia ingin.
"Kenapa? Ayo cepat, aku lelah. Hanya genggam saja, kenapa sulit sekali?" Paksa Hana.
Nafasnya terasa berat, Sehun khawatir Hana mengetahui gugupnya karena punggung yang naik turun tidak stabil. "Saya tidak bisa, Hana-sama. Itu tidak sopan," ucapnya setelah susah payah mendapatkan suaranya kembali.
Hana menyerah. Dia menyandarkan kepalanya pada punggung Sehun dan tersenyum sendu. "Tuh, kan, kamu menghindariku. Apa karena waktu itu? Apa itu membuatmu tidak nyaman? Apa... sekarang kamu tidak ingin bersamaku?" Hana mengigit bibirnya sekuat yang ia bisa, menahan segerombol air mata yang ingin mendobrak.
"Ah— maaf Hana-sama, bisa anda menyingkir dari sana sekarang?"
Hana terbelalak. Dia menatap setetes air mata yang berhasil menerobos dan mendarat di paha mulus yang berlapis celana pendek. Meskipun dia ingin tahu, tapi kenyataan terkadang menyakitkan. Dia ingin bertanya karena Sehun terlihat menghindarinya, tapi dia berharap Sehun menjawab "tidak" untuk pertanyaannya.
Tapi itu hanyalah harapan.
Hana bangkit dan menumpu beratnya sendiri, tapi tidak berbalik. Terlalu malu dan takut untuk berbalik.
"Sudah kuduga," gumam Sehun.
Kelopak mata gadis itu melebar begitu jemari-jemari familiar menyentuh rambutnya dengan handuk. Mengeringkan basah di rambutnya dengan gerakan-gerakan lembut memabukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Butler-Sehun. [Slow Up]
FanfictionOh Sehun adalah seorang pelayan pribadi keluarga Jung, dia melayani putri bungsu si keluarga Jung, Jung Hana. Ditemani ketiga oppanya yang tampan dan protektif. Dilihat dari luar, kehidupan Hana sangatlah sempurna, tapi nyatanya tidak dengan kisah...