Chapter 4

8.1K 598 39
                                    



Jendela kamar rumah sakit Konoha telah dibuka lebar agar cahaya matahari bisa menyinari ruangan. Kakashi bisa merasakan cahaya itu menembus kelopak matanya yang terpejam. Ia membuka matanya.

"Kau sudah sadar, Sensei?" tanya Sakura dari ujung ruangan.

Kakashi menatapnya. Hari ini, Sakura mengikat rambutnya menjadi ekor kuda dan diberi sentuhan poni. Saat tersenyum, kedua pipinya tertarik ke atas sedangkan mata emeraldnya berkilauan.

"Aku akan memastikan kau baik-baik saja dengan melakukan pemeriksaan standar, Sensei.

"Hnnn."

Sakura menghampiri Kakashi dan menata bantal sebagai tumpuan saat Kakashi duduk.

"Aku baik-baik saja, Sakura," ujar Kakashi menatap Sakura yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Aku tidak akan tahu jika tidak memeriksamu, Sensei. Percayalah, proses ini tidak menyakitkan kok," sahut Sakura tertawa melihat tatapan aneh Kakashi.

"Buka matamu lebar!" perintah Sakura memeriksa bola mata Kakashi.

Kakashi berulangkali menelan ludah saat menatap manik emerald mata Sakura. Ia baru sadar jika selama ini mata Sakura sangat jernih dan indah. Pantulan dirinya sendiri yang canggung terlihat jelas di sana membuat tangan Sakura tersentak saking dekatnya jarak mereka.

"Cobalah batuk!"

"Hmmm."

"Batuk!!!"

"Huk."

"Lebih keras!"

"HUK!!!"

"Bagus. Apa kau merasakan sakit di dada?"

Kakashi tidak menjawab melainkan menatap Sakura aneh. Dadanya sudah sakit sejak ia kehilangan ayah, Obito dan tentu saja orang yang sangat ia cintai, Rin.

"Aku tidak apa-apa. Apakah pemeriksaan ini sudah selesai?" tanya Kakashi bosan.

"Kau bisa mengangkat lenganmu? Aku perlu mengetahui jika lenganmu sudah kembali normal." Sakura mengabaikan pertanyaan Kakashi.

Dasar, bebal! Kakashi membatin sendiri dan berpikir lebih baik mengikuti perintah Sakura. Sakura bisa berubah brutal jika ia menolak, tentu saja.

Kakashi merentangkan tangan sedangkan Sakura mulai melakukan pemeriksaan dengan menyentuh titik-titik yang diduga tersumbat akibar racun pada kunai yang menyerang Kakashi kemarin. Ia bisa merasakan betapa halus dan lembut tangan Sakura.

"Seperti inikah sentuhan Sakura," batin Kakashi terpejam membiarkan Sakura menutul-nutulkan tangannya ke seluruh penjuru sebelum akhirnya menghela napas lega.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Sensei. Daya tahanmu sangat bagus sehingga racun dalam kunai itu tak memberi efek apa pun. Kunai tentu tidak akan membahayakan seorang jounin terbaik Konoha. Aku sudah meminta Tsunade-sama untuk memeriksa racun tersebut karena efek racun itu bisa membuat seorang shinobi kuat sepertimu saja tidak sadar semalaman."

Kakashi mengangguk dan segera merapikan kemeja putih khas rumah sakit Konohagakure. Ia sedikit kecewa karena Sakura telah selesai melakukan pemeriksaan. Tapi separuh hatinya sedikit menggelembung bahagia karena Sakura memujinya sebagai jounin terbaik di Konoha. Hei, tapi Sakura juga mengejeknya karena koma semalaman.

Tok, tok, tok!

Sakura menoleh ke pintu, seorang perempuan cantik berambut ungu panjang sepinggang telah berdiri dengan buket bunga yang sempurna.

(Un)Broken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang