PROLOG

1.2K 124 12
                                    

Gemuruh petir terdengar berulang kali, seraya semilir angin berhembus melewati tengkuk leher seorang lelaki yang sedang berdiri terdiam menatap sesuatu dihadapannya.

"Tolong saya" seorang lelaki paruh baya yang tersungkur penuh darah di aspal jalan itu mencoba meraih telapak tangan lelaki yang sedang berdiri dalam diam itu.
Sama sekali tak menggubris lelaki itu malah mundur perlahan, menjauhi hiruk-pikuk orang yang tiba-tiba datang mencoba membantu lelaki dan anggota keluarganya itu yang menjadi korban tabrak lari supir truk.

10 menit sebelum kecelakaan

Secangkir kopi hangat dan satu buah croissant memang paling pas menemani jam santai ditengah cuaca Roma yang mendung hendak hujan itu. Lelaki yang berdiri didepan kasir itu pun pergi membawa menu pesanannya dan memilih untuk duduk diluar kafe. Karna cuaca yang mendung ia melepas kacamata hitamnya, sebuah pelindung baginya, seperti pedang bagi ksatria ataupun mobil batman yang super canggih bagi si pembela kebenaran kota Gotham itu.

"Iya aku ada di daerah depan Senato della Repubblica palace" ujar si lelaki yang mengangkat panggilan ponselnya, sebari berbincang ia melihat sekitar dan perhatiannya tertuju pada keluarga kecil beranggotakan ayah, ibu, dan seorang anak lelaki yang mungkin baru berusia 6 tahun.

Selesai mengangkat panggilan, ia kembali menyeruput kopi hangatnya. Sedang asik melihat postingan Instagram, lelaki itu menoleh saat seseorang penepuk pundaknya.

"Maaf, permisi" ujar lelaki yang menepuk pundaknya.
"okay, wait a minute" jawab si lelaki yang mencoba meraih kacamata nya. Namun kacamata itu malah jatuh ke lantai.
"Maaf mau bertanya" tanya lelaki paruh baya itu yang terlihat sedang terburu-buru. Karna terus ditanya, lelaki itu pun menyerah mengambil kacamatanya.
"Iya boleh" jawabnya yang tak dapat mengalihkan pandangannya dari tatapan si bapak yang bertanya.

Seperti tak bisa berkedip, lelaki itu membisu saat menatap mata si penanya.

"Apa anda tahu toko De UNO" tanya si bapak itu lagi yang berhasil menyadarkannya, ia pun reflek mengalihkan pandangannya ke samping.

"Hah? Toko De UNO? ooh, dua blok dari sini"
"Pak, hati-hati dijalan, jalanan cukup licin" tambah lelaki itu dengan suara cemas.

Si bapak yang bertanya itu pun pergi setelah berterimakasih.

"Aku melihat, aku melihat hal itu lagi" Gumam lelaki itu dalam hati. Ia meninggalkan kafe, berjalan ganti dengan tatapan kosong, ia memakai kacamata hitamnya yang jatuh tadi. Saat hendak menyebrang, di hadapannya ia melihat mobil sedan yang ditabrak oleh truk yang lebih dulu melarikan diri.

....

Bukan aku yang minta. Entah ini anugerah atau hukuman bagiku. Saat menatap lewat mata si bapak yang bertanya alamat padaku tapi, aku melihat, aku melihat dengan jelas, bagaimana si bapak dan keluarga kecilnya mengalami kecelakaan.
Aku pun melihat diriku berdiri mematung dihadapan si bapak yang berlumuran darah. Jika sudah seperti itu, aku tidak bisa melakukan apapun.

Bukan aku yang meminta.

Tetapi

Aku

Adalah

Prescient.

---TBC---©LOVE, LIES 2017

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


---TBC---
©LOVE, LIES 2017

Love, LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang