Part 9

2.6K 233 31
                                    

03 Januari 2017

Mulmednya jangan lupa disetel yaa biar ngeresep aja gitu pas baca he he

Mercy - Shawn Mendes

Love you, guys. Cekidot~~



==========================

Sambil mengikat rambutku menjadi ponytail, aku memerhatikan layar ponselku yang tak kunjung bersuara--maksudku, menampilkan tanda-tanda kabar dari Senja.

Dela Asmarani:
Sen, lagi dimana? Aku lagi gak enak badan banget, mau minta tolong beliin makanan buat nanti malem, ya?

Dan ... baru dibaca olehnya pagi ini.

See? Dia seolah tidak menggubris permohonanku kemarin, seolah tidak penting buatnya.

Wajar kan, kalau aku ingin meminta sesuatu darinya? Lagi pula aku meminta tolong padanya, ini darurat, Tante Rema dan Om Pandri sedang tidak di rumah. Pada siapa lagi aku harus meminta pertolongan kalau bukan padanya?

Sumpah, aku tidak bohong saat aku bilang padanya sedang tidak enak badan. Karena sejak kemarin aku lebih memilih tenggelam di kasur daripada melakukan hal lainnya. Sejak semalam, tubuhku sudah meriang, keringat dingin terus mengucur dari tubuhku.

Tapi sepertinya Senja menganggap sakitku sebagai hal sepele, ya?

Dia sendiri yang mengaku kalau aku ini pacarnya, tapi aku meminta tolong padanya kemarin sore saja tidak digubris.

Apa aku salah meminta tolong padanya? Apakah menurutnya aku ini terlalu merepotkan?

Sampai akhirnya semalam aku tidak jadi makan malam karena menunggu Senja yang tidak kunjung datang, keadaan semakin terasa buruk karena Tante dan Om yang pulang sudah larut malam dari acara arisan keluarga di Bandung.

"Lo kenapa sih, Sen ... jadi sulit ditebak gini? Ada yang berubah dari lo, atau emang ini sifat asli lo?" gumamku dalam hati.

Senja yang kukenal, dia selalu meninggikanku. Atau di sini hanya aku saja yang merasa terbang tinggi, padahal sejengkal pun tidak?

Dadaku mendadak sesak menyadari kalau perumpaanku barusan ada benarnya.

Ponselku berdenting, cepat-cepat aku mengambil benda yang tergeletak asal di tempat tidur.

Senja Rahardian sent you a message

Aku tersenyum skeptis. Baru ada kabar?

Senja Rahardian:
Maaf ya Mara, hp aku semalem paketnya abis

Klasik!

Iya aja, iya!

Malas, aku hanya read pesannya.

Baru saja ingin melipat selimut, ketukan pintu dari luar menginterupsiku.

"Dela, kamu udah makan belum?" teriak Tante Rema dari luar.

"Udah," sahutku lesu.

Tanpa basa-basi lagi, dia membuka pintu kamarku sambil membawa nampan berisi bubur ayam dan segelas susu.

"Makan nih, semalem Om Pandri bawain kamu makanan, tapi kamu udah tidur. Mana badan kamu panas banget, kenapa sih, Dela ... kalo kamu sakit gak pernah bilang?"

Aku mengigit bibirku, merasa bersalah. Lagi-lagi nada kekecewaan yang kudapat dari Tanteku ini. "Maaf, abisan Dela pikir nanti bakalan ganggu kalian. Jadinya, Dela minta tolong temen buat bawain makanan."

Dia nampak menghela napas panjang, sambil menaruh nampan itu ke atas meja belajar. "Terus, temen kamu itu bawain kamu makanan, nggak?"

Aku menggeleng, tanteku semakin mengembuskan napas kasarnya.

Seindah SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang