3. Kamu Sudah Suka Denganku?

1K 46 6
                                    

Kalau suka, ungkapkan. Jangan sampai terlambat, karena perasaan seseorang bisa saja berubah dalam sekejap.

***

Di suatu pagi, mentari sudah menampakkan diri dengan senyum terindahnya. Tapi, tidak dengan Shelby. Sedari tadi ia terus menggerutu dan mengucapkan segala sumpah serapah.

Tahu tidak, pagi ini Alan datang pagi-pagi hanya untuk sekedar mengantar Shelby ke sekolah. Padahal Shelby sudah menolak, tapi mamanya yang memaksa. Dan dengan sangat-sangat-sangat terpaksa, Shelby berangkat sekolah bersama Alan.

Tentu saja Alan menjuruskan sedikit modusnya, ia sengaja memelankan motornya agar tidak cepat sampai di sekolah. Sampai-sampai Shelby jadi kesal sendiri dibuatnya.

Mereka saat ini tengah berjalan bersisian di koridor, tentu hal ini mengundang tatapan dari banyak orang. Dari kelas X sampai Xll, Alan ini
fangirl nya sudah banyak sekali, ia termasuk jajaran most wanted boy di SMA Elang.

"Kamu udah suka denganku?" Tanya Alan.

Shelby menoleh menaikkan satu alisnya, "Suka? Kita aja baru 2 hari ketemu, gimana gue mau suka sama lo, jangan ngarep deh!"

Alan menaruh kedua tangan di saku celananya, "Yaa, kan siapa tau. Kalau udah suka, bilang saja. Babang Alan setia menanti kok, walaupun adek masih belajar mencintai babang,"

"Gue gak bakal mempan sama gombalan sampah lo itu!"

"Jangan bilang begitu, nanti kamu sendiri yang kangen aku gombalin. Siapa tau nanti aku udah pergi. Mungkin aja kan?"

Shelby terdiam mendengar ucapan Alan.

***

"OH MY GOD, OH MY GO, OH MY GOD! SHELBY, LO UTANG PENJELASAN SAMA GUE!" Sembur Sydney ketika Shelby baru saja masuk ke dalam kelas. Shelby hanya menatap Sydney kesal karena teriakannya yang super duper cempreng dan nyaring.

"Kok lo bisa barengan gitu sih sama Alan?" Lanjut Sydney.

"Gue--"

"Terus tadi pas markirin mobil gue liat lo turun dari motornya Alan."

"Iya, gue--"

"Lo berangkat bareng sama dia?"

Shelby menghembuskan napas kesal, ketika Shelby diam Sydney pun juga diam, lalu Shelby melanjutkan, "Gu--"

"Lo kok ditanyain diem aja sih?" Ujar Sydney bersedekap. Kemudian sebuah jitakan mendarat di kepalanya.

"Eh, cumi! Gimana Shelby mau ngomong kalo lo nya nyerocos mulu kayak emak-emak kos-kosan nagih duit bulanan!" Kata Leah.

Sydney mengelus-ngelus kepalanya, "SAKIT BEGO! LO TAU GAK, KALO PALA GUE LO JITAKIN MULU LAMA-LAMA PALA GUE BISA BENJOL, MAU TANGGUNG JAWAB LO?!"

"Yee, lo fikir teriakan maut lo gak bikin sakit telinga apa?! Lo tau gak, kalo kuping gue ngedenger teriakan lo mulu bisa-bisa gendang telinga gue pecah. Suara lo tuh melebihi toa di mesjid tau gak?!" Balas Leah berteriak, tapi tidak sekencang teriakan Sydney.

"Eh, perasaan yang lain biasa aja tuh. Cuma lo doang yang merasa keganggu, emang dasarnya lo tuh cewek super ribet!"

"Lah, kok jadi gue yang disalahin sih? Jelas-jelas suara lo tuh udah kayak tikus kejepit tau gak!"

"Kok jadi lo yang repot sih?!"

"Jelas lah, gue lagi enak-enakan tidur malah lo gangguin!"

Sedari tadi, murid-murid kelas Xll IPA 6 sibuk meneriaki nama mereka, ada yang mendukung Sydney ada juga yang mendukung Leah. Tapi, suasana yang tadinya sangat gaduh tiba-tiba menjadi hening dan para murid langsung terduduk rapi di tempatnya masing-masing.

Karena terlalu asyik beradu argumentasi, mereka tak menyadari kalau pak Wardoyo sudah memasuki kelas. Ngomong-ngomong, pak Wardoyo ini guru fisika. Guru yang terkenal kalau ngasih hukuman tidak tanggung-tanggung.

Pak Wardoyo berjalan ke arah mereka. Molly sudah mengkode mereka melalui tatapan mata dan sudah menyenggol lengan Leah yang merupakan teman sebangkunya.

"Yang lain mah biasa aja, cuma elo-aww, aww sakit woi! Paan sih elah, sape sih?" Sydney menengok, sedetik kemudian menyengir.

"Ngapain kamu teriak-teriak? Memangnya ini hutan? Memangnya ini pasar, hah?" Tegurnya pak Wardoyo dengan aksen jawanya yang sangat kental sambil tetap menjewer telinga Sydney.

Ia menoleh ke arah Leah yang wajahnya santai-santai saja, tentu saja karena Leah sudah biasa mendapat hukuman. "Kamu juga, gak kapok kamu saya kasih hukuman terus?" Katanya sambil menjewer kuping Leah.

"Aduh, sakit pak! Kuping saya udah cukup sakit ngedengerin suara toa dia, jangan di tambah sakit lagi dong pak!"

Pak Wardoyo menjewer kedua telinga mereka tinggi-tinggi. "Sekarang, kalian bapak hukum! Berdiri di luar kelas dengan kaki di angkat satu serta kedua tangan yang memegang kuping! Kalian bapak hukum sampai pelajaran bapak selesai,"

Mendengar hal itu, sontak membuat mata Sydney dan Leah membulat penuh. Bagaimana tidak? Pelajaran pak Wardoyo hari ini 3 jam penuh, itu artinya mereka di hukum sampai bel istirahat berbunyi.

"APA PAK?! OMG, PELAJARAN BAPAK HARI INI TUH 3 JAM PENUH!!" Kata Sydney histeris.

"Bapak tahu kok, memangnya kenapa?"

"Ih, bapak kok tega banget sih sama saya. Di kurangin deh hukumannya pak," Ucap Leah memelas.

"Tidak ada bantahan! Segera keluar kelas!" Mendengar suara pak Wardoyo yang menggelegar, membuat keduanya dengan cepat keluar kelas.

***

Setelah cukup lama berdiri di depan kelas, Sydney dan Leah melihat dua pria yang sedang membawa beberapa buku. Ternyata itu Daniel dan Samuel, sahabat dari Alan.

Namanya Daniel Anderson. Sedikit info ya, Daniel itu orangnya playboy parah! Memang sih, dia tampan dan jago sekali dalam urusan merayu perempuan. Dia suka menyanyikan sebuah lagu di iringi petikan gitar miliknya untuk para fangirl nya, sampai-sampai tak jarang para perempuan itu jadi baper alias bawa perasaan. Dia juga suka gonta-ganti perempuan, ia termasuk jajaran badboy di SMA Elang.

Kalau yang satu lagi, namanya Samuel Nicholas. Dia seperti cowok-cowok yang banyak kalian jumpai di novel remaja, ia cowok super cool dan tatapannya itu selalu datar. Meskipun begitu, ia banyak di sukai oleh perempuan.

"Eh, bebeb lagi di hukum nih. Kok gue bosen ya ngeliat dia di hukum mulu?" Kata Daniel pada Samuel yang terlihat cuek.

Leah jadi murka, ia selama ini sudah sabar menghadapi sikap Daniel yang selalu menjahilinya. Entah maksudnya apa, ia juga masih tak mengerti. "Heran ya gue, di mana-mana ketemunya sama elo terus! Gue lebih bosen ngeliat muka lo yang sok kegantengan itu!"

"Emang ganteng kali," Celetuk Sydney.

"Noh, temen lo aja ngakuin. Udah deh, gak usah sok-sok malu. Mau bilang gue ganteng mah bilang aja kali." Kata Daniel.

"Cuih, najis tau gak! Udah, udah. Sono lu pergi! Ganggu hidup gue aja tau gak!"

Pak Wardoyo yang mendengar teriakan itu pun segera keluar kelas, "Loh, kok kalian berdua ada disini toh? Bukannya kalian di panggil bu Endah?"

"Iya pak, ini mau ke kantor guru." Jawab Samuel sopan. Pak Wardoyo mengangguk lalu masuk kembali ke dalam kelas.

Daniel mengedipkan matanya ke Leah dan menyeringai. Sydney menyenggol lengan Leah kemudian tersenyum jahil. "Tanda-tanda loh,"

"Apaan sih lo?!" Leah memperhatikan Daniel yang kian lama kian menjauh. Kok gue seneng ya?

***

-9 Februari 2017-

Kabut LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang