Girl in the Rain

9.7K 896 19
                                    

Thorn~

Hujan deras tak henti mengguyur area ini. Area yang tampak sepi tanpa satu pun kendaraan yang melintas sejauh mata memandang.

Kesialan yang bertubi-tubi menurutku.

Tidak ada supir, mesin mobil yang tak kunjung menyala serta hujan deras di kegelapan malam.

Rokokku habis dan udara terasa semakin dingin.

Shit!

Bahkan battery handphoneku juga seakan menolak membantuku.

Tidak ada pilihan lain. Selain mengambil payung dan turun dari mobil.

Andai tadi aku tidak menolak tawaran Aidan yang mengajakku menumpang mobilnya.

Kunaikkan sedikit daguku, memutari pandangan ke setiap sudut yang ada sambil berharap akan ada kendaraan yang lewat atau setidaknya rumah penduduk.

Meski nyatanya nihil.

Apa ini masih di bumi?! Segala begitu sunyi sampai sebuah suara tiba-tiba mengejutkanku.

"Tolong..."

Tubuhku seketika bergeming. Suara seorang wanita yang sedikit tersamarkan hujan. Aku kembali menajamkan pendengaranku.

"TOLONG" jeritan itu terdengar lebih keras sekarang.

Ini jelas manusia, pikirku.

Tanpa pikir panjang langkahku mulai menapaki tebingan kecil yang berada di sisi jalan. Menembus semak yang basah karena air hujan.

Benar saja.

Seorang wanita muda yang dikelilingi dua lelaki paruh baya. Salah satunya bahkan tengah menindih wanita itu.

"Apa kalian tidak takut masuk penjara eh?" Ucapku.

Kedua lelaki itu menatapku tajam. "Son of bi**h, siapa kau?!"

Pertanyaan itu tidak kujawab. Fokusku kini hanya kepada wanita yang terbaring tidak berdaya itu.

"Sebaiknya kalian pergi jika tidak ingin mati." Kemarahan mulai menguasaiku. Ini adalah kemejaman yang begitu nyata terhadap seorang wanita.

Kedua lelaki itu terbahak seraya menghampiriku. Kemudian tanpa aba, mereka menyerangku, secara bersamaan.

Satu pukulan berhasil merobek sudut bibirku.

Anggaplah sebagai bonus. Karena detik berikutnya satu hal yang pasti. Aku berhasil mematahkan tangan si tua bangka bertubuh tambun, dan juga berhasil memecahkan pelipis lelaki yang satunya.

"Anda tidak apa-apa Nona?" Tanyaku.

Wanita itu hanya terus menangis dengan mata terpejam.

Kusibak helai rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Dan setelahnya, aku benar-benar menyesal karena telah melakukannya.

Karena, gejolak darahku seolah mendidih secara tiba-tiba. Seakan tengah membangunkan dia yang telah sekian lama terlelap.

"Tidak, jangan keluar. Ini tubuhku!" Aku bergumam. Sesekali mengigit luka di sudut bibirku agar tetap tersadar.

Jangan sampai dia terbangun. Segalanya akan berantakan jika dia hadir.

Flashback End.

***

Hari ini adalah tepat bulan ketiga aku bersama Thorn.

Thorn Mc AdamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang