"Kringggg......Kringggggg......Krinnggggg"
Kelopakku mengepak malas mencari asal bunyi tersebut. Bunyi yang membuyarkan mimpi indah, anggaplah demikian. Mesti aku tak tahu pasti mimpi apa aku sekian detik yang lalu. Aku segera meraih sumber bunyi tersebut. Hp android dengan case bergambar Scottish Cat kesayanganku. Tentu saja dari sana bunyi itu berasal. Kali ini aku enggan menekan tombol snooze karena sudah satu hingga dua......puluh kali aku melakukannya. Udara dingin menghelai-helai tubuhku, merayu hingga ke pori-puri kulit. Hingga akhirnya selimut tebal itu berhasil menelanku. Apa salahnya tidur lima menit lagi!
"Kringggg......Kringggggg......Krinnggggg"
Suara menyebalkan itu berdering untuk kesekian kalinya dan aku langsung melakukan manuver. Segera ku tekan tombol off pada layar Hp tersebut takut terjebak tidur lagi. Jam empat pagi! Padahal semalam aku berjanji akan bangkit jam dua belas malam. Mataku terbelalak dan tanganku dengan sengaja menepuk jidat lebarku yang tak bersalah.
Aku Daira, mahasiswa semester lima yang perlu dirukiyah. Aku yakin pasti banyak jin nakal dalam raga ini. Segala tugas kampus menumpuk dan belum ada satupun yang terjamah. Sedangkan duapuluh episod anime sudah tuntas kutonton sampai rela menahan tidur. Aku sadar level penunda-nundaku ini sudah menduduki tahap kronis dan aku benar-benar mahasiswa berdosa yang memerlukan video motivasi.
Aku merelakan selimut tebal itu lingsir dari tubuh kurus ini dan mengonggokkannya sembarangan. Kini ragaku tengah di atas kursi dan mulai merasakan adrenalin menit-menit terakhir menuju deadline.
"Dairaaaaaa!!!... Daira kucel!!!... Open the door please!"
Terdengar suara Ami teriak-teriak sembari menggedor-gedor pintu kamarku. Ami selalu begitu. Menjulukiku Daira kucel dan selalu menggedor-gedor bak orang kesurupan.
"Ami! Lu tau kagak ini jam berapa?" tanyaku heran.
"Jam 4 lewat dikit-dikit. Gue mau minjem dua telur Ra, gue liat lu kemarin beli telur satu papan. Buruan deh keburu imsak. Besok gue ganti! BENERAN!!." Cerocos Ami, teman sekosanku.
" Untung gue lagi ngga tidur, sial lu Mi..." Besok ganti beneran loh! Gue lagi hemat-hemat soalnya."
"Enjeh mbak kucel, rambut lu makin kribo aja... Setres sama tugas ya hahahaha!"
Ami berkata sembari meninggalkan kamarku. Aku mendengus kesal, sebenarnya aku pingin rebonding, tapi buat apa juga sih! pikirku.
Aku segera menutup pintu kamar dan listrik pun seketika padam.
"sial !!! " Jeritan Ami terdengar dari kejauhan. Hatiku juga berkata hal yang sama. Aku yakin batrai laptoku takkan sanggup bertahan dalam satu jam ini dan yang paling penting adalah aku takkan mampu mengerjakan tugasku hanya dalam waktu satu jam. Bermodalkan nekad aku gedor pintu Tuti, teman kosanku yang lain, dan memutuskan untuk memintanya mengantarku ke warnet yang buka 24 jam. Agak jauh dari kosanku memang, dan aku tak punya motor.
"Tut, tolong anter gue dong ke warnet dekat Gang Jihat itu, cuma anter aja Tut...please" aku memasang wajah melas level tak terhingga.
"Jangan harap!!!" jawab Tuti ketus, dengan mata melotot, bak sedang mencondongkan pisau ke arahku. Aku takut rumor tentang Tuti yang berkepribadian ganda itu bukan sekedar rumor.
Tiba-tiba Tuti tertawa lepas. Aku ketakutan. "Hei biasa aja liatin gue, gue becanda kali!!!" ujar Tuti kalem. Darahku mengalir normal, aku lega.
Di ruangan petak nan sempit ini aku duduk dengan keadaan panik. Bintang-bintang lingsir digantikan sang mentari. Jam 06:45, aku mulai panik mungkin inilah akhirnya. Sebuah kegagalan perkasa, melewati mid semester dengan penuh penyesalan dan kebodohan. Baiklah aku gagal.
***
Hari Minggu pagi anak- anak kos tampak ceria, kecuali aku yang sibuk dengan tugas takut kegagalan keduakalinya akan menjemputku. Pak Nurdin selalu konsisten dengan perkataannya. "Jam tujuh ya jam tujuh, lewat dikit itu urusan lu" dia mengucapkan kata-kata ajaib itu tempo hari ketika aku minta keringanan satu hari lagi. Ternyata walaupun suka bercanda, Pak Nurdin tetaplah punya prinsip yang tak bisa di goyah sedikitpun. Aku menyesal nilai mid semester ku kosong. Tak ada tugas tambahan karena itu sudah komitmen awal. Apa boleh buat, belajar dari kesalahan. Begitu kata orang-orang.
Kali ini tugas sintaksis tengah kujamah, beberapa tugas lainnya masih di awang-awang. Hilir mudik dipikiran. Belum tersentuh. Kawanku yang lain sibuk juga, keluhan sana sini juga membuatku mual mendengarnya. "Ra tugas ini lu uda, Ra tugas yang dikasih sama buk bla bla bla bla bla " begitulah kira-kira bunyinya. Mereka yang cuma bisa nyontek, mereka yang cuma bisa copas, namun apa bedanya sama aku yang procrastinator ini. Jauh lebih parah kesannya. Penunda-nunda akut nan lamban, bak siput yang akhirnya jatuh semaput lihat nilainya sendiri.
Dosen selalu bilang hal sejenis ini "Padahal saya kasih waktu satu minggu untuk mengerjakan ini, kalian ngapain aja di rumah? Seharusnya dengan waktu satu minggu ini kalian bisa mengerjakan lebih baik dari ini". Mendengar pernyataan itu aku membuncah, dia pikir tugas kami cuma dari dia. Okelah dosen selalu benar dan pernyataan itu benar-benar membuatku nanar.
"Dairaaaaa!! Daira Kucellll, open the door please!!" Bisa kau tebak itu pasti Ami dan bisa kau tebak pasti ia ingin mengembalikan telur. Benar saja, dua buah telur dikepalan tangannya yang kecil. "Muchas gracias Daira" ucap Ami berterimakasih dengan bahasa spanyol.
"Sama-sama" ujarku sembari menutup pintu sebagai sinyal bahwa aku memang tengah sibuk. Istilah kapal pecah untuk menggambarkan kondisi kamarku memang tak layak. Lebih layak disebut kapal meledak dengan puing-puing yang tercecer disana sini. Kertas-kertas, piring kotor, baju kotor, serpihan-serpihan makanan semuanya bersahabat di kamarku. Ini baru semester lima kawan. Ataukah memang disemester lima ini puncak tugas yang membeludak? Belum lagi sypnosis, proposal dan hal yang paling dieluh-eluhkan mahasiswa semester akhir. Skripsi.
Tugas memang banyak, toh pengalamanku juga bertambah. Teman makin akrab karena sering ngeluh bareng. Ya begitulah mahasiswa...
23:06, 02/01/17
D' Rosier