His Answer

2.7K 272 46
                                    

僕の一番欲しい物はあなたの答え、

What I really want is your answer,

***

Aku bisa melihat bagaimana wajahnya merona. Ia tersenyum kecil, aku selalu suka melihat dirinya yang seperti ini. P'Arthit manis sekali.
Tapi, untuk kali ini (setelah bertemu dengan wanita itu) aku tidak menyukainya.

"Dia.. cinta pertamaku, selama tiga tahun. Sayangnya temanku sudah lebih dulu mendapatkannya,"

Aku terdiam. Namun, secepat mungkin Aku tersenyum dan mengangguk. Meskipun hati dilanda sesak,  memang apalagi yang bisa kuperbuat? Kubiarkan Ia pergi meninggalkanku, meninggalkan diriku yang tenggelam akibat penyesalan pada diri sendiri yang bahkan tidak bisa berbuat apapun. Semakin Kucoba untuk melupakan P'Arthit, semakin besar pula perasaanku padanya.

.

.


Aku juga Oak, Em, May, Praepailin, Maprang dan Tiw berkumpul. Hari ini hari kelulusan kami. Aku mendapat banyak rangkaian bunga karenanya.

Entah siapa yang memulai, mereka mulai menceritakan masa-masa kuliah kami. Mengulang kenangan, lalu tertawa bersamaan.

"Hey, Kong, kau tau bagaimana caraku lulus mata kuliah kalkulus?" Oak bertanya padaku, aku menggeleng.

"Aku terus menunggu di ruangannya, aku bahkan rela menghabiskan uang bulananku yang berhaga untuk membelikannya mawar setiap hari! Dan kau tau apa yang kudapatkan? Nilai C! Yah.. masih lebih baik daripada F sih, tapi kan tetap saja!"

"Dulu kupikir kau menyukai dosen itu," Maprang berkata.

Tiw menambahkan, "Semua orang di kampus berpikir kau menyerah kuliah dan memutuskan untuk langsung melamar dosen galak itu!"

"Sialan!" Oak menggerutu. Mereka tertawa lagi, aku pun ikut terbahak. Oak tak pernah kehabisan cerita. Ia kadang bisa sangat menjengkelkan, tapi di luar itu ialah si pembawa suasana di kelompok kami.

Sampai menjelang sore, mereka bergiliran menceritakan kenangan baik yang menyenangkan maupun yang mengenakkan. Praepailin selanjutnya menangis, terharu sepertinya, entahlah. Aku paling tidak bisa melihat sahabatku bersedih. Sebelum aku bergerak untuk mencoba menghiburnya, Maprang dan May mendahuluiku.

"Aku.. padahal ini hari kelulusan, tapi dia..andaikan saja kita..-" gadis cantik yang dulu memenangkan idola kampus bersamaku terisak. May memeluknya dan menepuk punggungnya lembut.

"Hey, kita sudah janji untuk tidak menangis di sini, kan? Berhentilah menangis, Prae.." bisik Maprang tak kalah lembut.

"H-Hey, Bagaimana kalau kita foto bersama saja? Buat kenang-kenangan!" Em berusaha mencairkan suasana kembali. Yang lainnya mengangguk setuju, Praepailin mengusap sisa air matanya dan memaksakan diri untuk tersenyum.

Setelah menempatkan kamera, Mereka mengatur posisi. Aku ada di tengah. Di samping kiriku ada Oak, Maprang dan Praepailin, sementara May, Em dan Tiw berada di sisi kananku. Mereka mengangkat tongkat kelulusan masing-masing lalu tersenyum lebar. Blitz kamera menangkap momen tersebut.

Mereka bersiap akan pergi hingga tiba-tiba saja May berjalan lebih dulu. Langkahnya cepat dan menghentak, menghampiri seseorang. Siapa?
Aku tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas, dan aku tidak bisa beranjak pergi dari tempatku.

May menampar orang itu. Semuanya terbelak, aku pun sama terkejutnya. May yang kukenal adalah gadis periang yang baik hatinya. Ada alasan apa ia menampar seseorang?

His AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang