5: Benefit?

3.6K 196 0
                                    

11 April 2019

TERIK matahari yang mulai malu mengubur bersama langit senja. Di bawah naungannya, Fashya tidak henti-hentinya tersenyum, sekali pun menghadap ke arah barat. Di salah satu universitas, Fashya ditemani Keenan untuk melihat Aksa lomba PASTUB. Padahal, Aksa sudah kelas dua belas. Paling tidak, Aksa harus memikirkan untuk Ujian Nasional, atau masuk ke universitas. Yahh, walaupun status Aksa pernah menduduki 'Ketua' di PASTUB, toh apa hubungannya? Embel-embel itu sebentar lagi juga akan menopouse. Kalau Fashya jadi Aksa sih, lebih baik ke Gramedia, membeli buku latihan tes masuk, duduk manis di rumah dan mengerjakannya.

"Tck. Tadi aja lo menghamba ke gue pas Rere sama Luna nggak mau lo ajak! Sekarang apa, gue lo cuekin mampus." cibir Keenan.

Fashya menghela napasnya sebentar, harus sabar menghadapi Keenan yang sedang tempramental. Sepertinya Keenan ini terlambat datang bulan, sensi terus bawaannya.

"Tujuan gue ke sini kan liat dia, dodol!" maki Fashya sebal.

Keenan masih fokus ke color switch nya, "Apa bagusnya coba. Gue kasih tau ya, mereka itu bagusnya kalo bareng aja. Lah, kalau sendiri-sendiri, nggak ada artinya. Cuma kayak butiran debu, seonggok upil dewa Uttaran!" katanya membuat Fashya terkekeh.

"Hahaha, tunggu aja sampai tuh cowok tunduk sama gue. Gue suruh dia jahit mulut lo!" kata Fashya.

"Hahaha, nunggu Nabi Isa turun kali, ya?" katanya dibalas toyoran Fashya, disambut game over dari color swith nya.

"KEEN, KEEN!! Liat Keen, doi liat ke gue!!" kata Fashya dengan sedikit euforia, saat mata Aksa dan Fashya betemu.

"Astaga Keen!!" kata Fashya masih histeris sambil mencubit lengan Keenan.

"Sakit goblok!" teriak Keenan, melepaskan lengan Fashya.

"Makanya lo diem aja!" kata Fashya sebal.

"Apa bagusnya juga, bagusan gue lagi!" kata Keenan melemparkan pembelaan.

"Hm. Iya bagusan lo." jawab Fashya sebal.

"Jadi?" tanya Keenan antusias, mengabaikan bola nya yang sudah turun dan game over karena warnanya tidak sesuai.

"Iya, gantengan lo. Mendingan lo. Maksud gue, kalau diliat dari ujung Monas pake sedotan kecil, udah gitu ada kerikil yang nyempil. Dan, ah! Yang liat nggak pake kacamata padahal udah minus tiga!" kata Fashya bersemangat dan terbahak-bahak.

Keenan menaikkan satu alisnya dengan pandangan datar, membuat Fashya diam seketika. "Oh." katanya lalu sibuk dengan ponselnya lagi.

Nah, seperti ini nih. Gawat abisss. Kalau Keenan udah mulai gini, tamatlah riwayatnya!

"Keen, gak sumpah! Gue becanda!" kata Fashya sambil mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

Keenan diam.

"Keen, sumpah gue cuma cari jokes aja biar nggak bosen!" kata Fashya sambil mengguncang-ngguncang tubuh Keenan.

Keenan diam, setelahnya tubuhnya menegak.

"Semakin jelas. Gue cuma bahan candaan buat lo. Nggak ada artinya!" kata Keenan membuang muka.

"Sumpah Keen, kalo lo ikutan acara 'Katakan Putus' gue nggak akan ketipu! Demi Tuhan!" kata Fashya mencoba melawak, lalu melihat sekeliling, kalau-kalau ada penyadap suara dan CCTV.

Sweet PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang