“nama om j....” balasku padanya namun belum selesai aku berbicAra asistenku Zio datang dan bialang kalau aku tidak punya waktu untuk berbincang bincang. Jadi aku pun tak segera pergi meninggalkan Jerry sendiri. Mungkin nanti orang tuanya akan mencari kalau anaknya sudah hilang. Aku pergi tanpa pamit kepada Jerry.
TBC
Ara pov
Tak terasa sudah 1minggu Jerry dan Jerden berada diIndonesia. Aku sering menghubungi mereka bertanya banyak hal dari kondisi mereka, apa yang mereka lakukan dan lainnya. Aku bahagia saat mereka bilang mereka senang disana dan mereka menyuruhku untuk ikut liburan kesana. Dan pasti kalain sudah tahu apa jawabanku kepada mereka.
“mami tidak bisa sayang. Mami banyak pekerjaan”
Dan mereka pun bisa memahamiku dan tidak memaksaku untuk liburan kesana. Walaupun kadang ada keiinginan untuk pergi kesana menginjakan kaki disana, menghirup udAra disana, melewati waktuku disanan tapi aku selalu mengurungkan niatku utnuk kesana. Ya walaupun sudah 8tahun berlalu tapi aku masih tidak bisa melupakan kejadian yang membuatku kehilangan, kesedihan, penderitaan walaupun disana sujalah aku menemukan kebahagiaan, kesenang, kehidupan. Tapi aku akan selalu teringat tentang hal itu. sudah cukup aku saja yang merasakannya aku tak mau orang lain merasakan hal yang sama yang pernah aku lalui.
Semenjak Jerry dan Jerden tidak ada rumah menjadi sepi. Kerjaanku hanya bekerja dari pagi sampai malam. Namun kadang ada jeda untuk istirahat biasanya aku akan mengunjungi rumah Laura atau butiknya aku juga kadang mengajaknya jalan jalan, walaupun sebenarnya yang menikmati jalan jalan itu hanya Laura aku selalu hanya menjadi teman jalan dan teman mendengarkannya saja.
Ya, Laura dan aku itu berbeda 180˚, maka dari itu aku bisa bersahabat dengan Laura dari aku masih sd. Ya kadang aku juga binggung mengapa aku bisa menerima kelakuan dan sifat Laura yang bisa dibilang ajaib. Tapi itu tidak menjadi masalah.
Saat ini aku sedang melakukan ritual biasa yang biasaku lakukan. Ya apalagi kalau bukan bekerja bekerja bekerja dan bekerja. Namun saat aku sedang konsektrasi dengan beberapa file yang Boy kirimkan dari Jakarta barusa. Aku mendengar ada yang terus memencet bel rumahku. Yang aku tahu Aku tak pernah mempunyai teman di jerma, ya kecuali Laura dan Daniel saja.
Dia adalah laki laki yang sedang dekat denganku dan kata Laura bilang kalau Daniel suka padaku namun semua laki laki yang mendekatiku aku hanya menghanggap teman saja. Aku tidak terTarik untuk membagun rumah tanggaku untuk saat ini dan waktu dekat ini. Menikah lagi bisa dibilang termasuk dalam daftar terakhir yang aku buat.
Aku segera meninggalkan ruang kerjaku dan membuka pintu. Dan kalian tahu siap orang yang telah mengganggu waktu kerjaku, ya siapa lagi kalau bukan Laura. Hanya dia saja yang berani melakukan itu, aku juga binggung kenapa Boy bisa menyukai Laura. Tapi aku tidak peduli itu adalah urusan mereka. Aku masih banyak urusan yang lebih penting dibandding mengurusi masalah orang lain.
Aku segera menuju sofa yang ada dirunag tamu dan bertanya apa yang membuat Laura bisa melakukan kelakuan bodoh seperti tadi. Mengedor gedor rumah orang, apa kalian tak pernah pikir aku seperti seorang wanita murah yang ketahuan seliangkuh oleh istrinya sampai istrinya melakukan hal memalukan seperti tadi.
“apa kau tidak punya sopan santu. Kalau petugas aparteman datang dan menyeretmu keluAra bagaimana” jelasku padanya agar ia jera dan tidak melakukan hal itu lagi. Dan itu pernah aku lakukan karna Laura sampai membuat gaduh pAra tetanggaku, dan akibatnya aku harus minta maaf kepada seluruh tentanggaku yang bukan perbuatanku melainkan Laura.
“maaf” jawab Laura sambil menggaruk garuk tengkuknya yang tidak gatal
“ada apa?” tanyaku padanya to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
End of My Story
Ficción GeneralCopyright © 2014 by kwaty1110 Hak Cipta Terlindungi © 2014 oleh kwaty1110 Tidak ada yang tahu bagaimana akhir kisah hidupmu selain tuhan. Sama seperti ara dan joy. Mereka harus menjalani hidup mereka kembali, dan mencoba bangkit kembali setelah semu...