Kriet!
Pintu di suatu ruangan dibuka oleh seorang anak laki-laki yang berumur 10 tahun, pandangan anak laki-laki itu jatuh pada anak perempuan yang duduk dilantai sambil memeluk kedua lututnya.
"Nara, kau mau minum coklat panas? Udara disini mulai dingin, jadi ibuku membuatkan coklat panas."
"Aku hiks tidak mau hiks aku hanya ingin hiks mereka pergi."
"Mereka sudah pergi."
"Tidak!! Mereka dibelakangmu!!"
Anak laki-laki itu mengelus lembut rambut anak perempuan yang dipanggil Nara tadi, dan mengangkat wajahnya.
"Kalau begitu jangan melihat mereka, lihat aku saja."
"Mereka berisik hiks."
Anak laki-laki itu menutup kedua telinga Nara dengan telapak tangannya, dan mengajak Nara untuk keluar dari ruangan yang bisa disebut sebagai kamar.
"Kau jangan takut, aku ada disisimu."
Saat itu Nara membuka matanya dan melihat seulas senyum dari wajah anak laki-laki itu.
"Aku akan selalu menjagamu."
****
"Besok adalah satu tahun kematian Ibumu, apa kau akan ikut berdoa di pemakamannya?"
"Tentu bibi, aku akan ikut denganmu."
"Kalau begitu bersiaplah, oh iya besok pagi kakakmu juga akan datang."
"Aku mengerti."
"Ibu, boleh aku beli bunga mawar di toko bunga dekat persimpangan?"
"Taehyung-ah, ini sudah malam."
"Namjoon hyung bilang, bunga mawar adalah salah satu ungkapan rasa kasih sayang. Karena aku sayang bibi Shin, jadi aku akan memberikannya bunga."
"Apa saja yang Namjoon katakan padamu ha? Baiklah, kau boleh pergi. Tapi, setelah itu segera pulang ya."
"Terimakasih ibu."
"Boleh aku ikut?"
Nara memasang wajah aegyo-nya yang ditunjukkan untuk Nona Kim yang tak lain ibu dari Taehyung.
"Ya, baiklah. Kalian boleh pergi, Taehyung jaga Nara baik-baik."
"Baik ibu, ayo Nara."
Taehyung menggandeng tangan Nara dengan erat.
#
"Ahjumma, berapa harga satu tangkai bunga mawar ini?"
"Lebih baik kau beli yang ini, ini bagus dan harganya lebih murah daripada kau hanya membeli setangkai mawar ini."
"Nara, bagaimana menurutmu?"
"Ah iya Taehyung, itu bagus."
"Ah baiklah."
"Taehyung, boleh aku melihat sekeliling?"
"Iya, tapi jangan jauh-jauh ya."
Dia menarik perhatian semua orang termasuk aku, tapi dibalik keindahannya itu terselip kegelapan yang amat menakutkan.
Nara menatap lelaki yang berpakaian serba hitam yang berdiri dihadapan.
"Siapa kau?"
Wajah terkejut tercetak jelas di wajah lelaki yang berpakaian serba hitam itu.
"Kau bisa melihatku?"
Glek!
"Ah Taehyung, apa kau sudah memilih bunganya? Ayo kita pulang."
Nara membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi, dengan perasaan takut yang ia sembunyikan.
"Ah iya, kau anak itu. Jadi, apa benar kau bisa melihatku?"
"Dingin sekali disini, aku harus segera memakai syalku."
"Kau memakai syalmu."
Refleks, Nara memegang syal yang melingkar dilehernya.
"Jadi, kau benar-benar anak itu ya?"
Laki-laki itu mendekat kearah Nara.
"Besok adalah satu tahun kematian ibumu, apa kau berniat untuk mengikuti jalannya. Shin Ahn Ra dan Shin Na Ra pukul 10.00 malam, kecelakaan mobil ditempat yang berbeda pada tanggal 10 Februari. Salah satu dari mereka menjadi jiwa yang hilang, dan kau~"
"Aku sama sekali tidak mendengarmu."
Seluruh tubuh Nara bergetar ketakutan, air matanya jatuh tanpa disadari.
"Kau menjadi pembatas antara kehidupan dan kematian."
"Pergi kau! Jangan ganggu dia."
Suara wanita paruh baya mengejutkan Nara.
"Bibi Xuan?"
Nara berlari kearah seorang wanita paruh baya yang dipanggil Xuan olehnya tadi.
"Kau menggangguku lagi!"
"Kenapa kau disini? Apa anak ini ada dalam daftarmu? Kalau ada perlihatkan padamu, dan akan ku beritahu kau!"
"Maaf tapi waktuku tak banyak."
"Itu masalahmu! Kau sendiri yang mengulur waktu!"
Pria berpakaian serba hitam itu menghembuskan nafas berat, lalu ia menatap Nara yang bersembunyi dibelakang bibi Xuan.
"Baiklah, sampai jumpa lagi nanti gadis kecil."
Lalu pria itu hilang dalam gelapnya malam.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SUN
FanfictionApa yang bisa ku lakukan? Mengikuti kata-katanya dan kehilangan kelebihan ini atau tetap seperti ini dan tersiksa dengan gangguan para hantu itu? -- Shin Na Ra //Apdet 8 hari sekali//