Hari Kelabu

5.8K 278 14
                                    

Rendra POV

"Sudahlah ma, hentikan rencana perjodohan ini. Aku yakin kali ini juga takkan berhasil. Aku lelah ma, aku lelah mempermalukan keluarga kita terus-menerus dengan segala penolakan itu." ujarku dengan nada putus asa.

Jujur, aku benci setiap kali harus merasakan ini. Merasakan kekecewaan dan malu setiap kali pulang dari acara perjodohan. Dan aku sangat benci jika harus melakukannya lagi dan lagi.

" Rendra, kamu gak boleh pesimis gitu. Kalau perjodohan sebelumnya gak berhasil, berarti memang dia bukan jodoh terbaik untukmu. Mama yakin kita akan segera menemukannya. Jadi, kita mesti berusaha lagi untuk menemukan jodoh yang terbaik itu, jodoh yang sudah ditakdirkan Allah untukmu." Mama mencoba menghiburku.

" 'Jodoh terbaik' ma? Jodoh terbaik seperti apa yang ditakdirkan Allah untuk pria cacat dan penyakitan sepertiku??"

Yup!! Itulah alasan dibalik setiap penolakan yang aku terima. Aku cacat.

Pada mulanya perjodohan itu berjalan lancar. Mereka (keluarga pihak wanita) setuju, bahkan menyambut dengan suka cita. Wajar saja, keluarga mana yang berani menolak lamaran dari anak keluarga Utama. Anak dari milyarder sukses yang usahanya terdengar sampai kancah internasional. Tapi, itu hanya sampai mereka tahu bahwa ternyata lelaki yang akan dijodohkan pada anak gadis mereka hanyalah seorang lelaki cacat yang tak berdaya sepertiku. Setelah itu mereka akan menolak mentah-mentah. Sekalipun papa menawarkan tawaran kerja sama yang menguntungkan. Bahkan mama mesti mengiba meminta pada mereka.

Aku sungguh tak sanggup menyaksikan bagaimana kedua orangtuaku seperti merendahkan diri memohon hanya untuk anak lelaki mereka yang tak berguna sepertiku. Sungguh, aku tak berharap banyak dengan perjodohan ini. Aku hanya tidak ingin melukai hati mereka lebih dalam lagi.

"Rendra!! Berhenti merendahkan dirimu seperti itu. Kamu melukai hati mama."
Mama pun beranjak pergi setelah mengatakan itu.

"Ma!!"suara papa mencoba menghentikan langkah mama yang semakin menjauh meninggalkan kami.

"Papa akan bicara lagi denganmu nanti. Istirahatlah! Sekarang kita harus menenangkan diri dulu sebelum kembali membahas masalah ini."
Papa pun beranjak pergi meninggalkanku sendiri Di kamar ini.

Maafkan aku ma, pa, aku gak bermaksud melukai hati kalian. Aku hanya membenci diriku sendiri yang lemah ini, yang sejak kecil hingga sekarang hanya bisa menyusahkan kalian saja.

Nissa POV

Aku hanya gadis biasa. Berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Ayahku seorang supir pribadi, sementara Ibuku seorang guru SD. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku punya adik perempuan yang masih kelas 5 SD.

Aku tercatat sebagai seorang siswa SMA di salah satu sekolah negeri yang ada di Kota ini.

"Nissa!" Panggil Ardika, ketua kelasku berjalan mendekati mejaku yang ada di barisan ketiga bagian tengah.
"Ya, ada apa Dik??" Balasku.
"Kamu dipanggil bu mawar diminta menemui beliau Di ruangannya sepulang sekolah nanti."
"Kenapa aku diminta ke ruangan beliau?" Tanyaku kembali.
"Tau deh" ucapnya acuh sambil menggidikan bahunya lalu pergi begitu saja.

Bel tanda jam terakhir pelajaran telah berbunyi. Itu artinya sekolah hari ini telah usai.
Aku pun bergegas membereskan buku-bukuku. Setelah ditutup dengan salam dari Bu Wita, semua teman-temanku pun mulai bubar meninggalkan kelas. Begitu pun aku.

~~Ruang Bimbingan Konseling~~

Sesuai pesan Ardika aku diminta untuk menghadap bu Mawar, guru BK sepulang sekolah. Maka, Di sinilah aku sekarang. Berdiri tepat di depan ruang BK. Aku pun mengetuk pintu beberapa kali sampai akhirnya suara perintah masuk terdengar. Aku pun masuk.

"Permisi bu, benar ibu memanggil saya?" Tanyaku memastikan.
"Benar Nissa, mari silakan duduk dulu. Ada hal penting yang mau saya sampaikan." Jawab bu Mawar ramah.

Perasaanku rada nggak enak mendengar tanggapan bu Mawar barusan. Hal penting apa ya?? Tak mau pusing dengan pemikiran sendiri, aku pun memberanikan diri bertanya lebih dulu. Setelah lama menunggu bu Mawar yang belum kembali berbicara karena seperti tengah mencari sesuatu.

"Hal penting apa ya bu?" Tanyaku penasaran.
"Ah ini dia, ketemu." Kata-kata yang pertama kali keluar dari bu Mawar setelah keheningan cukup lama. Dan itu membuat keningku berkerut penasaran. Ada apa sebenarnya.

"Baiklah Nissa, maaf membuatmu menunggu terlalu lama. Saya mau menunjukkan kamu Surat ini." Bu Mawar pun menyerahkan surat yang beliau maksud tadi padaku.

~~Universitas .........~~

Hal: Balasan Permohonan Beasiswa

Kata-kata pada awal surat itu berhasil membuat tubuhku menegang. Rasa harap-harap cemas akan kelanjutan isi surat memenuhi hati Dan pikiranku. Aku pun  mulai membacanya dengan seksama.

Tak sampai hingga paragraf terakhir aku pun berhenti membaca. Dadaku sudah terasa sesak sangat sesak, sehingga membuatku kesulitan bernapas. Keringat pun mulai bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Dan tanpa sadar air Mata pun jatuh membasahi pipiku. Sungguh ini berita yang tak pernah kuharapkan.

"Ibu minta maaf sama kamu atas hasil pengajuan Beasiswa ini. Dari pihak sekolah sesungguhnya telah mengusahakan semampu kami agar kamu bisa memperoleh beasiswa itu dan berkesempatan melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Hanya saja sepertinya Allah berkehendak lain. Kita mesti berbaik sangka. Kamu harus berlapang dada. Ibu yakin ada rencana indah Allah di balik kejadian ini. Kamu jangan putus asa ya.. ." nasihat bu Mawar berusaha menenangkanku sambil mengusap punggungku.

Tanpa bisa berkata-kata aku langsung memeluk bu Mawar Dan menagis sejadi-jadinya di dalam dekapannya.

Beasiswa itu adalah satu-satunya harapan yang aku punya untuk bisa melanjutkan studiku di bangku kuliah. Aku bercita-cita menjadi seorang dokter. Oleh karena itu aku berencana mengambil prodi pendidikan dokter. Hanya saja mengingat aku takkan mampu dari segi finansial, maka pihak sekolah pun mengusahakan jalur beasiswa untukku. Kalau Beasiswa ini tak berhasil ku dapatkan. Maka pupus sudah harapanku untuk bisa menjadi seorang dokter.

"Sudah ya sayang, jangan bersedih lagi. Kamu siswa teladan di sekolah ini. Ibu yakin kamu pasti bisa berkuliah. Allah tidak akan menyia-nyiakanmu." Bujuk bu Mawar menguatkanku.

---------------------------------------------
---------------------------------------------

Alhamdulillah, bisa update.. Udah dari kemarin-kemarin pengen update.

Monggo dibaca....

Jangan lupa vote+comment yaaa...

The Purity of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang