Bab. 7

56 1 0
                                    

Handphone Senja bergetar seprsekian detiknya tanpa dihiraukan. Si pemilik handphone tengah asyik berkutat dengan laptopnya sembari membuka obrolan grup line.
Angga is calling
Berkali-kali handphone Senja berdering, namun tak sama sekali Senja menggubris panggilan telepon itu.
"Keki gue sama lo, nyet. Gih sana nonton film Tuyul mbak Tul lo itu. Najis deh," cibir Senja sambil mencomot kentang goreng kiefci yang diberikan Niko.
Leoni: genks, ntar lagi liburan semesteran cuy. Jalan kek kemana
(ti)ARA: males gue, Le. Mending bobok cantique dikamar. Mwahh.
Senja: eww
Coren: eww-_-
(ti)ARA: Apasih lo-_- Gue kan butuh istirahat wajah. Biar seksi kek Mulan Jamlilah.
Leoni: serah lo deh serah
Senja: tadi Angga nelpon gue
Leoni: trus?
(ti)ARA: trus?
Coren: trus?
Senja: trus?
(ti)ARA: lah lo ngapain ikutan, njir
Leoni: *terkekeh cantiq*
Coren: *biase aja sih gue*
Senja: lah lo pada jawabnya sama-_-
(ti)ARA: lah kita kan juga pengen tau, njir
Leoni: 2
Coren: 3
(ti)ARA: eh, lu berdua juga jangan ngikutin gue napa?! Tai lo.
Senja: Nah, See that.
Leoni: Makasih, tapi Ara cantique lebih taik :P
Coren: Makasih, tapi kalian bertiga lebih mirip taik :P
Senja: Tai lo, Res
(ti)ARA: poop kucing-_-
Leoni: pup-_-
Coren: oke, fine. Cewe selalu benar dan gue selalu tai :")
Senja: sadar juga lo, Res
Leoni: quotesnya Ares angeth <3
(ti)Ara: pooping, Res. Pooping, hmm..
Senja is offline
"NJAAA, ADA PACAR LO, CONGEK. WOY, BURUAN KEBURU BASI DIANYA," suara Niko membuat Senja bergegas mengintip ke arah ruang tamu.
Angga datang.
Sial. Tai. Jijik.
Senja merutuki dirinya sendiri dengan berbagai kotoran kata. Ia benar-benar geram. Ia akan mengutuk Angga agar jadi batu kekal atau bahkan menjadi abu. Pokoknya hilang deh dari gue. Batinnya.
Senja segera mengetikkan sebuah pesan pada Ares.
To: Ares
Res, jempu gue sekarang. Plis. Gue tunggu di taman belakang.
Tak lama setelahnya, balasan pesan masuk dari Ares.
From: Ares
Ok. Otw banter gw
Senja mengganti setelan tidurnya dengan jins dan blazer kuning kesukaanya. Ia melompati jendela kamarnya dan berlari menuju taman belakang perumahannya.
Senja menggumam. "Gue harus kabur dulu. Maapin gue, Kak Niko cayank. Mesti lo nyariin gue, hehe."

Sementara di rumah Senja:
Niko celingak-celinguk karena Senja tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Ia bergerak naik ke atas dan mengetuk pintu kamar Senja.
Tok. Tok. Tok.
Tak ada suara.
Tak ada respon.
Tanpa berpikir panjang, Niko membuka pintu kamar itu dan...
"ANJIRR LO IKAN CUPANG!!! BUN, SENJA KABUR LEWAT JENDELA."
Semua orang panik, termasuk Angga. Mereka mencari ke luar rumah, namun tak ada tanda-tanda adanya Senja dimana pun.
Angga angkat bicara, "Mm, Bun, Angga pulang dulu ya. Nanti kalo dijalan Angga nemu Senja, nanti Angga anter pulang."
Bunda mengangguk. Niko kelimpungan mencari Senja di setiap ruangan, tak terkecuali di got depan rumah..
"Kamu ngapain nyari Anja di got?" tanya Sarah.
Niko berdecak, "Lah kan Senja kayak curut, Bunda."
"Kamu itu, adek kok disamain kayak curut," Sarah menggeleng sembali celingukan.
                   **********
"Lo mau pulang jam berapa?" tanya Ares ketika mereka sedang makan di warung sate pinggir jalan.
"Jam 9 deh, males gue liat muka monyet," jawab Senja sambil mengunyah makanannya.
Ares mendeham lalu tersenyum. "Abis ngamuk, si anggur balik ke pangkuan emaknya ya."
"Dih, gue sih jijik." Senja pun langsung berdiri dan beranjak ke motor Ares.
Sementara Ares membayar, Senja tak sengaja melihat mobil Angga melintas. Ia langsung membalikkan arah, namun terlambat, Angga menyadari kehadiran Senja di sana. Mobil Angga berbalik arah, ia berhenti dan keluar dari mobilnya.
"Senja, lo sama siapa kesini? Lo kabur dari gue?" sindir Angga dengan tertawa sembari berdiri di samping Senja.
Senja menatap malas. "Ya elah, ngaco."
Melihat keadaan Senja yang terhimpit, Ares berlarian ke arahnya dan mengamit lengan kanan Senja.
"Eh, lo disini juga? Mau beli sate? Atau lo mau beli abang satenya? Hehe, gue sama Senja cabut duluan."
Ares menarik Senja begitu saja. Senja pun hanya diam dan tidak membantah. Ares meminta Senja untuk naik keatas motor, dan ia pun melajukan motor menjauh dari tempat itu.
Ares menghela napas. Senja hanya diam dengan wajah datar.
"Gue udah nyelamatin lo dari kukang, untung aja gue ada." seru Ares lalu mengarahkan motornya ke pusat taman kota.
Sesampainya disana, mereka berdua turun lalu duduk di salah satu bangku yang ada disana. Senja menghela napas, menatap sekeliling taman dengan was-was.
"Gue bete sama dia," gumam Senja pelan lalu menatap Ares dengan tatapan sedih.
Ares terkekeh, " Gue tau kok."
"Tau apaan?" sahut Senja malas.
"Tapi janji lo nggak akan marah?"
Senja mengangguk pelan. "Tau apaan?" ulang Senja.
Ares kembali terkekeh. "Eum- gue tau kalo lo masih sayang sama gue. Hahaha."
Ares tertawa keras sambil mengacak-acak rambut Senja. Sebenarnya saja, sekarang Senja ingin sekali menabok Ares karena di situasi seperti ini, ia masih sempat-sempatnya mengajaknya bercanda. Tetapi ia lalu menghembuskan napas dengan kuat, berusaha tenang. "Lo masih sempet-sempetnya ketawa, Res? Disaat gue butuh teman curhat?!!"
"Gue cuma bercanda dikit kok, Nja." ucap Ares pelan.
Senja berdiri dan segera berjalan ke arah motor Ares. Ia meninggalkan Ares yang tersentak dan masih duduk di bangku taman. "Tai lo, Res!! Gue mau pulang sekarang!!"
Ares menggeleng lalu tertawa.
"Iya, gue emang tai. Dan itu nggak typo. Ingat itu," gumam Ares berusaha mengejar Senja yang sudah jauh pergi meninggalkan Ares.

*Bab ini kita nengok konfliknya Senja sama Angga dulu ya, kehkehkeh:DD abis ini nongolin Abang Hujan deh:***

HUJAN DAN SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang