Cinta dan benci itu relatif. Memang saat ini kamu benci setengah mati denganku, siapa tahu nanti jadi cinta setengah mati.
***
Disinilah Alan berada, di tempat yang sudah sering ia masuki. Guru-guru sudah eneg banget ngeliat muka dia. Ya, saat ini Alan sedang berada di ruang BK. Tadi saat sedang asyiknya merayu Shelby, ia tiba-tiba di tarik oleh Bu Restu. Guru yang paling serem kalau marah, matanya saja sampai mau keluar.
Tapi, Alan gak mempan sama tatapan itu. Ia malah terlihat santai-santai saja sambil bersedekap. Bu Restu melototin dia, tapi dia malah bales natap Bu Restu sambil menaikkan sebelas alisnya. Kurang ajar emang.
"Sudah berapa kali kamu masuk ke ruangan ini?" Tanya bu Restu datar.
Alan jadi sok pura-pura mikir sambil bergumam '1, 2, 3' dan seterusnya. "Emm, kayaknya sih kurang lebih udah 17 kali mungkin?"
"Kamu tau kan kamu kelas berapa?" Tanya bu Restu lembut. Emang sih, kata-katanya lembut. Tapi sebenernya bu Restu lagi nahan emosi buat gak ngomel-ngomel.
"Tau kok bu,"
Emosi bu Restu gak bisa di tahan lagi, "Kamu ini sudah kelas Xl, harusnya kamu bisa mencontohkan yang baik kepada adik kelas kamu! Mentang-mentang kamu ini pintar, bukan berarti bisa semena-mena!" Jeda sebentar, "Tadi michrophone siapa kamu colong?"
"Astagfirullah, gak baek bu su'udzon mulu. Tadi saya tuh minjem michrophone punya pak Asep yang biasanya karaokean."
Emosi bu Restu jadi mulai melunak, "Emangnya kamu ngapain sih tadi? Kurang kerjaan ya?"
Alan jadi malu sendiri, "Ah, ibu nih mau tau aja urusan anak remaja." Katanya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah bu Restu. "Saya lagi suka sama orang bu, tapi sayangnya dia gak suka sama saya. Ibu tau gak gimana caranya supaya dia bisa suka sama saya?"
"Wah, kalo ibu dulu sih ya. Di perjuangin sama suami saya mati-matian. Suami saya ngejar-ngejar saya mulu, tentu aja awalnya ibu sebel banget. Tapi lama-lama, perasaan cinta itu jadi tumbuh.." Bu Restu mulai menyadari kalau ia tiba-tiba jadi curhat, memang Alan pinter banget kalau soal urusan mengalihkan kemarahan para guru.
"Kok saya jadi curhat sama kamu, sih?" Tanya bu Restu, lebih tepatnya kepada diri sendiri.
"Suami ibu kok bisa tahan ya sama kelakuan ibu? Kan ibu galak banget, suka ngomel-ngomel pula. Kalo ngomong tuh mata udah pengen keluar. Tapi untunglah masih ada yang mau sama ibu," Kata Alan, bu Restu mukanya sudah merah banget. Dia jadi pengen nabok Alan sekarang juga. Dadanya naik turun dan nafasnya memburu.
Alan yang melihat itu, jadi sok pura-pura takut. Abis itu dia langsung lari terbirit-birit keluar dari ruang BK, tentu saja di susul oleh bu Restu.
Aksi mereka yang kejar-kejaran di koridor jadi kayak film india, di lihatin banyak orang pula.
"ALAN, SINI KAMU! DASAR ANAK KURANG AJAR!!" Dosa apa ya Allah Alan ngajak orang tua kejar-kejaran. Alan sih masih kuat lari, tapi bu Restu sudah mulai ngos-ngosan. Bu Restu menyudahi aksi kejar-kejarannya, ia memutuskan untuk kembali ke ruang guru dari pada meladeni anak setan.
***
Alan cekikikan, ia senang karena bu Restu sudah gak ngejar dia lagi. Jadi dia bisa bebas godain Shelby, dia berjalan dengan santainya menuju kelas Shelby.
Ia melongokkan kepalanya melihat pak Sumandi yang sedang mengajar di kelas Shelby, terus jadi nyengir kuda deh. "Selamat siang pak Sumandi!" Alan menempelkan tangan kanannya di dahi, seperti sedang hormat. "Tadi saya di hukum sama bu Restu pak, katanya saya di suruh di kelas ini sampai jam pulang."
"Terus mana bu Restunya?" Tanya pak Sumandi memicingkan matanya, "Jangan coba-coba bohongi saya ya."
"Bapak nih sama aja kayak bu Restu yang suka su'udzon. Tadi bu Restu bilang sama saya kalau dia mau ke toilet, mules perutnya. Jadi saya disuruh ke sini sendiri deh," Alibi Alan.
Pak Sumandi mangut-mangut lalu menyuruh Alan berdiri di sudut kelas, sebenarnya ini cuma akal-akalannya saja. Dia ngibulin pak Sumandi biar bisa ngeliatin Shelby sepanjang pelajaran. Emang kamvret nih anak.
Shelby jadi kesal banget, sudah cukup malas dia ngeliat muka Alan di kantin tadi. Kenapa Alan harus disini sekarang? Bikin suasana hati Shelby makin buruk aja. Tanpa Alan tahu, cewek-cewek yang duduk di dekat Shelby jadi salting sendiri gara-gara Alan di kira ngelihatin mereka. Padahal, pandangannya cuma ke Shelby.
Memang sih, tadinya Shelby gak menanggapi. Tapi lama-kelamaan dia juga makin tambah kesal, dia jadi gak fokus gara-gara dilihatin Alan mulu. Semua yang di terangin guru jadi gak masuk ke otak, sesekali dia ngelihat ke Alan lalu tatapan mereka bertabrakan. Kan jadi makin tambah kesal si Shelby.
Shelby izin ke toilet, gerah banget berada di dalam satu kelas sama cowok gila itu. "Mau aku anterin Shel?" Muka Shelby jadi merah.
"Hush! Kamu nih gak sopan!" Pak Sumandi menegur Alan.
"Tuh kan, bapak su'udzon lagi. Saya kan cuma mau nganterin, bukan mau ngapa-ngapain apa lagi masuk ke toilet berdua." Suasana kelas jadi berisik, sibuk menyoraki Alan.
Shelby langsung saja melenggang pergi, ia menghentak-hentakkan kakinya kesal. Tatapannya tajam dan mukanya merah menahan amarah. Kekesalannya sudah memuncak, padahal mereka baru ketemu beberapa hari tapi Alan mempermalukan dia terus.
Dia jadi tambah benci, sebenci-bencinya sama Alan.
***
"Kalau begitu saya akhiri pelajaran hari ini, langsung balik ke rumah jangan keluyuran!" Semuanya langsung menjawab 'iya' bersamaan.
Shelby hendak keluar kelas, tapi tangannya di tarik oleh seseorang yang tengah menyengir kuda padanya. Alan menarik Shelby keluar kelas, tak mempedulikan teman Shelby. "Stop, stop, stop! Ih, lepas gak!" Seketika langkah mereka jadi terhenti dan cekalan tangan Alan jadi terlepas.
"Ngapain sih narik-narik tangan gue?! Capek tau gak di permaluin mulu sama lo! Gak di kantin, gak di rumah, gak di kelas, lo selalu permaluin gue mulu! Emangnya lo siapa sih?! Kita aja baru beberapa hari ketemu, tapi kelakuan lo seakan-akan udah kenal lama sama gue!" Dadanya jadi naik turun, nafasnya juga memburu. Tatapan matanya tajam, persis deh kayak bu Restu tadi.
"Tarik nafas, buang. Tarik nafas sekali lagi, buang." Berhenti sejenak, "Gimana? Udah enakan bu? Tadi bayinya sudah saya taruh di kamar khusus." Alan terkekeh.
Shelby melongo, ia memukul dada dan lengan Alan secara berutal sambil berucap, "Gue benci lo Alan! Gue benci banget! Benci, benci, benci!" Shelby berhenti memukuli Alan.
"Cewek itu memang makhluk yang gengsian ya? Mau mengutarakan sesuatu, harus dengan kata-kata yang sulit di pahami. Seperti kamu, mau bilang cinta aja harus pakai kata benci. Maksud kamu beneran cinta kan?" Ujar Alan.
Shelby melongo, lalu memukul dada Alan lagi. Sumpah dia kesal banget sama makhluk satu ini yang bernama Alan. "Kamu tuh kalau mau di peluk, jangan sok pura-pura mukul aku. Gak perlu di minta, aku sedia memelukmu setiap saat kok."
"Cowok gila! Gue benci sama lo!" Katanya melenggang pergi.
"Iya sayang, aku juga cinta kok sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabut Luka
Teen FictionAku selalu berusaha tak menangis karenamu. Karena setiap tetes air mata yang jatuh, hanya akan mengingatkan, betapa tak bisa aku melepaskanmu.