"Kalo kita nanti punya bayi, gimana ya, Kak?"
Cewek berumur dua puluh itu langsung melempari sang adik dengan tatapan aneh, lalu mendengus pelan. "Ngapain mikirin hal yang masih jauh."
Dengan memegang sepiring brownies tiramisu jadi-jadian yang baru saja ia ambil dari dapur tadi, Kila lalu turut mendaratkan bokong di atas sofa. Teringat akan satu hal, kembali ia menatap sang lawan bicara. "Pagar udah digembok, kan?"
"Hmm," jawab sang adik sekenanya Sudah kembali fokus menatap layar TV.
Kila turut memperhatikan layar TV yang ditatap sang adik dengan serius. "Nonton apa, Va?" tanyanya sambil memasukkan secuil potongan brownies tersebut ke mulut. Sedetik kemudian, ia mengernyit.
"Berita tentang penculikan anak! Tuh, coba Kakak tonton!"
Kila ikut menatap layar televisi di hadapan mereka setelah menormalkan kembali ekspresi mukanya.
"Tuh, orang itu, tuh!" Cewek yang mengenakan daster bergambar Doraemon itu menunjuk-nunjuk layar TV yang sedang menampilkan seorang wanita diringkus polisi. "Dia baru kerja dua minggu, tapi berani nyulik anak majikannya yang baru berusia dua tahun!" sambungnya berapi-api.
Kila mengernyit kaget. Terkejut akibat berita itu dan juga akibat nada bicara Ava yang seperti mengajak orang berkelahi.
"Dan parahnya lagi, dia minta tebusan tiga ratus juta, Kak! Tiga ratus juta dalam waktu tiga hari. Enak banget dia mintanya. Dia kira, uang segitu banyak bisa dengan mudahnya muncul dalam waktu sekejap! Mana balita itu gak diurus dengan baik pula selama diculik. Makan jarang dikasih, susu apalagi, tempat tidur di tikar pula!" cerocos Ava berang.
"Wah, kurang ajar tuh orang! Orang mati-matian kerja buat cari uang, eh dia malah ambil jalan pintas dengan minta tebusan. Lagian, dia mikir gak sih gimana perasaan orangtua balita tersebut!" Kila pun ikut berkomentar marah.
"Bener, Kak! Beberapa hari yang lalu, Ava juga lihat berita di tv tentang kasus babysitter membunuh anak majikannya sendiri. Sadis, kan?" Ava melototkan mata menghadap Kila.
Kila menutup mulutnya shock. "Banget! Orang kayak gitu perlu dites kejiwaannya." Ia tak habis pikir, bagaimana orang dewasa bisa sebegitu dangkal pemikirannya sampai-sampai tega melenyapkan nyawa seorang anak kecil.
Ava mengangguk setuju. "Tega banget ngebunuh anak kecil yang masih unyu-unyunya. Otak sama perasaan orang itu udah gak beres!"
Di samping Ava, Kila mengangguk membenarkan rutukan adiknya yang berusia dua tahun di bawahnya itu.
Ava lalu mengganti channel tadi yang telah berganti siaran. "Hari gini makin susah aja cari pengasuh yang amanah, ya, Kak," ucapnya sambil terus menekan remote TV, berusaha mencari acara yang disuka.
"Iya. Memang sebaiknya anak diasuh sama ibunya sendiri," komentar Kila bijak.
Ava meletakkan remote di atas meja, menyerah karena tidak ada siaran yang disukai. Ia biarkan saja layar datar tersebut menampilkan acara film barat yang biasa tayang saat malam seperti ini. Cewek itu lalu melirik brownies buatannya yang terletak cantik di atas meja.
"Gimana rasanya, Kak?" tanya Ava mengalihkan pembicaraan. Ia menatap Kila dengan mata berbinar-binar penuh harap.
Tadi sore, dengan bermodal tekad yang besar, ia mencoba membuat kue itu dengan resep andalan bundanya. Seharusnya sih hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, karena ia mengikuti setiap seluk-beluk resep itu dengan baik dan benar. Eh, tapi nggak tahu deh kalau dianya lagi khilaf, nemambah-nambahkan atau mengurangi bahan sesuka hati mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Baby With Love
Teen FictionMereka kedatangan bayi! Ada Kila yang seperti Tom and Jerry dengan Beril. Ada juga Ava yang naksir berat sama Arga si tetangga baru. Tanpa mereka sadari, kehadiran bayi minim identitas itu turut ambil andil dalam kisah mereka.