Chapter 32

10.5K 556 49
                                    

Ini adalah hari ketiga Della berada di Rumah Sakit, belum ada tanda-tanda untuk sadarkan diri. Sejauh ini Dokter mengatakan bahwa perkembangan Della lumayan membaik, benturan dikepala Della juga tidak mempunyai gejala yang buruk. Tapi tetap saja, hal itu bukan berarti membuat Alby tenang.

Selama Della belum membuka matanya, maka selama itu pula hidup Alby terasa hampa. Cukup satu keinginan Alby, sadarkan Della. Itu saja, tak ada yang lain.

Alby hanya berjaga sendiri disini. Jam menunjukkan pukul 13.05 WIB. Sedangkan Papanya, Ayah mertuanya dan Bryan, satu jam yang lalu baru pulang, karena tadi malam mereka yang berjaga disini. Sebenarnya hanya Mark dan Bryan saja,sementara Papanya pulang dengannya tadi malam kerumah.

Disaat Alby hendak bangkit dari kursinya, disitulah ia hendak mengucapkan beribu syukur kepada Tuhan. Ini yang disebut keajaiban.

Oke, anggap ia lebay. Tapi ia begitu terharu, melihat bagaimana jari tangan Della bergerak kecil, lalu disusul dengan gerakan mata yang perlahan tapi pasti terbuka, hingga Della melihat sekeliling dan tatapannya terpaku pada Alby. 

Tak butuh waktu lama, Alby langsung memeluk Della, bergumam tidak jelas tapi yang pasti itu ucapan syukur tanpa memedulikan tatapan bingung Della. "Makasih Tuhan, makasih.." hanya itu yang jelas terdengar oleh Della.

Alby mengurai pelukannya, ia menatap manik mata Della. "Masih ada yang sakit?" Alby Memeriksa sekujur tubuh Della, "Mana yang sakit? Oh sebentar aku panggil Dokter," Alby langsung bergerak menekan bel untuk memanggil Dokter tanpa membiarkan Della menjawab. "Ini minum dulu, pasti kamu haus," Alby memberikan segelas air putih.

Beberapa menit kemudian, pintu ruangan rawat Della terbuka, terlihat Dokter berjalan kearah ranjang Della.

"Sebentar ya Dek, saya periksa dulu," ucap Dokter lalu mulai memeriksa Della.

"Perkembangannya cukup baik, Della ini gadis yang kuat, pasti dia akan cepat sembuh. Untuk Beberapa hari ini kami akan rutin melakukan pemeriksaan pada tulang punggung Della. Untuk ingatannya, itu bukan masalah besar. Kalian hanya perlu mengingatkannya baik-baik, perlahan dia akan Mengingatnya." jelas sang Dokter.

"Baik Dok, terimakasih banyak," Alby menjabat tangan Dokter.

"Sama-sama," Dokter membalas jabatan tangan Alby. "Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu." Dokter menatap Della, "Della, obatnya jangan lupa untuk diminum ya," peringat Dokter sebelum melangkahkan kakinya dari ruangan Della.

Alby berdiri disamping tempat tidur Della, ia menggenggam tangan Della. "Badan kamu udah enakan? Masih ada yang sakit?" tanya Alby lagi.

Della terdiam menatap Alby, ia merasa tak asing, seperti ia sudah mengenal lama. Bahkan merasa sangat dekat, tapi siapa?

Alby menghela napas, sepertinya memang ia harus mengingatkannya perlahan. "Ini Alby, Dell, Suami kamu. Kamu inget?" Alby menatap lekat-lekat Della.

Della berpikir beberapa saat dengan Alby yang menunggu cemas, sebelum akhirnya ia memalingkan wajahnya kearah yang lain dengan air mata yang perlahan keluar.

"Dell, kok nangis? Masih ada yang sakit?" Alby menangkup wajah Della dengan kedua tangannya.

Della menggeleng, bibirnya bergetar, sungguh ia ingin sekali memeluk seseorang yang dihadapannya ini. Tapi ia tak bisa, badannya sungguh sakit untuk digerakkan.

Dengan rasa khawatirnya, Alby memeluk Della, menyembunyikan wajahnya diceruk leher Della. Tak butuh waktu lama, Della membalas pelukan Alby dengan begitu erat, dan ia menggumam dengan tangisan yang membuat Alby terharu. "Alby... " tangis Della pecah saat itu juga.

Bahkan tanpa sadarnya, setitik air mata Alby terjatuh didalam pelukan Della. Demi Tuhan! Della mengingatnya! Ya Tuhan.. "Iya, ini aku, Alby." Alby mengelus rambut Della.

Beloved AlbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang