o n e

11 1 0
                                    

"Aku mau kita putus."

Suara Danish masih terngiang-ngiang dalam benak . Danish minta putus? Sampai sekarang, ia tidak bisa mencerna apa yang telah terjadi. Setelah selama 6 bulan menjalin kasih, Danish dengan tampangnya yang rupawan dan digila-gilai kaum hawa di sekolahnya, dengan gampangnya ingin mengakhiri hubungan mereka? Apa Danish tak pernah berpikir bahwa selama mereka berpacaran, Avisa rela melakukan segalanya? Untuk membuat Danish bangga bahwa Avisa memang layak untuk dijadikan kekasih? Atau memang selama ini Avisa kurang menunjukkan rasa cintanya terhadap Danish?

--

Ini sudah dikatakan puluhan, bahkan ratusan kali Avisa berusaha menghubungi Danish, namun usahanya sia-sia, Danish mengabaikannya. Gue salah apa sih? Pikir Avisa. Setelah sampai di sekolah pun, Avisa tidak masuk kelas, ya, ia bolos untuk menjernihkan pikirannya. Ia pikir untuk apa ia mengikuti pelajaran jika dia tetap saja tidak akan mengerti apa yang guru akan terangkan di muka kelas. Ia sampai sekarang masih benar-benar shock atas permintaan putus Danish, rasanya, ia ingin menangis sepanjang hari.

Akhirnya, sekolah pun berakhir, Avisa masuk kelas hanya untuk mengambil tasnya. "Seriously, Sa? Lo bolos cuman karena diputusin Danish?" tiba-tiba, Vena, sahabat Avisa, menghampiri Avisa yang benar-benar memancarkan aura yang menyeramkan. Vena jika sedang marah memang seperti ini, aura menyeramkannya memancar jelas. "Gue capek, Ven. Kalo mau debat ama gue, nanti aja, ya. Plis, ngertiin gue." Avisa yang hendak pergi, dipaksa untuk tidak bergerak sama sekali, "Maju selangkah, gue pastiin Danish bakal bonyok sampe rumah," Vena membuang nafasnya kasar, Avisa bergetar mendengar ucapan Vena, ia tau betul jika sahabatnya sudah mengancam seperti ini, ia benar-benar emosi. "Gini ya, Sa, gue sebagai sahabat lo yang bener-bener tau tabiat lo pasti ga akan mau ngeliat lo kaya gini, ancur banget sumpah, pake acara bolos segala lagi. Lo kira apa yang lo lakuin itu bisa bakal bikin Danish balik ama lo lagi? Ngga. Sadar, Sa. Lo itu udah cukup disakitin ama Danish pas pacaran, lo udah ngorbanin segalanya, bahkan lo ngebangkang semua perkataan orang tua lo. Inget, Sa, bukan gini caranya buat ngebalikin Danish ke elo, ada banyak cara lain. Please, denger apa yang gue bilang, karena somehow, in the future, you will regret everything if you're still doing these stupid things, including what you've done today. Cukup, Sa, gue bisa ngebantuin lo. Itu guna sahabat." Vena dengan perasaannya yang bercampur aduk menghambur untuk memeluknya. Avisa yang sedari tadi menangis tersedu-sedu, balas memeluk Vena. "Ikut gue ke rumah ya, Sa. Gue yakin setelah ini Danish bakal nyesel mutusin elo! All we need is to make him suffer." ujar Vena dengan seringainya.

--

Enjoy :3

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 21, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

It Went WellWhere stories live. Discover now