MEMORIES

536 19 10
                                    

Aku beruntung bisa mengenalmu sedekat ini, walaupun hanya sekejap saja. Kita pasti akan bertemu kembali di alam yang kekal. Aku menyayangimu.

Angin berhembus menerpa rambut gadis bertubuh mungil yang menutupi sebagian wajahnya dengan duduk di kursi panjang yang berada ditaman dekat rumahnya seraya mengayunkan kedua kakinya yang menggunakan flat shoes berwarna coklat muda dengan ekspresi wajah yang susah untuk dijelaskan. Yang dia rasakan saat ini hanyalah perasaan rindu.

Jika Qila mengingat kejadian itu, sungguh perih rasanya. Namun, itu bukan akhir dari segalanya, dia harus tetap bangkit dan membahagiakan orang yang selama ini menyayangi Qila, dia yakin jika orang yang selama ini Qila cintai telah bahagia di alam sana dan tidak akan merasakan sakit yang dulu sempat menggerogoti tubuh pria itu.

Flashback On

"Kak Ilga," Panggil gadis bermata coklat dengan menatap manik mata elang itu "Janji kan bakalan temenin Qila kemanapun Qila mau? Terus kakak juga gak boleh punya pacar ya? Nanti Qila cemburu. Qila suka sama kakak," ujar anak perempuan yang masih menggunakan seragam putih biru itu berjalan beriringan dengan seorang laki-laki bertubuh tegap di sampingnya yang menggunakan baju seragam putih abu-abu, dan jari jemari mereka yang saling bertautan.

"Kaka gak bisa janji, tapi InsyaAllah kaka akan usaha untuk selalu ada di samping Qila. Bakalan ngejagain Qila," ujar Ilga dengan mengacak gemas rambut Qila disertai dengan senyuman tipis dari wajah keturunan Turki ini.

Setiap hari mereka selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Meskipun mereka beda sekolah. Namun mereka satu kompleks dan sekolah mereka juga searah.

Suatu hari, Ilga menghilang Qila. Dan Qila terus saja bertanya dimana keberadaan Ilga. Qila tidak ada hentinya berkali-kali berkunjung ke rumah Ilga sekedar bertanya dimana Ilga.

Namun tidak ada satupun orang di rumah Ilga. Pada akhirnya Qila memutuskan untuk bertanya kepada Dimas. Dimas adalah adik sepupu dari Ilga. Qila tidak sengaja bertemu dengan Dimas saat Qila lewat di depan rumah Ilga. Tanpa berfikir panjang Qila langsung bertanya kepada Dimas dimana keberadaan Ilga.

"Kak Dimas!" Ucap Qila dengan melambaikan tangannya kearah Dimas, sontak pria berperawakan tinggi ini kaget dengan kehadiran gadis itu yang tiba-tiba sudah berada di depan rumah Ilga, "Tunggu, Kak. Ada yang mau Qila tanyain ke Kakak." Ujarnya seraya menghampiri Dimas. Dimas berusaha setenang mungkin karena dia tau jika dia bersikap panik, Qila juga akan ikut panik. "Ada apa, Qil?" ujar Dimas. "Kak, Qila kangen sama Kak Ilga. Udah dua hari Qila tungguin Kak Ilga main ke rumah Qila, ngajarin Qila belajar. Qila tanya ke Bunda, Bunda selalu jawab gak tau. Qila takut Kak Ilga kenapa-napa Kak," ujar Qila dengan mata yang berkaca-kaca. Dimas tidak tega untuk berkata yang sebenarnya, karena dia tau jika mendengar kabar ini dia tidak akan tenang. Karena Dimas tau Qila menyukai Ilga, tapi mau tidak mau gadis ini harus mengetahuinya.

"Kak Ilga di rumah sakit. Selama ini dia mengidap penyakit leukimia. Dokter memvonis hidupnya tidak akan lama lagi," uarnya dengan menatap manik mata Qila yang telah mengeluarkan bulir air mata, dengan sigap Dimas meraih kedua bahu Qila dan memeluknya dengan erat. Ini yang ia takuti jika berkata yang sejujurnya. Namun, jika terus menerus menutupui semuanya darinya tidak baik juga, Qila harus tau tentang hal ini.

Qila mengingat kejadian tiga hari yang lalu saat berada di taman dekat kompleks, dia khawatir melihat kondisi Ilga karena wajahnya yang pucat seperti orang kehabisan darah,"Kakak kenapa?" ujarnya dengan menempelkan punggung telapak tangannya ke dahi Ilga, "Kakak sakit?" yang ditanya hanya tersenyum dengan menggelengkan kepalanya berusaha untuk menutupi rasa sakitnya dan ingin menujukkan bahwa dirinya baik-baik saja. Dia tidak ingin membuat gadisnya menjadi sedih.

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang