BULAN SALAU-SALAU

92 4 0
                                    

Kisah Malam Jumat😱😱😱
             
              BULAN SALAU-SALAU

    Alkisah pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak. Mereka tinggal di gubuk tepi hutan, desa terpencil, pedalaman Kalimantan.
    Setiap hari sang suami pergi bekerja menebang pohon untuk dijadikan papan dan balok ulin di balik bukit. Istrinya setia menanti kepulangan suaminya dua hari sekali.
    Pada suatu malam, ketika bulan tampak salau-salau, remang pekat dengan sinar bulan yang memucat, angin kering gerah tak berhembus. Terdengar ketukan pintu rumah, seperti biasa sang suami pulang larut malam.
"Ding, ayo ikut."
"Kemana, Kak."
"Rumah mamak, ada acara."
"Kakak nggak masuk dulu kah, kenapa malam-malam? Besok pagi saja kita ke sana"
"Acaranya sekarang, ayo."
       Maka, pergilah mereka menyusuri hutan di kegelapan malam. Udara dingin tiba-tiba berhembus, bulu kuduk sang istri meremang.
"Kau di depan saja, Ding. Biar kuikuti dari belakang"
"Aku takut, Kak."
"Aku menjagamu, tenang saja."
        Jarak gubuk mereka ke rumah orang tua suami cukup jauh, sekitar 5 kilo dan jalan yang dilalui hanyalah jalan setapak yang penuh semak belukar dan perbukitan. Di tengah perjalanan sang suami bernyanyi pelan.
    Bulan salau-salau,
     Anja mati berjalan malam.
    Bulan salau-salau,
     Anja mati berjalan malam.
"Lagu apa itu, Kak. Buat aku takut aja."
"Lihat bulan itu, Ding. Pucat cahayanya menembus awan gelap. Itu namanya bulan salau-salau. Kalau kau merindukanku, lihat saja bulan salau-salau itu."
"Ngomong apa kau, Kak."
      Akhirnya mereka tiba juga, dari kejauhan rumah orang tua sang suami tampak ramai, penuh orang berkumpul.
"Acara apa ini, Kak. Kok masih ramai sampai tengah malam begini?"
"Tanya lah nanti sama mamak, kau duluan saja Ding, kakak mau cuci kaki dulu lewat pintu belakang, penuh lumpur kaki ini dari kerjaan tadi."
"Iya, Kak."
       Sang istri masuk lewat pintu depan, disambut dengan tatapan heran semua orang. Sedangkan suami ke arah dapur untuk mencuci kaki.
"Sama siapa ikam Galuh?" ujar mamak mertuanya dengan derai air mata. Sang istri kebingungan.
"Ada apa menangis, Mak? Aku sama Kakak."
"Suamimu?"
"Iya, mak. Tadi kakak jemput katanya ada acara di rumah mamak ini."
Pecah tangis semua orang yang ada di rumah mertuanya itu, sang istri makin kebingungan.
"Kenapa, Mak?"  Diguncangnya lengan mertuanya itu yang duduk lemas sambil terus menangis.
"Suamimu meninggal, Galuh. Senja tadi dia kejatuhan kayu ulin, badannya hancur, bagaimana bisa ia menjemputmu Galuuuuh...."
"Bohong! Aku ke sini bersamanya, Mak. Dia yang menjemputku!"
"Itu mayatnya ada di dalam Galuh, besok pagi dimakamkan. Itu Julak ikam baru mau brgkt mengabarimu."
Sang istri tak terima, ia menangis pilu.
"Suamiku tadi lewat pintu belakang, Mak. Dia cuci kaki."
      Bergegas ia ke dapur diikuti para keluarga, melewati mayat suaminya yang terbaring kaku di ruang tengah. Benar, ada bekas lumpur di belakang dan masih tampak baru saja ada orang yang cuci kaki. Padahal pintu dapur terkunci rapat.
        Sang istri jatuh lemas, ia menangis sejadinya, terisak tak percaya. Masih jelas di telinga suara suaminya menyanyi sepanjang perjalanan.
        Ia pun dibantu masuk ke ruang tengah untuk melihat mayat suaminya, hancur hatinya saat itu, rasa tak percaya semua terjadi, suaminya sudah terbungkus kain kafan. Lalu, siapa tadi yang bersamanya?
       Sejak kejadian itu, warga sekitar tidak ada yang berani keluar malam saat bulan salau-salau, karena sang istri tadi selalu keliling desa sambil bernyanyi mencari suami yang dirindukannya.
Bulan salau-salau,
Anja mati berjalan malam.

(*kisah ini versi fiksi saya, terinspirasi dari kisah yang selalu diceritakan alm. Nenek ketika menjelang tidur)
Eka Dewi, 2 Maret 2017

*Ading = Adik
*Ikam = Kamu

#Setelah membaca,  coba Anda tengok bulan di luar rumah, apakah bulan salau-salau? 😱😱😱

Judul standar - BULAN SALAU-SALAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang