PROLOGUE

455 32 1
                                    

Subjudul : VOICE MESSAGE

BlackPink Lalisa & iKON Koo Jun Hoe | Chapter| Romance; Sad; Angst | PG-13 | kimikookie

*****

"Dia adalah manifestasi sempurna dan dia jauh dari jangkauanku."

Lalisa POV

'Selamat pagi!'

Aku mendengar dengan saksama, suara itu begitu manis dan nyata. Aku bisa melihatnya berdiri di depanku, dengan tangan yang terbuka-siap membawaku ke dalam pelukannya-dan senyum yang terpatri di wajahnya.

'Apa kabarmu?'

Aku baik, tentu saja Koo Junhoe, aku baik-baik saja.

Mentari masih berupa setengah lingkaran di timur saat aku berjalan menuju sekolah. Sinarnya menggelitik kulit, menghangatkan. Napas yang terembus lewat mulut berupa kepulan uap. Baru sedikit murid yang datang ke sekolah. Kadang memang lebih baik telat ketimbang datang terlalu pagi. Tapi, aku bersyukur kepagian. Sebab semakin banyak waktu kosong, semakin panjang waktuku bersama Junhoe.

'Tahu tidak? Tadi Jiwon marah-marah karena aku mengumpulkan PR padahal aku bilang padanya kalau aku belum mengerjakan sama sekali!'

Aku terbahak keras mendengarnya. Tak kuhiraukan tatapan aneh dari orang-orang yang melihatku. Duniaku lebih asyik ketimbang memikirkan mereka. Junhoe jelas lebih asyik. Tak terasa aku sudah ada di depan lokerku. Kubuka dan mengambil buku pelajaran untuk kemudian berjalan menuju kelas.

'Nih, ya... tahu apa yang lebih lucu dari kejadian itu? Yups! Wajah Jiwon yang merah membara. Oh, ayolah... telinganya berkedut-kedut. Aku berani bersumpah hidungnya kembang-kempis menahan emosi hahaha!'

Tertawa lagi, kini makin menjadi-jadi. Aku membayangkan rupa Jiwon seperti yang dideskripsikan Junhoe. Perspektif. Dan duduk di bangku kesayanganku. Posisi di sebelah jendela, kurasa ini adalah tempat favorit para siswa. Earphone di telinga terasa menggelitik ketika suaranya kembali mengusik.

"Kapan kau pulang?" tanyaku. Suara Junhoe di ujung sana menghilang. Lalu muncul sebagai suara helaan napas yang gusar.

'Siang ini aku ada urusan, ugh, ini menyebalkan. Aku rindu loteng dan teleskop.'

Sebelah bibirku tertarik membentuk kurva. Kupandang titik kejauhan di ujung lapangan-taman sekolah yang rimbun oleh pepohonan-dengan hampa. Pandanganku berkabut kurasa.

"Tak merindukanku?"

Setelahnya, yang kudengar adalah suara geraman. 'Errr... aku... aku harus pergi,' katanya. Nadanya mendesak. Alisku menukik samar.

"Ke mana?"

Jeda yang panjang membuatku hampa. Sekonyong-konyong udara dalam paru-paruku menyembur ke luar, terganti oleh ribuan panah yang bertumpuk mendesak menusuk dinding lambung. Lambat-lambat, aku bisa mendengar suara piano mengalun dari kejauhan, jauh di ujung sana. Dari tempat yang berkilo-kilometer jauhnya dari tempatku duduk. Makin ke sini dentingnya makin jelas dan kudengar Junhoe menghela napas.

'You always waited for me at the same place as always but... I was gone, I was gone. Don't trust me like a fool. I said I'd protect you forever but it was a lie, lie.'

Aku bergeming. Hidungku pedih bukan kepalang. Ada momentum yang menabrak relungku sampai alveolusku rusak dan air mata nyaris menyeruak. Suara yang indah. Aku suka suaranya yang berat dan dalam, serta mengintimidasi bahkan saat bernyanyi. Sejenak aku memikirkan arti dari lirik lagu yang ia nyanyikan, dan aku tidak bisa tak merasa sedih. Apa hal paling buruk yang akan terjadi? tanyaku pada diri sendiri. Sadar bahwa pertanyaan itu keliru, aku menggelengkan kepala dan menatap seduktif papan tulis yang penuh coretan rumus kalkulus bekas kemarin.

Apa hal paling buruk yang dapat kuterima? Kuganti pertanyaan dengan yang lebih tepat. Dan jawabannya nol. Tak ada sama sekali yang dapat kuterima. Suara Junhoe menghilang. Terganti oleh kesunyian yang panjang. Aku sadar ini mungkin telah berakhir.

Lalu kulepas earphone dan mengambil ponsel di dalam kantung seragam, menyentuh layar dengan lembut sebelum menempelkannya di telinga.

'Nomor yang anda tuju berada di luar jangkauan.'

Tak ada yang tak bisa kutolak, termasuk kepergiannya. Jadi kutatap layar ponsel yang meredup dengan fokus yang hancur. Derap langkah kaki mulai mendekat. Seseorang masuk ke dalam kelas, diikuti dengan yang lainnya hingga kini kelas nyaris penuh. Kurasa rebutan oksigen sebentar lagi akan dimulai di ruangan ini. Aku menyentuh layar ponsel agar kembali hidup, wajahnya masih setia menjadi wallpaper ponselku. Dia tampan, oh, tentu saja. Dia adalah manifestasi sempurna dan dia jauh dari jangkauanku. Aku buru-buru menyeka mataku, mengantisipasi supaya tidak ada air yang jatuh. Aku menekan layar ponsel rusuh. membuka berkas demi berkas, begitu terus sampai kutemukan file yang kucari.

Voice Message by Koo Jun Hoe.

Tersenyum, aku bisa merasakan kebahagian di balik pelukan menikam. Kutekan file paling atas, dan kembali memakai earphone. Tercipta jeda yang cukup lama sebelum suara dehaman terdengar di ujung sana.

'Selamat pagi!'

Aku tersenyum. Kulihat keluar jendela, langit biru bersinar tanpa awan sementara menunggu rekaman kembali berjalan.

'Apa kabarmu?'

----

Halo, ini ff JunLis kedua-ku. Well, sebenarnya ini sudah ada beberapa chapter, karena aku buat saat Bulan Agustus lalu. Anyway, adakah reader Imperfect21 di sini? Hai~ kalian yang baca, terima Kasih. Jangan lupa juga vomment-nya^^ lovefromjune ❤

Color's Ribbon (iKON x BlackPink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang