Cetak miring itu flashback ya. Voment jangan lupa :)
**
"Mau kemana lo?" tanya Adit pada cewek yang sedang memasukkan alat tulis ke tasnya.
"Pulanglah. Masa iya mau nunggu sekolah," ketus Gessa sambil berjalan mendahului Adit.
Cowok itu tidak terima dan menarik lengan Gessa. "Urusan kita belum selesai tadi."
"Aku nggak ada urusan sama kamu, ya." Gessa berpura-pura tidak ingat kejadian tadi siang. Aktingnya patut diacungi 4 jempol sekaligus.
Adit mendengus. "Pake acara akting segala. Lo tadi ninggalin tugas lo buat naruh buku perpustakaan. Jadi sekarang lo harus ikut gue."
Adit menarik Gessa yang akan membuka suara untuk menolak. Gessa bahkan sudah berteriak meminta bantuan Aura yang sedang berjalan bersama Redo. Namun kedua orang itu hanya meliriknya dan kembali pada kegiatan mereka yang tengah bercanda. Gessa masih mendengar gurauan Aura sampai di dekat aula sambil membahas acara nonton mereka.
Bahkan Gilang yang sedang menggandeng Vio pun tidak menggubris ucapan Gessa. "Lang, bantuin dong."
Lagi-lagi hanya lirikan dan acuhan yang didapat Gessa.
Karena dasarnya, dua pasangan itu sedang malas berurusan dengan Adit maupun Gessa. Mereka telah bersepakat untuk menghiraukan keduanya. Mereka pikir, dengan begitu mereka bisa bersikap dewasa.
"Mau kemana, sih? Aku sibuk."
"Udah ikut aja. Cerewet banget," sahut Adit.
Adit masih menarik lengan Gessa sampai koridor belakang sekolah yang mengarah pada parkiran. Gessa sudah hampir pasrah saat matanya menatap Kevin yang sedang berjalan berlawanan dengannya.
"Kevin!" teriak Gessa.
Kevin yang tadi fokus pada ponselnya segera mengalihkan pandangannya. Ia melihat cewek yang beberapa hari ini memenuhi pikirannya sedang bersama Adit. Wajah yang tadi terlihat datar, semakin murung.
Cowok itu lagi.
Adit lagi.
Adit lagi.
"Lo apain Gessa?" tanya Kevin saat sudah berada di hadapan Adit dan Gessa.
Adit memutar bola dengan seringaian sinis. "Bukan urusan lo."
"Apa yang menyangkut sama Gessa, juga urusan gue. Karena dia temen gue," jawab Kevin tak kalah sinis. Tangannya hampir meraih lengan kiri Gessa namun gagal karena Adit lebih gesit.
"Gue ada urusan sama dia. Dan lo nggak boleh ikut campur."
"Lepasin Gessa!"
"Nggak! Dia ada hutang sama gue, dan dia harus bayar sekarang," ketus Adit.
"Berapa hutangnya? Gue bayar tapi lepasin Gessa," hardik Kevin tegas.
"Lo kira segala yang bernama hutang itu uang?" sindir Adit sambil tersenyum sinis.
Kevin tahu ada arti lain dari sindiran Adit tersebut. Cowok itu pernah menyinggung mengenai hal itu saat SMP dulu.
"Cinta itu bukan sebuah hutang yang perlu dibalas. Seperti gue yang emang nggak suka sama Oliv. Jadi gue bayar atau nggak itu bukan kewajiban. Dan itu juga berlaku buat lo. Lo nggak berhak memaksa Oliv," kata Adit.
"Aku nggak memaksa Oliv, kok." Kevin segera meninggalkan Adit dengan raut penuh dendam. Kevin merasa Adit yang memiliki banyak keahlian, mengambil kesempatan seolah dialah penguasa sekolah.
"Gue bilang minggir!"
Adit buru-buru membawa Gessa ke parkiran dan memaksa cewek itu untuk duduk di jok belakang sepedanya. Setelah memastikan Gessa tidak akan kabur, ia baru menjalankan motornya.
Beberapa kali Gessa harus mendengus kesal. Sebelum keluar dari gerbang sekolah ia masih dapat melihat Kevin yang tengah berbicara dengan cewek berambut pendek di tempat mereka bertemu tadi.
Mereka terlihat sangat serius.
Siapa cewek itu?
Tiba-tiba hati Gessa mencelos saat pemikiran tentang Kevin melintas di pikirannya.
**
Tahu kok ini pendek banget. Soalnya udah nggak bisa mikir buat bab ini. Next chapter besok ya, aku persembahkan buat yang komen duluan di chap ini. See you
SALAM KODOK
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
أدب المراهقينHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...