Rose

399 37 1
                                    

Semalam aku bermimpi tentang kisah cinta sepasang penyuka sesama mereka yang mengharukan.

Salah satu dari mereka tergeletak bersimbah darah karena suatu pertandingan konyol antar golongan.

Dia hampir meregang nyawa.

Banyak darah yang hilang dari tubuhnya.

Hanbin bergegas lari kearah Jinhwan yang hampir mati akibat kelalaiannya. Lihatlah, bagaimana tangan Hanbin mengusap wajah Jinhwan yang penuh cairan merah pekat. Bahkan sekarang Hanbin tak ubahnya seperti Jinhwan, tertutup dengan darah. Hanbin dengan telaten mengusap sayang wajah Jinhwan, sekedar memberi rangsangan agar Jinhwan bangun atau membuka matanya. Karena bagaimanapun mereka berada di wilayah yang entah apa namanya. Sepi. Kelam. Dan hampa tanpa suara. Hanya terdengar suara mengharukan Hanbin yang berusaha membangunkan Jinhwan.

"Sayang. Ayo buka matamu. Buka matamu untukku. Kumohon." Entah berapa kali Hanbin menggumamkan kalimat tersebut. Puluhan? Kurasa bahkan ratusan kali. Namun tetap saja mata Jinhwan masih tertutup.

Lamaaa, waktu berjalan dengan kejamnya. Membiarkan Hanbin yang tak henti-hentinya memanggil nama Jinhwan dengan parau. Bahkan suara Hanbin sekarang terdengar serak. Ia haus. Namun, Jinhwan lebih penting dari rasa dahaganya. Jinhwan adalah pusat gravitasi Hanbin. Tidak. Hanbin tidak bisa membiarkan Jinhwan mati karena rasa haus sialan yang menerpa dirinya. "Sayang. Bangunlah kumohon" Hanbin tak pernah berhenti. Dan tak akan berhenti sebelum Jinhwan sadar.

Waktu masih berjalan dengan angkuh. Namun, kali ini Jinhwan berhasil membuka matanya dengan susah payah. Ia tak bisa mendengar suara Hanbin yang terdengar putus asa memanggil namanya. Dengan sisa tenaga yang ia miliki. Hanbin pun berhasil ia lihat meskipun samar. Jinhwan dapat melihat senyum Hanbin yang lega melihat ia telah membuka mata.

Jinhwan berusaha membalas senyuman Hanbin dengan senyuman. Tapi ditengah-tengah usahanya Jinhwan meringis sakit. Ia merasakan luka dibibirnya semakin lebar dan mengeluarkan darah. Melihat Jinhwan yang meringis Hanbin tergesa langsung memeluk tubuh ringkih Jinhwan dengan cepat. Tangannya tergerak mengelus surai kecoklatan Jinhwan yang terasa basah dan lengket akibat darah yang hampir mengering. Bau anyir menggantikan aroma Jinhwan yang biasa Hanbin hirup ketika ia memeluk Jinhwan seperti ini. Jinhwan tenggelam dalam dada bidang Hanbin. Ia memejamkan matanya sejenak menghirup aroma Hanbin yang tertutup bau darah.

"Aku masih hidup dan Hanbin ada bersamaku" pikir Jinhwan dalam pelukan Hanbin.

Pandangan Jinhwan mulai berkunang-kunang. Mungkin efek Jinhwan yang telah kehilangan banyak darah. Sakit kepala yang hebat mendera Jinhwan saat ini.

"Hanbin-ah" panggil Jinhwan dengan suara parau. Dengan hati-hati Hanbin melepas pelukannya dan meletakkan kepala Jinhwan dipahanya. Sambil masih mengelus dengan sayang dahi Jinhwan. Menyingkirkan poni yang hampir menutupi seluruh dahi Jinhwan. Hanbin tersenyum melihat Jinhwan yang berada dipahanya. Namun sebenarnya, hati Hanbin terasa dihantam batu besar dan tak berbentuk lagi. Ia miris melihat keadaan Jinhwan yang seperti ini akibat kecerobohannya. Jinhwan hampir saja tewas.

"A..aku kehilangan banyak da..darahh" Jinhwan mengatakan itu dengan nada menyesal setengah mati. Ia meringis lagi merasakan sakit kepala yang menyerang dirinya sedari tadi bertambah parah.

Tanpa ambil pusing Hanbin melukai bibirnya dengan pisau lipat yang ada disakunya. Untuk memberikan darah yang ia punya pada Jinhwan yang hampir tewas.

Hanbin menundukkan kepalanya dalam. Berusaha menjangkau bibir tipis milik Jinhwan yang berlumuran darah. Jinhwan menutup matanya merasakan bagaimana kali ini bibir Hanbin terasa asin dan amis dalam waktu yang sama. Jinhwan menelan darah yang keluar dari luka dibibir Hanbin. Menelan pun terasa sulit karena sisa tenaga Jinhwan mulai habis. Jinhwan terus melumat dengan lemah bibir Hanbin sambil menyesap darah yang keluar sampai luka dibibir Hanbin tidak mengeluarkan darah lagi.

ROSE SCENT BREEZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang