Kopi, Rokok dan Kamu

169 4 1
                                    

*Author Note*

Saya belum pernah baca Nona Teh dan Tuan Kopi sebelumnya.

.

.

.

Selesai sarapan -seporsi buah, roti panggang, dan secangkir teh- aku bergegas pergi ke kampus. Saat aku sudah berada di depan kelas, seseorang menabrakku.

"Duh!"

"Eh maaf, nggak sengaja."

Aku memperhatikan wajahnya. "Kamu ngantuk ya jadi nabrak gitu? Begadang?"

Ia menggaruk kepala sambil cengar cengir. "Iya, tadi malem bikin laporan hee.."

"Kebiasaan banget," aku berlalu ke dalam kelas.

"Kamu udah ngerjain tugas belum? Boleh nyontek gak?" Ia mengikutiku.

"Lah kamu kan pinter, aku aja mau nanya sama kamu soal yang susah."

"Liat yang kamu udah kerjain aja deh, aku males mikir,"

"Ampun deh Tuan Kopi."

Ia menoleh. "Julukan buat aku?"

"Kamu minum kopi hampir tiap malem kan? Makanya ngantuk mulu kalo pagi."

"Itu kata lain dari sayang bukan sih?"

"Hahaha apaan. Mabuk, Pak?"

"Tuan Kopi kedengerannya bagus."

"Berisik. Udah salin cepetan!"

**

Aku menikmati sore di taman rumahku dengan secangkir teh hitam dan setoples kecil cookies. Tiba-tiba aku teringat dia, pria yang sering bergadang dan meminum kopi untuk menemaninya.

Ah, aku merasa hatiku menghangat. Tolong jangan menggodaku, tanpa kau goda pun pipiku sudah memerah. Semerah buah delima.

**

Aku mengubah display name akun BBM-ku menjadi Nona Teh.

Drrtt.. drrtt..

Tuan Kopi : Nona Teh?

Tuan Kopi : suka minum teh emang? gak cerita cerita

Ya, aku mengganti namanya di ponselku.

Nona Teh : iya, lupa nyeritain

Tuan Kopi : kamu teh, aku kopi dong

Nona Teh : iya ya hehehe

Aku berpura-pura baru menyadarinya.

Tuan Kopi : kapan kapan ngeteh sama ngopi bareng yuk

Nona Teh : ayoo.. atur aja

Tuan Kopi : sip

Tuan Kopi : eh 21.00 itu jam berapa deh?

Nona Teh : jam 9 malem.

Tuan Kopi : kalo p.m. buat malem apa pagi?

Nona Teh : malem

Tuan Kopi : malem juga Nona Teh

Hmmm, ternyata..

Nona Teh : yah dikadalin

Nona Teh : bisa banget ya modusnya

Tuan Kopi : yah dilalerin

Tuan Kopi : Sticker received

Nona Teh : semprot pake aerosol

Tuan Kopi : ngga ada :((

Nona Teh : sedih amat

Tuan Kopi : I want to see you

Tuan Kopi : as soon as possible

Nona Teh : kenapa?

Nona Teh : besok pagi kan ketemu

Tuan Kopi : biar sedihnya ilang

Ppftt.. Aku blushing.

Nona Teh : modus mulu yaaak

Tuan Kopi : ketemu kamu tiap hari kayaknya bagus buat kesehatan

Nona Teh : sudah teruji secara klinis di laboratorium?

Tuan Kopi : belum sih, tapi bagi aku iya

Nona Teh : terserah kamu deh

Nona Teh : aku tidur ya, nitey

Tuan Kopi : selamat tidur nona

Tuan Kopi : mimpiin aku ya

Nona Teh : kamu tidur juga biar gak nabrak aku lagi

Tuan Kopi : langsung masuk selimut nih, jadi dadar gulung

Nona Teh : sip, see ya!!

Tuan Kopi : see ya

Aku pergi tidur dengan senyum yang tak lepas dari wajahku. God, he made my heart beats fast!

**

Pagi ini suasana hatiku benar-benar baik. Seperti sedang berada di taman yang penuh bunga bermekaran.

Aku bertemu dengannya lagi dan berbincang tentang banyak hal. Mulai dari tugas kuliah, rumpiin dosen, berita terkini, sampai akhirnya menyerempet ke kehidupan pribadi masing-masing.

He's a family man. Sangat terlihat dari caranya menceritakan adik-adiknya. Caranya menggambarkan betapa bahagianya berkesempatan menjadi seorang kakak. Jujur, aku tersentuh. Bisa kurasakan ia adalah orang yang tulus dan penuh cinta.

**

Tuan Kopi ternyata seorang perokok. Aku mengetahuinya ketika ia mengganti display picture akun BBM-nya dengan foto ia sedang menghisap rokok.

Aku merasa sedikit.. kecewa. Itu adalah haknya, tentu. Tapi, aku memang sensitif kalau berada di sekitar orang yang sedang merokok.

Hatiku tergelitik. Aku merasa mulai nyaman dengannya, tapi di sisi lain aku tidak bisa menerima bahwa ia merokok. Rumit sekali.

Seringkali banyak pertanyaan berkelebat dalam otakku. I don't understand why some people say it's cool. Mereka tahu itu tidak baik bagi kesehatan, tapi mereka seakan menutup mata.

**

Hari ini aku pergi ke sebuah cafe bersama Tuan Kopi. Rasanya berbeda, ada yang mengganjal. Dan aku tahu pasti apa itu.

"Kamu.. ngerokok?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Iya..," gumamnya lemah. "Kamu nggak suka ya?" Ia tertawa pahit.

"Aku bukannya mau nge-judge kamu atau apa, jangan salah sangka. Tapi aku cuma nyayangin aja sih. Aku yakin kamu tahu pasti bahayanya."

"Aku ngerti. Kamu nggak usah ngerasa nggak enak sendiri."

"Nggak ada yang tahu persis umur manusia, tapi bukan berarti kita berhenti berharap hidup lebih lama, kan?" Ia termenung.

"Aku nggak tahu kapan aku bisa berhenti."

Hening. Lidahku terasa kelu.

"Kamu.. masih mau temenan sama aku, kan?"

Aku tersenyum simpul. "Masih kok, aku nggak selebay itu." Ia tertawa kecil.

"Aku cuma minta kamu jangan ngerokok di depan aku, susah nafasnya nanti."

"Siap nona!"

**

Aku berbaring menatap langit-langit kamarku. Mungkin memang lebih baik aku berteman saja dengannya, masalah perasaanku dikesampingkan dulu.

Aku berharap suatu hari ia bisa benar-benar berhenti. Bukan karena aku, tapi karena ia menyayangi dirinya sendiri. Aamiin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NTdTK : Kopi, Rokok dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang