utusan

6.1K 65 1
                                    

Mutiara Puncak Lawu

Buku 2 a

Pasukan Tumenggung Prabandaru dibawah kendali Ki Panji Wiguna, juga Ki Rangga Jumena telah hampir dua bulan melacak keberadaan Teja Ndaru disekitar pedukuhan-pedukuhan sebelah barat kaki Gunung Lawu. Akan tetapi tidak satupun sisik melik menunjukkan keberadaan pemuda itu, hingga pada akhirnya lencarian itu dihentikan pula.
Entah sebegitu luar biasakah dengan seorang Teja Ndaru sehingga hampir segelar sepapan pasukan telah dikerahkan menyisir peebukitan-perbukitan itu, namun ternyata apa yang diusahakannya menjadi sia-sia tanpa setitik jejakpun mereka menemukan sisik melik tentang keberadaan pemuda itu, hingga pada batas waktu yang ditentukan pasukan-pasukan itupun harus kembali dengan tangan hampa.

"Ki Rangga, seperti apa yang dikatakan Tumenggung Prabandaru, kita tarik seluruh pasukan kembali ke kota raja" -- kata Ki Panji Wiguna kepada Ki Rangga Jumena.

"Aku sudah mengirimkan prajurit penghubung memasuki hutan-hutan itu untuk menyampaikan perintah itu" - tukas Ki Rangga Jumena.

Ki Panji Wiguna kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu kembali berucap, -- "aku rasa kita sudah tidak memerlukan pemuda itu lagi. Ki Panji Adiyaksa telah terbungkam, itu yang terpenting"

"Lalu apa rencana kita selanjutnya?" -- bertanya Ki Rangga Jumena.

"Kita kembali ke kota raja, dan kita tunggu apa yang diperintahkan Tumenggung Prabandaru" -- desis Ki Panji Wiguna, seraya memberikan sebuah isyarat, lalu memacu kudanya kembali ke Pajang. Di ikuti Ki Rangga Jumena juga puluhan prajurit bersama mereka.

Dalam pada itu diperbatasan perdikan Mataram dua orang penunggang kuda bagaikan tidak pernah sedikitpun mengurangi kecepatan kudanya bagaikan membelah jalan-jalan dibulak panjang memasuki wilayah desa Prambanan, Debu-debu yang mengepul bagaikan awan pekat yang mengikuti kemana arah kuda-kuda itu berjalan, hingga pada akhirnya merekapun harus terhenti di tepian kali opak untuk sekedar mengistirahatkan kuda-kuda mereka.

"Kita sudah hampir memasuki Mataram kakang" -- berkata seorang diantara mereka.

"ya, setelah kita melintasi sungai opak ini, dalam beberapa saat akan sampai ke sana" -- desis yang lain.

"Marilah, kita lanjutkan perjalanan ini, kita harus bisa menghadap Kanjeng Senapati Ingalaga sebelum hari menjadi gelap"

Demikian kedua orang itupun kemudian kembali memacu kudanya untuk sesegera mungkin memasuki Mataram. Sampai pada suatu ketika keduanya telah melihat pintu gerbang masuk kota dengan penjagaan beberapa orang pasukan pengawal.

"Berhenti..!!" -- kata seorang pengawal itu,

Kedua orang itupun kemudian menghentikan kudanya, lalu berkata, -- "apakah kami sudah berada diwilayah Mataram?" -- ucapnya

Pengawal itu kemudian termangu-mangu sejenak lalu, -- "siapa kalian? Dari mana dan akan kemana?"

"namaku Pamuji, dan ini kawanku Ki Panggih, kami dari Pajang" -- jawab Ki Pamuji

"Pajang?!" -- desis Pengawal itu dengan raut muka yang berubah. Mengingat semakin memanasnya hubungan antara Pajang dan Mataram.

"Benar Kisanak, kami dari Pajang. kami abdi dalem Katumenggungan Mayang. Kami mendapat titah Nyai Tumenggung untuk bertemu dengan Kanjeng Senapati Ingalaga di Mataram"

Pengawal itu kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya, karna pada dasarnya orang-orang Mataram tau hubungan antara Senapati Ingalaga, dengan Tumenggung Mayang, sehingga kecurigaan mereka menjadi berkurang. Terlebih ketika dua orang itu menunjukkan tanda Katumenggungan yang menugaskannya.

"Baiklah, mari aku antar, ke pedhukuhan induk, mudah-mudahan Kanjeng Senapati ada ditempat" -- tukas Pengawal itu.

Demikian merekapun memacu kuda mereka memasuki pedhukuhan induk perdikan Mataram bersama seorang pengawal itu, dalam berjalanannya Ki Panggih dan Ki Pamuji bagaikan terkagum-kagum dengan perkembangan daerah itu. Daerah dimana beberapa tahun yang lalu merupakan kawasan hutan Mentaok yang lebat bahkan menurut kabar banyak dihuni segala macam bangsa jin itu kini telah berubah menjadi perkampungan yang tertata cukup rapi. Lahan-lahan yang dulu dipenuhi lebatnya pepohonan kini telah banyak yang menjadi lahan terbuka dan terlihat hunian yang cukup ramai.

Mutiara Puncak LawuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang